Aneh, Sahabat Anshar Kok Munafik?!

Sebuah Renungan Terhadap Konsep Keadilan Sahabat

Diantara doktrin yang tak henti-hentinya ditalqinkan oleh jumhûr penganut mazhab Ahlusunnah, khususnya yang Sunni Plus/Nashîbi (Ekstrimis Wahhâbi/Salafi) adalah bahwa seluruh sahabat[1] Nabi saw. adalah bersifat ‘Udûl (baik, tidak mungkin jahat dan menyengaja melanggar syari’at tanpa dasar). Dan barang siapa yang meragukan doktrin ini akan berhadapan dengan Pasukan Pembela Sahabat yang siap meluncurkan edisi fatwa terekstrim: Zindiq, Kafir dll!

Apabila ada yang mengatakan bahwa sahabat A atau B itu fasik apalagi munafik mereka segera menuduh Anda telah terpengaruh oleh Abdullah Ibnu Saba’ (si aktor Yahudi yang merusak Islam dengan menjelak-jelekkan para sahabat)…. Menuduh Anda berusaha meruntuhkan risalah agama dengan mencacat para pengembannya. Demikianlah doktrin itu dicekokkan di hampir setiap kesempatan, khususnya di pengajian atau pengkajian yang bernuansa menghujat ajaran Syi’ah!

Saya tidak pedulu dengan itu semua. Karena masalah ini telah lama menjadi bahan perdebatan mandul antara mereka yang menganut “Mazhab Pokoknya” dan para kritikus sejarah. Saya hanya mengajak Anda merenungkan beberapa catatan yang mungkin dapat membuka mata hati dan pikiran Anda (bukan mereka yang menganut “Mazhab Pokoknya”. Sebab bagi mereka apapun yang dapat meruntuhkan doqma mazhab mereka harus disingkirkan jauh-jauh…. Ayat-ayat Al Qur’an yang membombardir doqma mazhab mereka harus dilawan. Sesekali ditakwil dan sesekali dilupakan! Hadis-hadis palsu pun yang tak  henti-hentinya diproduksi di masa subur pemalsuan. Dan diobral untuk mengggertak kaum awam di masa kini! Data-data sejarah pun harus diabaikan dan diragukan bahkan dibohongkan… Pokoknya, semua sahabat harus adil! Titik!!

Jangan-jangan Nabi saw. ”Agak Terpengaruh” Syi’ah!

Ketika mereka dikagetkan dengan banyak hadis Nabi saw. yang membongkar bahwa di antara sahabat-sahabat beliau tenyata ada yang munafik, (walaupun tidak semestinya mereka kaget sebab Al Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang membongkar kemunafikan sebagian sahabat, bahkan yang dekat sekalipun)… ketika memergoki hadis-hadis seperti itu dalam kitab-kitab hadis standar mungkin terbesit dalam kepala sebagian awam (yang sudah “tercerahkan” oleh doktrin “Mazhab Pokoknya”): jangan-jangan Nabi saw. sendiri sudah terpengaruh fitnah Syi’ah Sabaiyyah?! Atau jangan-jangan Nabi saw’ agak berpihak kepada kaum Syi’ah?!

Imam Ahmad dan para muhaddistîn lain telah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:

إنَّ فِي أصحابِي مُنافِقِيْنَ.

“Di antara para sahabatku ada yang munafik.” [2]

Atau sabda Nabi saw. “Di antara sahabatku ada dua belas orang munafik, delapan di antaranya  tidak pernah masuk surga sehingga onta memasuki lubang jarum.” Seperti diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya[3].

Jumlah kaum munafik di antara sahabat Nabi saw. tidaklah sedikit. Terbukti bahwa dalam peperangan Uhud, Abdullah ibn Ubay ibn Salûl –gembong kaum Munafikin- membelot bersama tiga ratusan prajurit dari total jumlah prajurit sekitar seribut personil. [4] Akan tetapi karena satu dan lain hal, identitas sebagian mereka dirahasiakan demi menjaga nama baik mereka… akan tetapi ketika mereka tidak termasuk kelompok “Saqifah Group” maka kekebalan itu tidak lagi dipertahankan! Nama mereka akan disebutkan! Kedok kemunafikan mereka segera dibongkar. Mereka dijadikan tumbal untuk keselamatan teman-teman lainnya! Karenanya kaum munafik dari kalangan Anshar  dibongkar kedok kemunafikan mereka, sementara kaum munafik dari kaum Quraisy dirahasiakan identitas mereka!

Ibnu Hisyam Membongkar Kedok Kemunafikan Kaun Ashar!

Gelar Anshar yang artinya para pembela kini tak lagi sakral. Kaum Anshar yang dikenal membela perjuangan da’wah Nabi saw. yang untuk mereka beberapa ayat turun memuji ketulusan keimanan dan perjuangan mereka, kini dibongkar data-data yang menaburkan keraguan atas mereka. Kaum Anshar ternyata tidak semuanya seperti yang kita bayangkan selama ini!

Ibnu Hisyam melaporkan dalam Sirahnya yang sangat terkenal itu di bawah judul pasal: Man Ijtama’a Ilâ al Yahûd Min Munafiqî al Anshâr/Kaum Munafik dari kalangan Anshar yang bergabung dengan kaum Yahudi, pada laporannya itu ia mengatakan:

  • “(Dari bani ‘Amr)

Ibnu Ishaq berkata, “Dan di antara kaum munafik dari suku Aus dan Khazraj[5] yang bergabung dengan kaum Yahudi –dalam persekongkolan mengkhianati Nabi saw.- yang nama-nama mereka disampaikan kepada kami adalah (Allah Maha Mengetahui): dari suku Aus tepatnya dari keluarga bani ‘Amr ibn Auaf ibn Mâlik ibn Aus kemudian dari suku bani Laudzân ibn ‘Amr ibn Auf adalah: Zuwai ibn al Hârits.

  • (Dari suku bani Habîb)

Dan dari suku bani Habîb ibn ‘Amr ibn ‘Auf adalah Julâs ibn Suwaid ibn Shâmid dan saudaranya yang bernama al Hârits ibn Suwaid.

Sekilas Tentang Julâs ibn Suwaid

Julâs adalah orang yang berkata -ketika ia membelot dari rombongan pasukan nabi dalam peperangan Tabûk-, “Jika orang ini (Nabi saw. maksudnya) benar, pastilah kita ini lebih jahat/jelek dari keledai.” Lalu ucapannya ini dilaporkan kepada Nabi saw. oleh ‘Umair ibn Sa’ad (anak tirinya sendiri). Lalu setelah dipanggil Nabi saw. dan ditanyakan kepadanya atas ucapannya itu, ia mengelak dengan bersumpah bahwa ia tidak mengatakannya. Lau turunlan beberapa ayat tentangnya:

.

يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ ما قالُوا وَ لَقَدْ قالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَ كَفَرُوا بَعْدَ إِسْلامِهِمْ وَ هَمُّوا بِما لَمْ يَنالُوا وَ ما نَقَمُوا إِلاَّ أَنْ أَغْناهُمُ اللَّهُ وَ رَسُولُهُ مِنْ فَضْلِهِ فَإِنْ يَتُوبُوا يَكُ خَيْراً لَهُمْ وَ إِنْ يَتَوَلَّوْا يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ عَذاباً أَليماً فِي الدُّنْيا وَ الْآخِرَةِ وَ ما لَهُمْ فِي الْأَرْضِ مِنْ وَلِيٍّ وَ لا نَصيرٍ

.

Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali- kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At Taubah [9];74)

Sekilas Tentang al Hârits ibn Suwaid

Ia bergabung bersama pasukan kaum Muslim dalam peperangan Uhud dalam keadaan munafik, kemudian dia membunuh dua orang Muslim; al Mujadzdzar ibn Diyâb al Balwi dan Qais ibn Zaid[6], karena dahulu di sa’at terjadi peperangan di masa jahiliyah antara suku Aus dan Khazraj, al Mujadzdzar membunuh ayahnya. Dan setelahnya ia melarikan diri bergabung dengan kaum kafir Quraisy.[7]

  • (Dari suku bani Dhabî’ah)

Dan dari suku bani Dhabî’ah ibn Zaid ibn Mâlik ibn ‘Auf ibn ‘Amr ibn ‘Auf adalah: Bijâd ibn Utsman ibn ‘Âmir.

  • (Dari suku bani Ladzân)

Dan dari suku bani Ladzân  ibn ‘Amr ibn ‘Auf adalah Nabtal ibn al Hârits. Dialah yang Nabi saw. bersabda tentangnya, “Barang siapa ingin menyaksikan setan maka hendaknya ia melihat Nabtal ibn al Hârits.” Dialah yang gemar menukil pembicaraan Nabi saw. kepada rekan-rekan kaum munafiknya dan mengejek Nabi saw. dengan ejekan bahwa beliau adalah bak telinga yang tak mampu membedakan omongan apapun, semuanya ia terima!

Maka Allah SWT menurunkan ayat:

.

وَ مِنْهُمُ الَّذينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَ يَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَ يُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنينَ وَ رَحْمَةٌ لِلَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذابٌ أَليمٌ

.

“Di antara mereka (orang- orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan:” Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah:” Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang- orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang- orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang- orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.” (QS. At Taubah [9];61)

  • (Dari suku bani Dhabî’ah)

Dan dari suku bani Dhabî’ah[8] adalah 1) Abu Habîbah ibn al Az’ar. -dia termasuk yang terlibat dalam pembangunan masjid Dhirâr-, 2) Tsa’labah ibn Hâthib, 3) Mu’tab ibn Qusyair- kedua orang ini yang berjanji jika ia diberi kelapangan rizki untuk bersedekah dan menjadi orang-orang yang shaleh. Tsa’labah ini yang berbicara ketika perang Uhud berkecamuk, “Andai kita punya kekuasaan pastilah kita tidak  terbunuh di sini.” Maka Allah SWT menurunkan ayat mengecam sikapnya:

.

وَ طائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْ‏ءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ في‏ أَنْفُسِهِمْ ما لا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كانَ لَنا مِنَ الْأَمْرِ شَيْ‏ءٌ ما قُتِلْنا هاهُنا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ في‏ بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلى‏ مَضاجِعِهِمْ وَ لِيَبْتَلِيَ اللَّهُ ما في‏ صُدُورِكُمْ وَ لِيُمَحِّصَ ما في‏ قُلُوبِكُمْ وَ اللَّهُ عَليمٌ بِذاتِ الصُّدُورِ

.

“… sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata:” Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini” Katakanlah:”Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata:” Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu) hak campur tangan (dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah:” Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang- orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Âlu “imrân [3];154)

Dan dialah yang juga berkomentar miring pada hari peperangan Ahzâb/Khandaq, “Muhammad menjanjikan kita untuk menikmati harta simpanan raja Kisra dan Kaisar, sementara seorang dari kita kini tidak merasa aman atas dirinya ketika pergi ke tempat buang air. Maka Allah SWT menurunkan ayat:

.

وَ إِذْ يَقُولُ الْمُنافِقُونَ وَ الَّذينَ في‏ قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ ما وَعَدَنَا اللَّهُ وَ رَسُولُهُ إِلاَّ غُرُوراً

.

“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata:” Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb [33];12 (

4) al Hârits ibn Hâthib.

Ibnu Jakfari berkata:

Sebagian orang –termasuk Ibnu Hisyâm- meragukan bahwa Mu’tab dan kedua putra Hâthib adalah termasuk kaum munafik, dengan satu alasan yang terkesan lugu yaitu karena mereka ikut serta dalam perang Badr. Akan tetapi jujur saja harus dikatakan bahwa tidak alasan yang meinscayakan bahwa  tidak mungkin seorang pun dari yang ikut serta dalam peperangan Badr itu munafik! Mungkin anggapanj itu didasarkan kepada sebuah riwayat yang sangat ganjil dari sisi kandungannya konon diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Bisa jadi Allah telah menyaksikan para peserta peperangan Badr lalu berfirman, ‘lakukan sekehandak kalian, Aku telah ampuni kalian semua.’”

Selain mereka, Ibnu Hisyam juga menyebutkan nama-nama sebagai berikut: 5) ‘Abbâd ibn Hunaif saudara Sahl ibn Hunaif, 6) Bahzaj. Mereka termasuk yang terlibat dalam pembangunan masjid Dhihrâr. 7) ‘Amr ibn Khidâm dan 8.).  Abdullah ibn Nabtal.

  • (Dari bani Tsa’labah)

Dan dari suku bani Tsa’labah ibn ‘Amr ibn ‘auf adalah: 1) Jâriyah ibn ‘Âmir ibn al ‘Aththâf,  dan keduan putranya 2) Zaid dan 3) Mujamma’. Mereka termasduk yang terlibat dalam pembangunan masjid Dhihrâr.

Catatan Penting!

Yang sangat membingungkan adalah laporan Ibnu Hisyâm bahwa Mujamma’ adalah seorang pemuda cerdas yang telah menghafal hampir seluruh Al Qur’an. Dialah yang bertindak sebagai imam dalam shalat di masjid Dhirâr itu. Dan di masa kekhalifahan Umar ibn al Khaththâb ada usulan agar ia diangkat kembali menjadi imam shalat, tetapi Umar menolak dengan alasan: “Bukankah ia adalah imamnya kaum munafikin di masjid Dhirâr!” Dan setelah ia berasalan di  hadapan Umar bahwa ia tidak tau apa-apa tentang niatan jahat mereka. Ia hanya diminta memimpin mereka shalat maka ia lakukan, maka Umar pun mengizinkan kembali.

Ibnu Jakfari berkata:

Selain nama-nama yang telah saya sebutkan banyak nama lainnya yang dibongkar Ibnu Hisyâm dalam kitab Sirâh-nya hal mana menimbulkan pertanyaan serius, bagaimana di kalangan sahabat Anshar kok ada yang munafik? Bukankah mereka semua itu ‘udûl? Lalu bagaimana nasib doktrin yang selama ini disakralkan bahwa semua sahabat Nabi saw. itu‘udûl?

Lalu apakah ada pula kaum munafik dari suku Quraisy yang selama bertahun-tahun getol memerangi Nabi Muhammad saw. dan hanya terpaksa berhenti berterang-terangan memerangi Nabi saw. ketika mereka ditaklukkan dengan ditaklukkannya kota suci Mekkkah?

Sementara ada ayat yang sangat serius turun untuk sebagian mereka, khususnya aimmatul kufri, para pembesar kafir Quraisy yang selalu menjadi pelopor dalam memerangi Nabi saw…

Allah SWT berfirman:

.

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُوْنَ خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوْبِهمْ وَ عَلَى سَمْعِهِمْ وَ عَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَ لَهُمْ عَذَابٌ عظِيْمٌ

.

“Sesungguhnya orang-orang kafir tidak berbeda bagi mereka, baik engkau memberikan peringatan kepada mereka atau tidak; mereka tidak akan beriman* Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka (dihalangi oleh) sebuah penutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. ” (QS. Al Baqarah [2];6-7)

Para mufassirin, di antaranya adalah Ibnu Jarîr ath Thabari, Ibnu Mundzir dan ibnu Abi Hâtim meriwayatkan bahwa kedua ayat ini turun berkaitan dengan para pembesar kafir Quraisy, di antaranya adalah Abu Sufyân [9] (ayah Mu’awiyah dan kakek Yazid serta suami Hindun si pengunyah jantung Sayyidina Hamzah; paman Nabi saw.) dan al Hakam ibn al ‘Âsh (moyang para penguasa bani Marwân/dinasti Umayyah)[10].

Jadi pertanyaan yang mungkin muncul ialah: mungkinkah orang-orang yang oleh Allah divonis  tidak akan beriman: Sesungguhnya orang-orang kafir tidak berbeda bagi mereka, baik engkau memberikan peringatan kepada mereka atau tidak; mereka tidak akan beriman, dan telah dikabarkan bahwa Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka (dihalangi oleh) sebuah penutup, mungkinkah mereka itu akan beriman dengan sepenuh hati?

Mereka tidak mungkin akan beriman dengan tulus walaupun mereka mengikrarkannya dengan lisan!

Selain itu, Anda berhak mempertanyakan, mengapakah hanya kaum Anshar saja yang menjadi bulan-bulanan pembongkaran data kemunafikan ini?

Dan terakhir yang menarik untuk diteliti adalah mengapakah maraknya terma munafik dan kenufikan itu hanya ada di masa hidup Nabi saw. saja, sementara, sepeninggal beliau seakan tidak ada lagi kaum munafikin! Lalu kemanakah mereka itu?

Apakah mereka kini, sepeninggal Nabi saw. mendadak berubah menjadi kaum Mukminin yang tulus keimanannya?

Lalu apakah yang menghalangi mereka di masa hidup Nabi saw. untuk menjadi mukmin sejati?

Apakah keberadaan Nabi saw. di tengah-tengah mereka dengan serba-serbi mu’jizat yang beliau miliki jusretu menghalangi mereka dari beriman dengan tulus?

Mengapa? Mungkinkah keberadaan beliau ssaw. menjadi penghalang bagi keimanan mereka?

Jika keberadaan Nabi saw. menjadi penghalang bagi keimanan mereka, lalu siapakah yang dapat menjadi pelancar keimanan kaum munafikin itu?

Atau justru, kekuasaan menuntut kita untuk merahasiakan nama dan data kaum munafik, karena mereka kini berpartisipasi dalam kabinet gotong royong pemerintahan “Saqifah Group”?

Atau kini kemunafikan telah tidak lagi menjadi trend yang digemari kaum munafikin, sebab berterang-terang dalam menampakkan kekafiran tidak menjadi apa-apa, ia sudah menjadi fenomena biasa yang ditoleransi?

Atau ada alasan lain, lastu adri!

Wallahu A’lam Bihaqîqatil Umûr.


[1] Para ulama Ahlsunnah mendefenisikan Sahabat dengan: Setiap orang yang melihat Nabi saw. dalam keadaan Muslim walaupun hanya melihatnya sebentar saja. Lebih lanjut baca: Syarah Imam Nawawi atas Shahih Muslim,16/85.

[2] Musnad Ahmad,4/83 hadis dengan nomer urut:16810 dan Musnad ath Thayâlisi,1/128 hadis dengan nomer urut:949.

[3] Shahih Muslim,4/2143 hadis dengan nomer urut 2779.

[4] Târîkh ath Thabari,2/60. Demikian juga dalam peparangan Tabûk ada sekitar delapan puluh sahabat sengaja absen tidak mau ikut serta bergabung bersama pasukan kaum Muslimin. (Baca Fathu al Bâri,8/113).

[5] Suku Aus dan Khazraj adalah dua suku yang membentuk masyarakat kota madinah yang menyambut Nabi saw… yang kemudian mereka disebut dengan nama Al anshar.

[6] Ada yang mengatakan bahwa ia hanya membunuh al Mujadzdzar seorang.

[7] Ketarngan selengkapnya dipersilahlkan dirujuk dalam Sirah Ibnu Hisyam.

[8] Bisa jadi ia bukan suku bani Dhabî’ah ibn Zaid yang telah disebutkan sebelumnya.

[9] Para sejarawan Islam seperti ath Thabari melaporkan bahwa dalam peperangan Hunain, ketika Abu Sufyan ikut serta bersama para sahabat lainnya (tentunya setelah ia mengikrarkan syahadatain dengan lisan kerena terpaksa sebagai syarat formal menjadi sahabat Nabi saw. yang diyakini kaadilannya oleh Ahlusunnah), ia menanti-nantikan saat kekalahan kaum Muslimin dan ia selalu membawa serta azlâm, arca-arca kecil sesembahannya. (Târîkh ath Thabari,2/168). Abu Sufyan, Hakîm ibn Hizâm dan Shafwân ibn Umayyah –mereka adalah gembong kagfir Quraisy yang terpaksa mengikrarkan syahadatain- mereka menanti-nanti kekalahan atas kaum Muslimin. (Mushannaf; Ibnu Abi Syaibah,7/418 hadis dengan nomer urut:36996.)

[10] Dalam banyak hadis, seperti diriwayatkan ulama dari Aisyah dan lain bahwa Nabi saw.  telah mengutuk al Hakam dan Marwan anaknya serta keturunan dari sulbinya.

28 Tanggapan

  1. wah…sepertinya isinya ngarang dan tidak ilmiah….pemahaman dan penafsiran sefihak dari orang syiah…buat orang2 sunni dari NU, MUHAMMADIYAH, PERSIS, WAHABI & SALAFI……hati-hati ya…dengan situs syiah ini ….musang berbulu ayam…..

    • setuju kang cecep …emang dari dulu syiah benci banget ama sahabat….padahalkan udah jelas Allah ridlo pada mereka (coba lihat surat at-taubah ayat 100) …..ga mungkin Allah sembarangan dalam meridloi orang….tapi saya ga heran kok….syiah kan buatan yahudi buat menghancurkan islam dari dalam…..

      • Begitu sulitkah melihat kenyataan? Begitu sulitkah membayangkan msh adanya orang-orang di sekitar Nabi saw yg msh berprilaku buruk akibat kebiasaan jahiliyyah yg msh melekat? Begitu sulitkah menyadari bahwa setiap manusia selalu memiliki derajat prilaku yang berbeda? Baik akhlak, ketaqwaan, keimanan, kepatuhan, ketaatan, ketulusan, kelembutan, keberanian, keadilan, dst?

        Begitu sulitkah merespon tanpa mencaci & menista?

        Salam

      • Ga capek mas terus menutup mata dengan sejarah penyelewengan para sahabat masa dan apalagi pasca Rasul….Mangkenye jangan cuma pelototin buku2 sirah nabawiyah yg udah banyak disaring apa2 yg buruk ttg sahabat (yg kebanyakan dr kalangan sunni pecinta teori keadilan dan kebenaran buat seluruh org yg pernah bersahabat dgn Nabi)….kalo ente netral ente bakal lihat semua kedok munafikin berbulu sebagian sahabat…. Rupanya berat sekali anda melepas doqma “seluruh sahabat pasti adil” walaupun harus dengan menentang segala fakta dan bukti dr sejarah, hadits shohih kalangan sunni sekalipun, bahkan ayat Quran….!!!

      • At-Taubah ayat 100 sudah ditafsirkan oleh ulama sunni terkemuka Ibnu Katsir, dan beliau menafsirkan mengenai sahabat yg munafik. APAKAH ANDA MEMBACA IBNU KATSIR? ATAU IBNU KATSIR SEORANG SYI’AH? ATAU BELIAU ORANG YANG SESAT?

        Jangan pakai standar ganda ya dalam berpikir ^_^

    • Kenapa cuma Attaubah ayat 100 ? Kenapa nggak ayat 101 nya ?

      • karena mereka TIDAK MEMBACA KITAB ULAMA MEREKA SENDIRI, cuma mengikuti perkataan ustadznya saja ^_^

      • Untuk Joko dan Cecep :
        silahkan anda memasuki arena pokok yaitu mengkritisi ayat2 al quran yg diungkap sebagai dasar maupun ahadits nya. jangan hanya omelan aja, kalo memang tidak mampu lebih baik diam sebagai pembaca setia .dari pada ketahuan bloonnya.

      • Yang inikan ?

        وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
        101. Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.

        Tuh makanya menafsirkan Quranjgn sepotong2 …habis baca Attaubah ayat 100 juga mesti baca ayat yg 101 donk….!!!
        Bukankah yg dimaksud Arab Badui dan penduduk madinah disekitar Rasul itu juga kalangan sahabat (namun sebenarnya para munafiqun yg berjubah sahabat)
        Namun hebatnya para nashibi, karena kelemahan memilah2 para sahabat maka dia hantam sama rata bahwa seluruh sahabat “pasti adil dan benar”…..
        Aya aya wae…!!!

  2. Mas, buku Ibn Hisyam itu udah diterjemahin ke Bahasa Indonesia oleh Wahabi Salafi. tolong di cek mas, jangan-jangan yang mas sebutin disini sudah disensor dan dihilangkan oleh penulis wahabi tsb.

  3. untuk cecep dan joko jangan kekanak kanakan lah. Dari pada ngomel, fitnah, caci maki, lebih baik bersikap dewasa saja: diam kalau ga tau, atau cek kebenarannya dengan diskusi yang baik. Mau sampai kapan cecep sama joko bersembunyi di balik kekanakkanakannya? Udahlah. Oke lah cec dan jok, anggap aja ini semua bualan Yahudi, sekarang yang perlu you berdua buktikan adalah: terlepas apakah ini buatan Yahudi atau bukan, sebenarnya fakta sejarah ini bisa dipertanggungjawabkan atau tidak? Kayaknya ga ada jawaban lain: YAHUDI, YAHUDI, YAHUDI, jangan jangan you, cecep dan joko, adalah Yahudi.

  4. ndak diblogku, ndak di orang lain. Joko dan kawan2nya berkomentar ngawur ndak jelas, ndak ilmiah. Ayo lah jok, aku pingin sekali-kali diskusi serius dengan ente. siap gak nih? dah gak sabar nih cuy….

    • jelas donk orang sunni ga akan rela aqidahnya dirusak oleh blog2 syiah, seperti ibnu jakfar dan ressay, pasti akan saya tanggapi, pokonya setiap ada bblog syiah yang berusaha menyesatkan orang sunni pasti saya ga akan tinggal diam…buat ressay dan ibnu jakfar kalo emang elu ilmiah kenapa elu mensensor yang menentang pendapatnya elu, harusnya seperti detik .com. okezone dll semua opini dimasukan semua ..apapun isinya,,kalo elukan ennga yang mendukung aja…cape dehhh..

      Ibnu Jakfari:

      Akhi joko, saya akan berterimaksih jika Anda sudi menanggapi artikel2 kami di sini…. Tapi jangan sampai buat malu ya.

      • Maaf koment yg disensor itu yg mana Ko ??
        Buktinya koment ente yg ngawur aja selalu dimasukan (contohnya koment diatas) !!!

    • iya donk , kesesatan syiah harus dihancurkan , dimanapun dan kapanpun…..

  5. perilaku buruk itu hanya fitnah, dasar yang dipake ibnu jakfar hanya rekaan belaka, kalo emang benar kenapa elu ga pernah ngebandingin dengan tafsir yang lain atau hadis yang lain milik sunni, dan penafsiran sunni bukan yg dipelintir dan ditafsirkan sendiri oleh syiah, kenapa hanya sefihak dari syiah, orang syiah ajakan ga terimakan kalo dibilang agama bikinan yahudi dan sesat…

    • Rekaan jika tidak ada dalilnya, katakanlah beliau memfitnah jika bersumber dari hadits syi’ah. Namun ternyata dalil yg beliau kemukakan sangat kuat, dan justru berasal dari kitab2 hadits sunni itu sendiri yg ditulis oleh ulama2 sunni yang terkemuka.

      APAKAH ANDA MEMBACA KITAB-KITAB ULAMA ANDA SEPERTI KAMI?

  6. yang disampaikan oleh ibnu jakfar bukan fakta tapi fitnah keji, coba nada lihat surat attaubah ayat 100 , bagaimana Allah memuji para sahabat, ridlo pada mereka bahkan menjanjikan surga, apa mungkin itu diberikan oleh Allah kepada orang hina tau kafir…..cobalah anda berkaca, ilmu dan amal anda ga seberapa..para sahabat adalah manusia pilihan Allah coba baca alquran dan hadis-hadis nabi tentang keutamaan sahabat….ahlussunnah tidak akan membiarkan seorangpun melakukan pembunuhan karakter terhadap para sahabat……akan kami hadapi blog-blog syiah yang sesat, baik dalam masalah qur’an, hadis, sahabat maupun aqidah…Allahu Akbar….

    • yang direspon oleh sdr sunni adalah salah fatal. apakah anda tidak belajar sejarah ? bagaimana kondisi setelah wafatnya nabi saw? para sahabat saling berebut kekuasaan (pristiwa saqifah) apa anda tau? siapa yg membunuh umar ra apakah anda tau, bukankah dia juga sahabat ? siapa pembunuh abu bakar ra, bukankah dia sahabat? siapa pembunuh usman ra, bukankah dia sahabat? siapa pembunuh imam ali as, bukankah dia sahabat? dan yang paling keji adalah para pembunuh keluarga suci nabi saww di karbala, bukankah dia sahabat? dan firman allah swt “SESUNGGUHNYA TEMPAT ORANG2 MUNAFIQ ADALAH NERAKA PALING BAWAH” termasuk juga para pembela dan pecintanya.

    • Mari kita simak pendapat Ibnu Katsir salah seorang ulama terkemuka sunni yg menafsirkan at-taubah ayat 100 tersebut.

      Ibn Katsir menafsirkan ayat tersebut, bahwa ayat tersebut ditujukan untuk beberapa sahabat Rasul saww yang munafik. Rasul saww tahu bahwa penduduk Madinah yang menggaulinya dan dilihatnya tiap pagi dan senja, ada orang-orang munafik.

      Beliau mengutip hadits Rasul saww :
      Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dari Jubair bin Muth’im, yang bercerita : “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW : ‘Apakah betul yang dikatakan oleh mereka bahwa kami di Mekkah tidak mendapat bayaran ?’. Rasul menjawab: ‘Bayaranmu akan sampai kepadamu, walaupun kamu ada di lubang rubah’.

      Kemudian sambil mendekatkan kepala beliau ke telingaku, beliau saww bersabda : ‘Sesungguhnya di antara sahabat-sahabatku ada orang-orang munafik’.”

      Kemudian Dalam surat Al-Jumuah ayat 11, Ibnu Katsir juga menafsirkan sbb :

      Dalam Q.S. Jumuah 11, Allah SWT mengecam para sahabat yang meninggalkan Rasul saww, yang sedang ber-khutbah jum’at, demi menyambut kafilah yang membawa barang dagangan.

      Jabir bin Abdullah berkata :”Ketika Nabi SAW sedang berkhotbah jum’at, tiba-tiba datang kafilah dagang di Madinah, maka pergilah sahabat menyambut kafilah dagang itu, sehingga tiada sisa yang mendengarkan khotbah Rasul saww, kecuali 12 orang, maka Rasul saww bersabda :’Demi Allah yang jiwaku ada di tangannya, andaikata kamu semua mengikuti keluar sehingga tiada seorangpun yang tertinggal, niscaya lembah ini akan mengalir api’. Dan turunlah ayat tersebut.

      Beliau juga menafsirkan hal yg serupa pada kisah perang Uhud.

      Q.S. Ali Imron 153 adalah tentang kejadian perang Uhud dimana sebagian sahabat lari meninggalkan Rasul saww, sebagai berikut : “(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain, memanggil kalian…”.

      Dan Allah murka kepada mereka yang lari dari perang dan menempatkan mereka dalam neraka jahanam, [[Q.S. Al-Anfaal 15-16].

      Bahkan termasuk Abubakar dan Umar juga lari dari perang Uhud tersebut. Dan mereka berdua (Abubakar dan Umar) juga lari dari perang Hunain dan Khaibar.

      Sumber sunni :
      1. Haikal, “Hayat Muhammad”, bab “perang uhud” dan “perang khaibar”.
      2. Al-Waqidi, dalam “Al-Maghazi”.
      3. Siroh Ibn Hisyam, Jilid 4, bab “Perang Uhud”.
      4. Ibn Hajar, dalam “Al-Ishobah”, jilid 3, hal. 108, pada muntakhab “Al-Isti’ab”.
      5. Siroh Al-Halabiyah, pada bab “Perang Hunain” dan “Perang Khaibar”.

      Katakanlah Ibnu Jakfari memfitnah dgn keji, sesungguhnya beliau berlepas diri atas segala tuduhan tersebut.

      Namun Kitab-kitab sunni justru membuktikan bahwa diantara sahabat memang ada yg bersikap munafik, apakah bisa beliau atau umat Syi’ah Imamiyah disebut sbg tukang fitnah?. Lalu bagaimana dgn para ulama besar sunni tersebut? apakah mereka terhitung sbg pemfitnah juga? Bersikap adil-lah dalam menilai. Jgn biarkan fanati buta menguasai kecerdasan kita sbg manusia yg paling sempurna. Itulah yg membedakan antara kita dgn mahkluk lainnya.

      “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yg benar”

  7. ibarat membersihakan barang yg sudah KARATAN terlalu lama ya memang harus pelan2. sdr kita sunni sudah sejak kecil didoktrin tentang kesucian para sahabat sedemikian rupa sehingga membutakan segalanya. bukankah doktrin itu sudah menjadi aqidah/keyaqinan mereka, sehingga bila ada koreksi tentunya akan marah,bak kiyamat akan datang. bila kesucian sahabat dikoreksi sedikit yang muncul kecaman dan cacian tanpa dalil. tapi bila kesucian Nabi saw dilecehkan dengan cerita bermuka masam, kehormatan keluarga nabi dihina (cerita kesaksian bohong si abu kucing tetang wafatnya paman nabi rh) mereka tidak keberatan bahkan membenarkan hal itu. coba renungkan dikit bro………

  8. tapi anehnya para sahabat nabi yang dituduhkan munafik oleh syiah hari ini, justru oleh imam Ali sendiri malah menikahkan anaknya (ummu kultsum) sendiri dengan umar Ra…. ??? i cant belive it…
    benarkah tindakan sang imam ini sendiri di mata anda(syiah)? atau anda (syiah) kah yang salah dalam menilai para sahabat?
    allah kulli hal

    ___________
    Ibnu Jakfari:

    Sebelum komentar lebih baik anda membaca artikel diatas terlebih dahulu.
    komen anda tidak nyambung dan tidak ada kata dalam artikel diatas yang menyebut umar munafiq.
    saya harap anda tidak keluar jalur!

  9. @ibn jakfari : anda ini buat artikel tapi goblok,yang namanya munafiq berarti bkn orang mukmin,klo bkn mukmin ya bkn sahabat.sahabat itu syaratnya harus muslim.apa ada di kitab yg menyebutkan orang munafiq adalah orang islam ????????????

    _______________

    Ibnu Jakfari:

    Akhi dayak, saya benar-benar prihatin melihat Anda yang bersemangat 45 tapi tidak didasari ilmu. Setelah Anda ngotot kalau tidak mukmin ya bukan sahabat!!! Anda kembali mengatakan:sahabat itu syaratnya harus muslim!! Apa Anda mengarti perbedaan antara Muslim dan Mukmin? Itulah yang menyebabkan saya tidak tertarik mengomentari banyak komentar Anda!!
    Maaf. Belajar dulu yang pintar baru komentar di sini!

  10. @joko
    apakh yg anda maksud muhajirin n anshar di attaubah 100, semua bani anshar n muhajirin?silahkan anda jwb
    klu anda baca ayat sesudahnya tentu tidak semua bani anshar n muhajirin yg allah ridho
    nah yg di ungkap oleh ibnu jakfari yg di ayat sesudahnya
    Jd klu anda tdk suka ya silahkan anda hapus ayat tsb dr quran anda.
    diskusi yg baik ya akhi,spy anda tdk mempermaluka guru n mazhab anda

    • Yang inikan ?

      وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
      101. Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.

      Tuh makanya menafsirkan Quran jgn sepotong2 …habis baca Attaubah ayat 100 juga mesti baca ayat yg 101 donk….!!!
      Bukankah yg dimaksud Arab Badui dan penduduk madinah disekitar Rasul itu juga kalangan sahabat (namun sebenarnya para munafiqun yg berjubah sahabat)
      Namun hebatnya para nashibi, karena kelemahan memilah2 para sahabat maka dia hantam sama rata bahwa seluruh sahabat “pasti adil dan benar”…..
      Aya aya wae…!!!

      • Kayaknya karat dihati susah dibuang ….
        Syiah meyakini ada sebagian sahabat yang munafiq dan sesat ….
        Tapi Sunni menganggap SELURUH sahabat benar & adil ….
        Tapi saudara2 syiah sendiri (dalam meyakini pendapatnya ttg sahabat) dapat menyandarkan diri pada dalil2 shahih kaum sunni …
        Sedangkan Sunni (dalam meyakini pendapatnya ttg sahabat) harus menutup mata dr dalil2 shahih milik mereka sendiri yg menyingkap kemunafiqan sbagian sahabat ….

  11. Setiap orang punya amalan masing-masing, bagi mereka amalan mereka dan bagi kita amalan kita. Mereka adalah umat yang telah lalu, mengapa kita senang dengan mencari kejelekan orang lain? Bukankan άϑά hal yang lebih penting yang dapat kita pelajari (esensi ISLAM)? Sukakah kamu memakan bangkai saudaramu sendiri yang telah mati? Untuk apa mendebatkan masalah yang terjadi di antara para sahabat, hanya اَللّهُ yang Maha Tahu dan yang Berhak Menghakimi, bukan kita!!!! Tugas kita adalah mempelajari ISLAM seperti yang Nabi Muhammad SAW dakwahkan, bukan menghujat sahabat-sahabat beliau SAW.
    Naif sekali kalau kita merasa lebih baik dari para sahabat, janganlah kita mencela para sahabat, karena andai saja kita beramal gunung emas sebesar Uhudpun tidak akan mencukupi amalan mereka.
    Mereka adalah umat yang telah lalu, bagi mereka amalan mereka dan bagimu adalah amalanmu….
    ___________________

    Ibnu Jakfari:

    Aneh bin ajaib kalau ada orang Mukmin merasa bahwa orang munafik itu lebih afdhal darinya!
    Mencela orang lain itu dilarang dalam agama! Tetapi jangan disamakan antara mengkaji sejarah seseorang dengan mencela! Sering terjadi mencampuradukan dalam masalah ini. Mengkritisi prilaku sebagian sahabat (apalagi yang munafik) tidak berarti mencela! Bedakan!

Tinggalkan Balasan ke fuad Batalkan balasan