Wahhabi Menggugat Syi’ah (1)

Di antara perkara yang menyebalkan bagi seorang Muslim yang peduli akan masa depan agama dan Umat Islam adalah ketika ia harus membicarakan dan mendiskusikan kembali masalah-masalah agama yang telah didiskusikan dan dibahas tuntas oleh para ulama terdahulu. Akan tetapi sepertinya sulit baginya untuk menghindarinya ketika ia dihadapkan dengan kondisi dimana ia dengan terpaksa harus mengulanginya demia membidas berbagai klaim dan tuduhan tidak berdasar yang dijajakan oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab atau pena-pena komersial yang siap melayani tuan-tuan mereka…

Sebagian orang punya kegemaraan mengulang-ulang pembicaraan seputar masalah-masalah khilafiyah sebagai penyampung lidah fitnah pendahulunya untuk ia pekikkan di tengaah-tengah masyarakat Muslim tanpa bosan dan kekenduran semangat sedikitpun selama beradab-abad!

Itulah mungkin yang dilakukan oleh sebagian orang di antaranya adalah pendiri Sekte Sempalan Wahhabi…. Setelah ia meluncurkan edisi-demi edisi pengafiran kaum Muslim Sunni dengan alasan bahwa mereka telah terjebak dalam kemusyrikan dalam ibadah/ penghambaan kepada Allah dengan praktik ritual kemusyrikan seperti tawassul, tabarruk, meminta syafa’at kepada seorang yang sudah mati, beristighatsah, menziarai kuburan dengan niat mendapat keberkahan, memperingati hari maulid Nabi Muhammad saw. atau hari maulid seorang wali Allah dan alasan-alasan lain yang tidak semestinya menjadi sebab pengafiran… kaum Sunni menjadi bulan-bulan pengafiran Imam Agung Sekte Sempalan Wahhabi…. Yang tentunya dengan alasan yang sama bahkan dengan alas an bahwa praktik ritual tersebut di atas lebih kental di kalangan masyarakat Muslim Syi’ah maka ia juga menjatuhkan vonis kafir dan musyrik atas Syi’ah…. memlalu buku-buku kecilnya, seperti Kitab at Tauhid dan kasyfu asy Syubuhât dll., Muhammad ibn Abdil Wahhab menvonis kafir Ahlusunnah dan tidak segan-segan menyebut mereka sebagi musyrik! Kafir! Pelestari agama Amr ibn Luhay dll. Sebagaimana melalui Risalah kecil berjudul Rasilah ar Radd ‘Alâ ar Râfidhah ia menghujat Syi’ah dengan keras dan hujan patan fitnah beracun penuh kepalsuan.

Dalam kesemptan ini, saya bermaksud menetili berbagai gugatan dan tuduhan tidak berdasar Imam Agung Sekte Sempalan Wahhabi yang ia alamatkan kepada Syi’ah.

Beberapa belas tahun lalu, ketika saya sibuk belajar di sebuah Lembaga Bahasa Arab yang didirikan kaum Wahhabi di Jakarta pada tahun 90an, saya sudah diperkenalkan kepada buku kecil itu….

Buku itu penuh dengan caci-maki, tuduhan palsu dan fitnah keji, bhsa yang tidak santun, disamping banyak kesalahan yang mencerminkan kejahilan penulisnya… waktu itu saya belum banyak memahami kekurangan dan cacat berat dalam buku tersebut! Terlebih ketika itu, saya hidup di lingkungan para pemuda Wahhabi yang sedang “Gila” Arab Saudi dan semua yang datangnya dari para muthawwi’ Arab yang sok alim dan pandai!

Buku kecil Imam Agung Wahhabi itu terdiri dari 32 mathlab/bahasan dan penutup… sebagiannya hanya sekedar pengulangan… karenanya saya akan rangkum beberapa mathlabnya dengan menyebutkan dalil-dalil yang kemukakan…. Setelahnya saya akan sanggah satu persatu dengan izin Allah Isya Allah.

Saya yakin para pembaca aakan menyaksikan beapa rapuh dan amboradulnya sajian Imam Agung Wahhabi dalam masalah ini.

Mathlab Pertama

Khilafah

Pada Mathlab al Washiyyah, Syeikh Ibnu Abdi al Wahhab berkata:

إن مفيدهم قال في كتابه روضة الواعظين : ” إن الله أنزل جبريل على النبي صلى الله عليه وسلم بعد توجهه إلى المدينة في الطريق في حجة الوداع فقال : يا محمد إن الله تعالى يقرئك السلام ويقول لك : إنصب علياً للإمامة ونبّه أمتك على خلافته . فقال النبي صلى الله عليه وسلم : يا أخي جبريل إن الله بغّض أصحابي لعلي ، إني أخاف منهم أن يجتمعوا على إضراري فاستعف لي ربي .فصعد جبريل وعرض جوابه على الله تعالى . فأنزله الله تعالى مرة أخرى . وقال النبي صلى الله عليه وسلم مثلما قال أولاً. فاستعفى النبي صلى الله عليه وسلم كما في المرة الأولى . ثم صعد جبريل فكرّر جواب النبي صلى الله عليه وسلم ، فأمره الله تكرير نزوله معاتباً له مشدّداً عليه بقوله : ) يا أيها الرسول بلّغ ما أُنزل اليك من ربك وإن لم تفعل فما بلغت رسالته ( فجمع أصحابه وقال : يا أيها الناس إن علياً أمير المؤمنين وخليفة رب العالمين ، ليس لأحد أن يكون خليفة بعدي سواه ، من كنت مولاه فعلي مولاه ، اللهم وال من والاه وعاد من عاداه . انتهى .

فانظر أيها المؤمن إلى حديث هؤلاء الكذبة الذي يدل على إختلاقه ركاكة ألفاظه وبطلان أغراضه ولا يصح منه إلا من كنت مولاه ، ومن إعتقد منهم صحة هذا فقد هلك ، إذ فيه إتهام المعصوم قطعاً من المخالفة بعدم إمتثال أمر ربه إبتداءاً وهو نقص ، ونقص الأنبياء عليهم الصلاة والسلام كفر….

“Sesungguhnya Mufid mereka; Ibnu Mu’allim berkata dalam kitab Rawdhatul Wâ’idhîn bahwa: Sesunnguhnya Allah menurunkan Jibril atas Nabi saw. setelah keberangkatannya menuju kota Madinah di tengan jalan dalam haji Wada’, ia berkata, ‘Hai Muhammad, Sesungguhnya Allah –ta’ala- menyampaikan salam atasmu dan berfirman kepadamu: “Tunjuklah Ali sebagai Imam, dan ingatkan umatmu akan kekhalifahannya.”

Nabi saw. bersabda, “Hai saudaraku Jibril, sesunggunya Allah telah menjadikan sahabat-sahabatku membenci Ali, aku takut mereka bersepakat untuk membahayakanku, maka mintakan maaf untukku dari Tuhanku. Lalu Jibril naik dan menyampaikan jawaban Nabi saw. kepada Allah –Ta’ala-, maka Allah menurunkan Jibril sekali lagi dan berkata kepada Nabi saw. seperti perkataannya yang pertama, Nabi pun meminta maaf (agar diberi izin untuk tidak menyampaikan) seperti pada kali pertama. Kemudian Jibril naik lagi dan mengulang jawaban Nabi saw., dan Allah pun memerintaah Jibri untuk turun lagi dan menegur Nabi saw. dengan teguran keras dengan firman-Nya:

يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ.

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (QS. Al Mâidah [5];67)

Lalu Nabi saw. mengumpulkan para sahabatnya dan bersabda: “Hai sekalian manusia! Sesungguhynya Ali adalah Amirul Mukminin dan Khalifah rabil Alamin. Tidak seorang pun yang berhak menajdi Khalifah setelahku selainnya. Barang siapa yang aku maula/pemimpinnya maka Ali juga peminpinnya. Ya Allah bimbinglah orang yang menjadikan Ali sebagai pemimpinnya dan musuhilah orang yang memusuhinya.” (selesai)

Perhatikan wahai saudaraku yang Mukmin hadis riwayat para pembohong itu yang kerendahan susunannya dan kebatilan tujuannya membuktikan kepalsuannya. Dan tidak ada yang shahih darinya selain sabda: من كنتُ مولاه dan barang siapa di antara mereka meyakini keshahihan hadis itu maka ia benar-benar binasa, sebab di dalamnya terdapat tuduhan kepada seorang yang pasti kema’shûmannya bahwa ia melanggar perintah Allah dengan tidak menjalankan perintah-Nya. Dan hal itu adaalah sebuah kekurangan, dan kekurangan para nabi as. adalah kekufuran…!”

Sanggahan Kami:

Pada keterangannya di atas, ada dua perkara yang perlu mendapat perhatian:

Pertama: Tentang Syeikh Mufid dan kitab Rawdhatul Wâ’idhîn.

Setelah kami lakukan penelusuran dan penelitian terhadap nama-nama kitab-kitab karangan Syeikh Mufid yang dijalaskan dan dipaparkan para ulama Syi’ah ternyata tidak pernah ada karangan Syeikh Mufid yang betjudul Rawdhatul Wâ’idhîn.

Di kalangan ulama Syi’ah hanya ada empat kitab karya ulama mereka yang berjudul Rawdhatul Wâ’idhîn.

  1. Rawdhatul Wâ’idhîn Fi Ahâdîtsi al Aimmati ath Thâhirîn karya Sayyid hasyim ibn Ismail al Katkâni.
  2. Rawdhatul Wâ’idhîn Fi Syarhi Ahâdîtsi al Arba’în ‘An Sayyidi al Mursalîn karya Maula Miskin aal Farahi.
  3. Rawdhatul Wâ’idhîn Wa Bashîrati al Mutta’idhîn Syeikh Syahid Abu Ali Muhammad ibn Ali ibn Ahmad ibn Ali al Hafidz al Wâ’idz al Fârisi yang dikenal dengan nama Ibnu al Fattâl.
  4. Rawdhatul Wâ’idhîn Bi al Haqqi al Mubîn dengaan bahasa Persi tentang masihat dan sejaraah para imam terdiri dari 27 pasal dan penutup.

Dari sini dapat diketahui dengan jelas bahwa Imam Agung Sekte Wahhabi ini jahil dan tidak mengenal apapun tentang Syeikh Mufid… ia hanya menebak-nebak seperti ahli nujum!!

Kedua: Tantang Riwayat tersebut yang ia kacam.

Andai benar kitab tersebut ada dalam kitab Rawdhatul Wâ’idhîn tulisan Syeikh Mufid seperti yang ia katakan, atau dalam kitab-kitab ulama Syi’ah! Andai benar, apakah riwayat tersebut hanya Syi’ah saja yang meriwayatkannya?! Atau jusretu ulama dan Muhaddis Ahlusunnah juga meriwayatkannya dan atau hadis-hadis dengan makna yang serupa dalam kitab-kitab mereka?!

Agar pembaca menyaksikan langsung bahwa kajahilan Syiekh Ibnu Abdi al Wahhab tidak terbatas pada pengenalannya atas kitab-kitab dan ulama Syi’ah, akan tetapi juga terhadap kitab-kitab dan karangan berharga ulama Ahlusunnah sendiri, agar pembaca mengetahuinya, saya akan sebutkan sekelumit riwayat yang diriwayatkan ulama Ahlusunnah dalam masalah ini.

(1) Dari Hasan, ia berkata, “Bahwa Nabi saw. bersabda, ‘Ketika Allah mengutusku dengan karasulan, aku menjadi sempit, aku mengatahui bahwa di antara orang-orang akan ada yang membohongkanku.’ Rasulullah saw. takut kepada kaum kafir Quraisy, kaum Yahudi dan Nashara. Maka Allah menurunkan ayat tersebut.

(2) Dari Mujahid ia berkata, “Ketika turun ayat:يا أيها الرسول بلغ مل أنزل إليك , Nabi bersabda, ‘Wahai Tuhanku, aku ini seorang diri bagaimana yang aku harus perbuat, orang-orang akan bersatu melawanku? Maka turunlah ayat: وَ إن لم تفعل فما بلغت رسالته .

(3) Dari Ibnu Abbas ra. Tentang ayat: وَ إن لم تفعل فما بلغت رسالتهia berkata, “Jika engkau sembunyikan/rahasiakan satu ayat pun dari yang diturunkan kepadamu maka sama dengan engkau tidak menyampaikan Risalah-Nya.”

Riwayat-riwayat di atas dapat And abaca langsung dalam:

o Asbâb an Nuzûl; al Wâhidi:204.

o Tafsir Fathu al Qadîr; Asy Syaukani,2/60.

o Tafsir ad Durr al Mantsûr,3/117.

o Tafsir Rûh al Ma’âni; al Alûsi,6/189.

o Tafsir Mafâtih al Ghaib; ar Râzi,2/49.

o Tafsir Ibnu Katsîr,2/80.

o Umdatu al Qâri Syarh Shahih Bukhari; al Qasthtallâni,18/206.

o Dll.

Al Qurthubi berkata, “Makna ayat itu adalah: Tampakkan tabligh, sebab beliau di awal masa Islam menyembunyikan da’wahnya karena takut dari kaum Musyrikin. Kemudian Allah memerintahkan dalam ayat ini agar beliau menampakkannya dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah akan menjaganya dari gangguan manusia.” (Tafsir al Jâmi’ Li Ahkâm al Qur’ân; al Qurthubi,6/242.)

Ibnu Qutaibah berkata, “Menurut saya pada ayat itu terdapat kaata yang disembunyikan yang dijelaskan oleh kata setelahnya, yaitu bahwa Rasulullah saw. berhati-hati dengan sebagian kehati-hatian dan menyembunyikan sebagian yang beliau diperintahkan untuk menyampaikannya sesuai yang disampaikan kepada beliau sebelum Hijrah. Setelah Allah menaklukkan kota Mekkah dan Islam tersebar, Allah memerintahkan beliau untuk bertabligh seraca terang-terangan tanpa harus berhati-hati kepada kaum kafir atau takut atau merayu mereka. Dan dikatakan kepada beliau: “Jika engkau tidak menyampaikannya sesuai dengan yang engkau terima maka sama artinya engkau tidak menyampaikan Rasalah Tuhanmu.” Dan yang menunjukkan makna itu adalah firman Allah:

وَ اللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ .

“Dan Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang- orang yang kafir.” Yaitu Allah akan mencagah manusia dari mengganggumu. (Masâil wa Ajwibah Fi al Hadîts wa at Tafsîr:222)

Fakhruddin ar Râzi berkata, “Telah diriwayatkan bahwa Nabi saw. ketika tinggal di kota Mekkah beliau menampakkan sebagian Al Qur’an dan menyembunyikan sebagian lainnya karena khawatir akan keselamatan dirinya dari sikap kasar kaum Musyrikun kepadanya dan kepada para sahabatnya. Dan ketika Allah telah menjayakan Islam dan menguatkannya dengan kaum Mukminin Allah berfirman kepadanya:

يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ.

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.”

Yaitu jangan engkau menghiraukan siapapun dan jangan engkau meningalkan suatu apapun yang diturunkan kepadamu karena takut ditimpa oleh kesusahan/kejelakan.” (Tafsir Mafâtih al Ghaib,12/49)

Dari kutuipan ringkas di atas dapat Anda sakskian bahwa pada riwyat-riwayat dan keterangan para ulama Ahlusunnah juga terdapat tuduhan bahwa Nabi saw. melanggar perintah Allah dengan tidak menjalankan perintah Allah dan tidak menyampaikan sebagian Risalah karena takut akan gangguan orang!

Dan jika memandang bahwa hal itu sebagai sebuah penyimpangan bahkan kekafiran, maka bukan hanya Syi’ah semestinya yang harus ia vonis… ulama Ahlusunah juga ternyata sama dengan Syi’ah dalam masalah ini!!

Sebab Nuzûl Ayat at Tablîgh

Adapun tentang sebab turunnya ayat at Tablîgh ubtuk Imam Ali as., maka perhatikan beberapa riwayat yang akan saya sebutkan di bawah ini.

1. Al Wâhidi, Ibnu ‘Asâkir dan as Suyuthi, asy Syaukâni, al ‘Aini dkk meriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudri, ia berkata, Ayat ini:

يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ.

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu.”

turun atas Rasulullah saw. pada hari Ghadir Khum tentang Ali ibn Abi Thalib ra.” (Asbâb an Nuzûl:204, ad Durr al Mantsûr,3/117, Tarikh Damasqus,42/37, Umdatu al Qâri,18/206, Fathu al Qadîr,2/60 dan al Fushûl al Muhimmah:42.)

2. Fakhruddîn ar Râzi berkata, “Ayat ini turun tentang keutamaan Ali ibn Abi Thalib. Dan ketika ayat itu turun, Nabi memegang tangan Ali dan bersabda: “Barang siapa aku maulanya maka Ali juga maulanya. Ya Allah bimbinglah yang menjadikan Ali sebagi pemimpinnya dan musuhi yang memusuhi Ali.” Lalu kemudian Umar menjumpai Ali dan ia berkata kepadanya, “Selamat hai putra Abu Thalib engkau telah menjadi pemimpinku dan pemimpin setiap orang Mukmin dan Mukminah.”

Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Barâ’ ibn ‘Âzib dan Muhammd ibn Ali.” (Tafsir ar Râzi,12/50)

Jalaluddin as Suyuthi dan asy Syaukani berkata: “Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa ia berkata, “Kami membaca ayat ini di masa Nabi demikian:

{يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ} أنَّ علِيًّا مولَى الْمُؤمنين { وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ وَ اللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ}

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu, bahwa Ali adalah pemimpin kaum Mukminin. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (Ad Durr al Mantsûr,3/117 dan Fathu al Qadîr,2/60)

(Bersambung)

7 Tanggapan

  1. Kalau lihat-lihat tingkah dan pola pandang para penggede wahabi kayaknya gugat sana sikat sini itu sudah jadi sarapan mereka….
    Ahlusunnah yang diwakili asy’ariyah dituduh sesat dan dilucuti gelar kesunniannya….
    semua kena semprot sesat…
    lhah kalau syi’ah saya pikir pasti akan mereka juhhat dan bukan lagi mereka gugat…. apalagi setau saya syi’ah juga sama dengan ahlusunnah dalam banyak hal, seperi ziarah, tawassulan dll. jadi kalau Sunni disesatkan gara-gara hal-hal itu… ya syi’ah pasti kena juga!

  2. setuju..cuma wahabi ini faham yang menganut aliran kepercayaan muhammad bin abdul wahab

  3. ana yakin orang2 seperti ini sebenarnya lebih mengkedepankan fanatisme semata. karena mereka sangat tidak suka dengan orang yang berbeda pendapat dengan mereka.

    wahai pembesar2 wahabi yang menyebut syiah kafir, ingatlah perkataan2 kalian ini hanya akan mengakibatkan permusuhan.

  4. Reblogged this on Menjawab Tuduhan Salafy-Wahabi.

  5. Wahabi tukang fitnah, pedagang kepalsuan ilmu. dan selalu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan

  6. wahabi kami mohon islam jangan di pecah belah, ber beda paham dan pendapat itu rahmat Allah tapi tegakkan laa ilaa ha illilah muhammadur rosulullah.

  7. […] Wahhabi Menggugat Syi’ah (1) Mukadimah […]

Tinggalkan Balasan ke berabeh Batalkan balasan