Politik Jahat Mu’awiyah (la) Terhadap Islam!

Politik Jahat Mu’awiyah (la) Terhadap Islam!

Untuk membuktikan kekejian unsur dan keburukan jiwanya, Mu’awiyah memuntahkan kedengkiannya kepada Nabi Islam dan Ahlulbaitnya, utamanya Imam Ali as. dengan melancarkan program pelaknatan dan pencaci-makian terhadap Imam Ali as. dan menghukum siapa pun yang berani menentangnya dalam masalah ini. Dengan tanpa malu dan penuh kekejian dan kebencian, Mu’awiyah memerintah kaum Muslim dan pembesar para sahabat di kota suci Manidah dan dari mimbar Nabi saw. agar mereka mencaci-maki Imam Ali as.

Imam Muslim mengabadikan kejahatan Mu’awiyah di atas dalam kitab Shahihnya, ia me riwayatkan ‘Âmir ibn Sa’ad ibn Abi Waqqâsh dari ayahnya, ia berkata:

أَمَرَ مُعَاوِيَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ سَعْدًا فَقَالَ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسُبَّ أَبَا التُّرَابِ فَقَالَ أَمَّا مَا ذَكَرْتُ ثَلَاثًا قَالَهُنَّ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَنْ أَسُبَّهُ لَأَنْ تَكُونَ لِي وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَهُ خَلَّفَهُ فِي بَعْضِ مَغَازِيهِ فَقَالَ لَهُ عَلِيٌّ يَا رَسُولَ اللَّهِ خَلَّفْتَنِي مَعَ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَا نُبُوَّةَ بَعْدِي وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ يَوْمَ خَيْبَرَ لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ رَجُلًا يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَتَطَاوَلْنَا لَهَا فَقَالَ ادْعُوا لِي عَلِيًّا فَأُتِيَ بِهِ أَرْمَدَ فَبَصَقَ فِي عَيْنِهِ وَدَفَعَ الرَّايَةَ إِلَيْهِ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا فَقَالَ اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلِي

“Mu’awiyah ibn Abi Sufyan memerintah Sa’ad, ia berkata, ‘Apa yang mencegahmu mencaci Abu Thurâb[1]?! Sa’ad menjawab, “Selama aku mengingat tiga sabda Rasulullah saw. untuknya yang andai satu saja untukku itu lebih aku sukai dari dunia dan seisinya maka aku tidak akan mencacinya. Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda kepada Ali ketika beliau meminta Ali tinggal (tidak ikut-serta) dalam sebagian peperangan beliau, lalu Ali berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, mengapakah Anda tinggalkan aku bersama para wanita dan kanak-kanak?’ Maka beliau saw. bersabda, ‘Tidakkah engkau rela kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tiada kenabian sepeninggalku.” Aku mendengar beliau saw. bersabda pada hari parang Khaibar, ‘Aku akan serahkan bendera kepanglimaan ini kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya.’ Maka Allah memenangkannya, dan ketika turun ayat ‘Katakan, ‘Marilah, kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian… ,’ Rasulullah saw. memanggil Ali, Fatimah , Hasan dan Husain dan bersabda, ‘Ya Allah hanya merekalah Ahli/keluarga-ku.[2]

.

Sa’ad juga mengancam akan keluar dari masjid jika Mu’awiyah bersikeras melaknat Imam Ali as. dari atas mimbar Nabi saw. di masjid nabawi suci.[3]

Al Wâqidi meriwayatkan bahwa Mu’awiyah sepulangnya dari Irak setelah kesepakatan perdamaian dengan Imam Hasan as. dan manusia bersatu di bawah pemerintahannya, ia berpidato, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepadaku, ‘Sesungguhnya engkau akan menjabat sebagai Khalifah sepeninggalku, maka pilihlah negeri suci, di dalamnya terdapat wali-wali abdâl.’ Dan aku telah memilih kalian, maka laknatilah Abu Thurab! Lau mereka pun melaknatinya. Dan keesokan harinya, Mu’awiyah menulis surat ketetatapan, dan mengumpulkan mereka lalu membacakannya, di dalamnya terdapat: “Ini adalah surat Amirul Mukminin Mu’awiyah,pengemban wahyu Allah yang mengutus Muhammad sebagai nabi, dan ia adalah seorang yang buta huruf; tidak mampu membaca dan menulis. Lalu Allah memilihkan untuknya dari keluarganya seorang wazîr/pembantu, penulis wahyu yang terpercaya. Dan adalah wahyu turun kepada Muhammad dan aku menulisnya, dia tidak mengetahui apa yang aku tulis. Dan tiada seorang pun antara aku dan Allah.”

Maka seluruh hadirin berkata, ‘Benar engkau wahai Amirul Mukminin.

.

Mu’awiyah Melaknati Imam Ali as. Dalam Setiap Pidato Jum’at!

Al Jâhidz melaporkan bahwa Mu’awiyah selalu menutup pidato jum’atnya dengan pelaknatan atas Imam Ali as. dengan kata-katanya, “Ya Allah! Sesungghunya Ali telah kafir terhadap agama-Mu, mencegah dari jalan-Mu. Maka kutuklah dia dengan kutakan yang berat dan siksalah dia dengan siksa yang pedih!”

Dan ia menuliskan teks kutukan itu sebagai penutup pidato ke berbagai penjuru wilayah. Dan kata-kata itulah yang menjadi penutup pidato di atas mimbar-mimbar sampai masa kekhalifahan Umar ibn Abdil Aziz.[4]

.

Wasiat Mu’awiyah Untuk Mughîrah ibn Syu’bah

Mu’awiyah tidak akan ketinggalan memesankan hal penting itu kepada seluruh aparat pemerintahannya yaitu agar mereka tidak teledor dalam menjalankan program pelaknatan Imam Ali as., dan mereka pun segera dengan senang hati melaksakan program Mu’awiyah untuk pelaknatan Imam Ali as. Mughîrah ibn Syu’bah ketika ditunjuk Mu’awiyah sebagai Gubernur Kufah tahun 41 H Mu’awiyah memanggilnya dan berpesan kepadanya, “Amma ba’du, … sesungguhnya aku bermaksud mewasiatkan kepadamu banyak hal, namun aku tinggalkan karena aku mengandalkan kecerdasanmu. Tetapi untuk yang satu ini aku tidak akan meninggalkan untuk berpasan kepadamu; ‘Janganlah engkau tinggalkan mencaci dan menghinakan Ali, dan memohonkan rahmat dan ampunan untuk Utsman. Cacatlah para pendukung Ali dan jauhkan mereka, dan pujilah Syi’ahnya Utsman dan dekatkan mereka!.’”[5] Maka Mughîrah dalam pidatonya selalu mencaci Imam Ali as. dan ia juga memerintahkan banyak khathib untuk mencaci Imam Ali as.[6]

Sejarah mencatat bahwa Mughîrah ibn Syu’bah memaksa Hujr ibn Adi –seorang shabat setia Imam Ali as. agar berdiri di hadapan umum dan melaknati Ali as., ia menolak dan Mughîrah pun mengancamnya, maka Hujr berdiri dan berkata, “Wahai manusia sesungguhnya Amir kalian memerintahku untuk melaknati Ali, maka laknati dia.” Maka penduduk Kufah yang hadir melaknatinya. Yang ia maksud dengan kata ganti orang ketika dalam kata-katanya: maka laknati dia, adalah sang Amir bukan Imam Ali as.

Karena sikap gigihnya dalam membela kebenaran dan Ahlulbait as. maka Mu’awiyah memerintahkan agar Hujr bersama rekan-rekannya dihukum mati! Hasan al Bashri berkata mengecam Mu’awiyah, “Ada empat perkara pada Mu’awiyah andai satu saja ada padanya niscaya sudah cukup menyebarbkan kebinasaan baginya:

  1. Ia merampas kekuasaan tanpa musyawarah sementara masih banyak sahabat mulia.
  2. Mengangkat Yazid si pemabok, si pemakai baju sutra dan pemain musik sebagai Khalifah.
  3. Mengakui Ziyâd sebagai anak ayahnya, padahal Nabi saw. bersabda, ‘Anak itu milik si pemilik ranjang dan bagi si pezina adalah dicegah (dari mengakui anak hasil zinanya dalam nasab).’
  4. Ia mebunuh Hujr dan rekan-rekannya. Celakalah dia dia dari Hujr dan rekan-rekannya! Celakalah dia dia dari Hujr dan rekan-rekannya![7]

.

Para Aparat Pemerintahan Mu’awiyah Memaksa Umat Islam Mencaci dan Melaknati Imam Ali as.

Ibnu ‘Asâkir meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Abu Hâzim dari Sahl ibn Sa’ad, ia berkata:

.

أَسْتُعْمِلَ عَلَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ مِنْ آلِ مَرْوَانَ قَالَ فَدَعَا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ فَأَمَرَهُ أَنْ يَشْتِمَ عَلِيًّا قَالَ فَأَبَى سَهْلٌ فَقَالَ لَهُ أَمَّا إِذْ أَبَيْتَ فَقُلْ لَعَنَ اللَّهُ أَبَا التُّرَابِ فَقَالَ سَهْلٌ مَا كَانَ لِعَلِيٍّ اسْمٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَبِي التُّرَابِ وَإِنْ كَانَ لَيَفْرَحُ إِذَا دُعِيَ بِهَا

“Seorang dari keluarga Marwân ditunjuk sebagai Gubernur kota Madinah, lalu ia memanggil Sahl ibn Sa’ad dan memerintahnya agar mencaci Ali. Sahl menolak. Ia memaksa dengan mengatakan, ‘Jika engkau enggan menyebut nama terangnya maka hendaknya engkau caci dia dengan menyebut nama Abu Thurab!’ Sahl menjawab, Itu nama paling dicintai Ali … “Ibnu Asâkir juga meriwayatkan dari Sammâk ibn Harb ia berkata kepada Jabir, ‘Mereka (para penguasa) memintaku agar mencaci-maki Ali.’ Jabir bertanya, ‘Apa yang engkau lakukan?’ jawab Sammâk, ‘Aku sebutnya dia dengan Abu Thurab.’ [8]

.

Rahasia Di Balik Politik Pelaknatan!

Lugulah anggapan yang mengatakan bahwa program pelaknatan atas Imam Ali as. yang dipaksakan Mu’awiyah ke atas kaum Muslimin diilhami oleh permusuhan antara dua keluarga basar yaitu Bani hasyim dan bani Umayyah atau sekedar kebijakan politik demi kekuasaan… akan tetapi lebih dari itu, ia dimaksudkan mengubur Islam dalam-dalam agar semua jerih payah da’wah Nabi saw. dan perjuangan Imam Ali as. menguap dan umat manusia pun akan terus hidup  dalam kesasatan.

Imam Ali dan Ahlulbait Nabi as. sebagai pilar utama Islam harus tidak boleh dikenal.. umat Islam mesti harus dibutakan terhadapnya. Demikian ditegaskan sendiri oleh Mu’awiyah. Ada beberapaa orang dari bani Umayyah mengusulkan kepada Mu’awiyah agar menghentikan pelaknatan dan pencacian terhadap Ali, “Engkau telah mencapai semua yang engkau cita-citakan, mengapakah engkau tidak menghentikan pelaknatan atas  orang itu (Ali maksudnya)?! Maka Mu’awiyah menjawab, “Tidak! Demi Allah tidak, sehingga anak kecil tumbuh besar dan yang tua biar menjadi bangka dan tidak lagi ada seorang yang menybeutnya dengan keutaman.[9]

.

Semua politik jahat yang dijalankan Mu’awiyah utamanya dalam sikapnya terhadap Imam Ali dan keluarga Nabi pembawa Risalah ilahi adalah ia maksudkan untuk mengubur agama Nabi saw. Mathraf putra Mughîrah ibn Syu’hab menceritakan, “Aku bersama ayahku menemui Mu’awiyah, -dan ayahku biasa menemuinya dan berbincang-bincang dengannya berduaan, kemudian ia menemuiku lalu memujinya dan kehebatan akal dan pandangannya-. Pada suatu malam sepulang dari menemui Mu’awiyah ayahku mencegah diri dari makan malam dan ia terlihat sedih dan gaduh pikirannya. Aku menantinya sejenak, aku mengira itu disebabkan ada kejadian di antara kami. Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Wahai ayah, mengapakah aku melihatmu bersedih? Ia menjawab, ‘Wahai anakku, aku baru saja datang dari menemui manusia paling kafir dan paling busuk.” Aku bertanya, ‘Mengapa?’ ia menjawab, ‘Aku telah berbincang-bincang berduaan dengannya (Mu’awiyah) dan berkata kepadanya, ‘Wahai Amirul Mukminin, engkau telah berusia tua, andai engkau menampakkan sikap adil dan menebar kebaikan. Buklankah engau sudah mulai lanjut usia, andai engkau memperhatikan nasib saudara-saudaramu dari bani Hasyim; andai engkau ambil kekerabatan mereka. Demi Allah tidak ada lagi sesuatu yang ditakutkan dari mereka. Sikap baik itu akan membuat nama anda harum dan sebutan Anda dan juga memberikan pahala. Maka ia menajwab, ‘Tidak! Tidak! Sebutan baik apa yang aku bisa harapkan. Saudaraku dari suku Taim (Abu Bakar) berkuasa, ia berlaku adil dan berbuat apa yang ia perbuat, lalu setelah ia mati, matilah bersamanya sebutan nya. Orang hanya menyebut, ‘Abu Bakar! Abu Bakar! Kemdian saudara dari suku Adi (Umar) berkuasa, ia bersungguh-sungguh dalam mempimpin selama sepuluh tahun, lalu setelah ia mati, matilah bersamanya sebutan nya. Orang hanya menyebut, Umar! Umar!. Sementara itu anaknya si Abu Kabsyah[10] namanya dipekikkan lima kali setiap hari, Asyhadu anna Muhammadan rasulullah. Perbuatan apa yang akan abadi, sebutan apa yang akan abadi setelah ini. celaka engkau. Tidak! Demi Allah kecuali nama itu aku kuburkan![11]

Inilah hakikat rahasia di balik semua politik jahat Mu’awiyah terhadap Imam Ali dan Ahlulbait as.!


[1] Gelar Imam Ali as. yang sangat dibanggakan, walaupun oleh mush-musuh Imam Ali as. dijadikan bahan cemoohan dan ejekan.

[2] Shahih Muslim (dengan syarah an Nawawi)15/175.

[3] Al Iqdu al Farîd,2/300.

[4] Syarah Nahjul Balâghah,4/56-58.

[5] Tarikh ath Thabari,5/253, Ansâb al Asyrâf,5/252 dan al Kâmil Fi at Târîkh,2/488.

[6] Al Mustadrak,3/509 hadis no.5898 dan Siyar A’lâm an Nubalâ’,3/31.

[7] Al Khilafah wa al Mulk; Abul A’la al Maududi:106.

[8] Târîkh Damasqus; Ibnu ‘Asâkir (khusus bagian sejarah Imam Ali as.) Jilid I/31 hadis no. 30 dan 31.

[9] Syarah Nahjul Balâghah,4/57.

[10] Dan penyebutan Nabi mulia saw. dengan sebutan itu dimaksudkan sebagai penghinaan dan pelecehan!

[11]Ibid.5/129.

15 Tanggapan

  1. Ajib. apa setelah ini masih ada orang waras cinta dan mengagungkan si Muawiyah anak Bu Hindun si penguyah jantung sayyidina Hamzah paman nabi?
    Pasti ya ada lah!!! Tuh si wahabi dan juga sebagia habaib jahil masih aja memuja Mu’awiyah… Apa ndak lihat kalian hai habib-habib jahil tuh moyang ente dilaknati Mu’awiyah yang ente kagumi!!!!
    makan tuh Muawiyah!!!!!!

  2. rtikel yang bagus.

    Mas, bisa tukeran link ?
    websiteku : http://www.updatelowongankerja.com/ dipasang di blogroll blog ini.

    Sebagai ganti saya pasang senopatiarthur.wordpress.com (PR=3)

  3. BUKANKAH NABI MENGATAKAN BAHWA MENCACI ALI BERARTI MENCACI AKU DAAN ITU ARTINYA MENCACI ALLAH!
    LAH KALAU BEGITU, APA HUKUM YANG PAS UNTUK MUAWIYAH?

  4. kang, beberapa artikel anda sy link ke Fb untuk mengimbangi yg kontra dgn pendapat anda, maaf ambil dulu baru minta izin, wslm

    Ibnu Jakfari:

    Silahkan kang. demi penyebara kebenaran kami persembahkan blog ini!

  5. Masya Allah, agama Syiah telah masuk ke Indonesia dan para penganutnya meracuni umat Islam negri ini dengan kata-kata kotor yang keluar dari mulut-mulut najis mereka, mencela dan mengkafirkan para sahabat yang mulia. Pembaca yang budiman, ketahuilah Syiah membentuk diri sebagai agama baru. Syiah bukanlah Islam, dan Islam berlepas diri dari Syiah. Maka larilah kalian dari fitnah Syiah ini sebagaimana larinya domba dari serigala.

    • @ ibnu, laknatullah ala yazid bin muawiyah wa muawiyah bin Abu sufyan, beserta sahabat sahabatnya dan pengikut pengikut nya sampai kiamat.
      Amin….Amin….wa Amin….

    • Sabar mas coba ente pahami dgn hati yg jernih yg disampaikan diatas tentang Muawiyah itu dari hadis dan sejarah yg ditulis dan diakui sunni. Jadi sunni sendiri mengakui kejahatan muawiyah bahkan di tulis dalam sejarah. Jadi sejarah muawiyah bukan racun tapi fakta yg sebenarnya. Syiah bukan agama yg baru tapi syi’ah juga islam yg berbeda mazhab. Tuhannya Allah, Panutannya Nabi muhammad, Shalat menghadap kiblat pastinya Islam donk. Sunni tolong fakta sejarah ini dicerna dgn hati yg jernih biar melahirkan kesimpulan yg obyektif. Syi’ah tolong kalo sdh tahu kekurangan sahabat apa lagi yg sdh meninggal jgn dicela cela terus kejahatannya. Karena dia sdh mempertanggung jawabkan perbuatannya dihadapan Allah. Celaan sdh tidak berguna. Mengetahui kejahatannya cukup kita jadikan pelajaran agar kita tidak mengikutinya. Sungguh sy berusaha berpihak yg benar dan sangat ingin melihat adanya persahabatan yg kokoh antara sunni dan syi’ah. Sunni dan syi’ah bukan musuh, memang ada beberapa perbedaan yg menurut saya bisa diselesaikan kalo ada kemauan. Semoga

    • Kumpulkankan Kami (Rafidoh) bersama Abu Lulu’ah Ya Allah…
      Klo doa ini pasti dikabulkan Allah….
      haha

      • Disini bukan untuk cela-mencela, tapi mengajak Umat agak kritis dalam mendalami agama ini, kita tinggal tanya benrakah anda sekalian ini cinta akan Rosul, kalau yah, coba renungkan kembali terjemahan As-Syura 23, kenapa ” Al Qurba=Dalam Kekerabatan”—Padahal isimnya pakai al=the, berarti terkait kepada yang bicara (Rosul)–sudah definite=jelas, tertentu—diterjemahkan=Dalam Kekerabatan–Ini Umum ga jelas apa yang dimaksud, padahal Al Qurba–Isim mutha’adi/Superlatif–juga pakai Ya-Nisbath= “ku”—Keluargaku yang sangat sangat dekat sekali= Ali, Fatimah, Hasan dan Husein—Disini sedang berlaku istilah perdagangan antar Negara, yaitu ” Counter trade off”—Bila Indonesia membeli barang dari Negara China dgn jumlah tertentu, maka China diharuskan membeli sejumlah nilai yang sama pada Produk di Indonesia, atau kalau bahasa Studi Lingkungan berlaku Tukar Guling—Bila suatu pers mau mengeploitasi “Hutan Lindung”, krn ada panas bumi, mk pers itu wajib mengganti lahan lindung tsb, dengan lahan lainnya dengan luas yang sama. Nach, Rosul dengan Agama Islam ini tidak butuh upah dari kalian Umat Islam, tapi aku titipkan “Keluargaku” ini dengan Kasih Sayang, namun apa lacur, kenyataannya 80% dibantai oleh Bani Umayyah dan Abasiyyah via genocide dgn racun, akankah anda mengamini ini sampai kiamat, dan bagaimana Nilai An-Nisa 59 dan An-Nisa 93, yang akan kuterjemahkan bebas yaitu :

        Taati Allah, Taati Rosul dan Ulil Amri Minkum…..Allah = Maha Kudus, Muhammad = Maksum, mana mungkin Ulil Amri Minkumnya = Bejad Moral, Senang membunuh Washi – Rosul, Pendukung Kel. Rosul—-Membantai Keluarga di Sampang. Kalu ga setuju Rosul Maksum, tidak mungkin beliau bisa ke Sidrotul Muntaha, sementara Malaikat yang sudah suci saja hanya sampai Perbatasan saja, setelah itu mempersilahkan melanjutkan perjalanannya sendiri. Kalaulah benar Keluarga Muawiyyah, maka Srt, dan Ayat dapat saya tamsilkan, yaitu : Ketika penciptaan awal Adam, syeitan diperintahkan sujud ke Adam, maka pada saat Husein terbantai, maka dengan waktu yang sama Allah SWT, perintahkan Bani Adam sujud ke Syeitan/Bani Syeitan (Ini logikaku yang bicara) dan berlaku untuk Non Syiah, tapi rencana Allah SWT, Maha Hebat, Yang Maha Agung telah menjadikan Imam Zainal Abidin sakit berat, sehingga Ayahnya telah wantiwanti ke adiknya (Zainab), agar menjaga putranya tidak melakukan “Balas Dendam atas Kematian Ayahnya”—Karena Syariat tidak mewajibkan Hambanya yang Sakit ikut berperang, nah disinilah Syiah tetap berpihak kepada Keluarga Rosul, walaupun tak Berkuasa secara de Facto, tapi tetap secara de yure untuk diminta Nasihat dan Fatwanya sampai berurutan menuju Yaumul kiamah, yang berarti An-Nisa 59 exist forever, kecuali Sunni harus istirahat dulu. Kenapa kho bisa begicu, begini ceritanya, karena ada Ucapan Imamnya (Non Syiah) memberikan definisi ” Pemimpin”—Pemimpin adalah seseorang yang telah mengalahkan musuhnya (aku misalkan Imam Husein as), dengan pedangnya (dgn membunuh Imam Husein as), baik di itu (Pemimpin) fasiq (Yajid and his gang), ataupun mukmin?? (la engga yau), kenapa lihat An-Nisa 93, mukmin membunuh mukmin jaminannya NERAKA forever/endless–Selamanya–Ini Firman—Sedangkan hadist—keduanya masuk neraka–, Nach hadist ini masih aku pertanyakan, mungkin juga sisipan untuk meng-counter FirmanNya, kenapa karena pada saat perang Siffin, Zubeir bin Awwaw dan Thalhah saudaranya Aisyah terbunuh dan 2 (dua) orang ini termasuk kedalam 10 Sahabat yang Rosul Jamin, disini juga aku ragu akan hadist tersebut, karena seolah-olah Tuahan tidak konsisten (Baca Qur’an secara benar dan renungkan –pasti akan berjumpa dengan persepsi yang sama–bila dgn Ego selamanya ga ketemu seperti Sunni dan Syiah, bagaikan berhala-berhala, kata Buya Syafe’i Ma’arif di TV-One–Padahal ini sudah sesuai dgn Al Balad 10–tinggal pilih dimana keberadaan kita ini)–God give all of you freedom of choice absolutely–dan Allah akan melindungi manusia dengan 4 hal :
        “KetetapanNya, KeputusanNya, FirmanNya dan Perintahnya”, tahukah anda yang dimaksud.

        KetetapanNya=”Ditetapkan pada Lailatul Qaddar tahun ini ketahun berikutnya”,
        KeputusanNya = ” Perubahan dari yang telah ditetapkanNya, karena manusia melakukan, Doa, Sodakoh dan Silaturahmi kesaudara seiman atau selainnya, dengan ikhlas tanpa ada pamrih dan qorbatan illallah”,
        FirmanNya = Seluruh surat dan ayat al Qur’an dikurangi Srt dan ayat Muhkamat–Ayat-ayat Hukum.
        PerintahNya = Semua Srt dan Ayat –Muhkamat.
        Manusia terlindungi, karena ” Keputusannya” dan ” Perbuatannya”.
        Ini kuperoleh dari Tafsir Mizan, yang baru tercetak dlm Bah Indonesia s/d Jilid 6 dari, kemungkinan > 20 Jilid.
        Bagaimana kawan, masih akankah kalian hujat kami. If yes, for me no problem at all, bravo dear friend you still insist the old fasion of faith, I was sleeping too long, however I was tough to look for the proper faith at last I found it, eventhough the majority blame us, karean Allah SWT telah berfirman “Kebanyakan Manusia mengajak kepada KESESATAN” dan Hanya Allah SWT, yang Maha Tahu Kesesatan diantara kita, saya hanya mengoptimalkan cara pikir ini yang nantinya harus dipertanggung jawabkan disidang Pengadilan Yaumul Kiyamah, memang itu bukan tempat Taubatan, tapi menerima Reward or Funishment sesuai dengan keyakinan kita. Salam

  6. Hahaha, ciri orang katro ya…. gak mau denger fakta dan kebenaran dengan akal yang sehat!!! APA KATA IMAM???? maaf… mereka memang gak punya IMAM yang membimbingnya…maklum

  7. pengen tau kagak syarahnya imam nawawi tentang hadis di ats
    4420
    8/147

    قَوْله : ( إِنَّ مُعَاوِيَة قَالَ لِسَعْدِ بْن أَبِي وَقَّاص : مَا مَنَعَك أَنْ تَسُبَّ أَبَا تُرَاب ؟ )
    قَالَ الْعُلَمَاء : الْأَحَادِيث الْوَارِدَة الَّتِي فِي ظَاهِرهَا دَخَل عَلَى صَحَابِيّ يَجِبُ تَأْوِيلُهَا . قَالُوا : وَلَا يَقَعُ فِي رِوَايَات الثِّقَات إِلَّا مَا يُمْكِنُ تَأْوِيلُهُ . فَقَوْل مُعَاوِيَة هَذَا لَيْسَ فِيهِ تَصْرِيح بِأَنَّهُ أَمَرَ سَعْدًا بِسَبِّهِ ، وَإِنَّمَا سَأَلَهُ عَنْ السَّبَب الْمَانِع لَهُ مِنْ السَّبّ ، كَأَنَّهُ يَقُول : هَلْ اِمْتَنَعْت تَوَرُّعًا ، أَوْ خَوْفًا ، أَوْ غَيْر ذَلِكَ . فَإِنْ كَانَ تَوَرُّعًا وَإِجْلَالًا لَهُ عَنْ السَّبَب فَأَنْتَ مُصِيب مُحْسِن ، وَإِنْ كَانَ غَيْر ذَلِكَ فَلَهُ جَوَاب آخَر ، لَعَلَّ سَعْدًا قَدْ كَانَ فِي طَائِفَة يَسُبُّونَ فَلَمْ يَسُبَّ مَعَهُمْ ، وَعَجَزَ عَنْ الْإِنْكَار ، وَأَنْكَرَ عَلَيْهِمْ ، فَسَأَلَهُ هَذَا السُّؤَال . قَالُوا : وَيَحْتَمِلُ تَأْوِيلًا آخَر أَنَّ مَعْنَاهُ مَا مَنَعَك أَنْ تُخَطِّئَهُ فِي رَأْيه وَاجْتِهَاده ، وَتُظْهِرَ لِلنَّاسِ حُسْن رَأْينَا وَاجْتِهَادنَا ، وَأَنَّهُ أَخْطَأَ ؟

    wkwkwkwkwkwk adminnya bego 😀

    • Imam orang Banten diyakini, sementara Imam yang sudah sesuai Nash dan Sunnah diabaikan, benarlah kata DR Tijani, dari Tunisia yang menulis buku 1. Aku menemukan KEBENARAN dan Aku BERSAMA SAMA ORANG YANG BENAR, menyimpulkan :

      Sunni berguru kepada Orang Iran, dan Orang Iran berguru ke Orang Arab (Tapi bukan Wahabi/Sarafi asholihin).

  8. Aduh iya deh. Rofidoh memang paling suci dibanding para sahabat yg ikut berperang di Badar Uhud Khandak Dll deh…..
    Paling pinter dah….
    Sudah, jangan ngambek lg ya…..

    Kapan nih artikel mengakfirkan Khalifah Abu bakar, Umar, Utman??…
    Kok masih gitu2 aja artikelnya?? nuggu pengikutnya banyak ya?
    Yasud sy tunggu…

    • Saya nimbrung bukan mau mengkafirkan, cuma mau ngajak “KRITIS” aja jangan DOGMATIS BUTA, kan korbannya sudah ada Nashoro yang dikibuli oleh YAHUDI (dan kalau mau nuduh Yahudi analisa dulu baru nyepluk no ASBUN), begini :

      1. ABUBAKAR As Shodik
      – Rosul menghibahkan Tanah Fadak miliknya ke Putrinya yang disayangi, Fatimah, itu merupaka bagian dari khumus 20% yang diperintahkanNya untuk Rosul dan Keluarganya.
      – Disita oleh ABUBAKAR dengan ucapannya yang sangat TENAR, “Nabi tidak mewarisi hartanya”.
      – Abubakar Naif sekali meminta saksi kepada Fatimah atas Tanah tersebu, sementara Kesaksian Ali, Hasan dan Husein, yang sudah dijamin dengan Al Azhab 33, demikian juga Umu Aima tidak digubris olehnya.
      – Secara tidak langsung Abubakar, seolah-olah menuduh Rosul menyerahkan tanah Fadak ke putrinya, tanpa Ilmu yang memadai (Aku berlindung dari MurkaNya atas tuduhan ini).
      – Abubakar sudah melanggar PerintahNYa “Taati Allah dan Taati Rosul, jika kalian mukminin”.
      – Andaikan Ucapan Abubakar itu benar, maka Rosul telah keluar dari FirmanNya, yaitu “Selamatkan dirimu dan Keluargamu dari API NERAKA”, karena Rosul telah mengucapkan sesuatu kepada Orang Lain terlebih dahulu, sehingga Keluarganya sendiri tidak Tahu, dan ini it’s impossible–ga mungkin lah yau.
      – Kalau Rosul tak berkata, maka ucapan Abubakar adalah hadist Ahad ciptaannya dan sampai saat ini, hadist itu ga pernah ada.
      – Hadist itu berlawanan dengan Hukum Waris bagi seorang Putri ditinggal Ayahnya.
      – Informasi waris dari Daud ke Sulaiman atas Tahta, kerajaan dan segala sesuatunya diabaikan, alias ga digubris—Dalam Berijtihad Abubakar telah mengungguli Al Quran, benarlah akan kehebatannya, maka Umatpun mengamini dengan Hati, Akal, Jiwa dan Raga, kalaupun dengan Darah siap mereka tumpahkan dimedan Laga.

      Umar bin Khatab, adalah Sahabat yang paling Beken, Inovatif, kreatif dan renungkan kelakuannya,

      – Rosul detik detik menjelang akhir hidupnya, meminta “Kertas dan Pena”–untuk memberikan wasiat agar umat tidak TERSESAT (Dan ini merupakan Perintah-Nya, bukan karena Egonya), namun apa lacur disanggah oleh Umar dengan Ucapannya :” cUkup kitabullah ada ditangan kita–Rosul sedan merancu/mengigau—Sebegitu parahkah Rosul ?????”, ributlah antara yang “PRO” dan “KONTRA”, sehingga Rosulpun marah “Keluarlah kalian semua ga pantas hal ini terjadi disini”.
      – Rosul melakukan Hajji Tamattu, karena beliau sudah tidak lagi tinggal di Mekkah, namun hal ini di enye oleh Umar dengan ucapannya, nanti Umat Islam akan berceceran air dari rambutnya (Karena mandi Junub), malah ada kalimatnya mereka saling bermesraan dibawah pohon, karena sebelum menuju ARAFFAH–pakaian Ihram ditanggalkan yang berarti bisa melakukan apa saja yang sudah dihalalkan dan kekhawatiran Umar tidak beralasan, karena sudah keluar dari KETAATAN Kepada Rosul, ketika Rosul mendengar ini beliau memanggil sahabatnya semua dan beliaupun berpidato : ” Aku RosulNya dan aku melakukannya atas PerintahNya…..”. Nach!!akankah anda masih berpihak kepada Umar, karena hal itu adalah IJtihadnya—sementara Rosul masih ada disampingnya, bagaimana kalau sudah Wafat dan benarlah kejadian—-berbagai Sunnah dilanggarnya, maka Umatpun menjadi amburadul dan ini Realisasi dari Wasiat tak “TERSAMPAIKAN = KESESATAN”.

      Benarlah Ucapan Imam Ali kW ketika dilakukan “Proper-Test”–Oleh DPR Quraisy yang terdiri 6 orang dan didalamnya termasuk Ali, ketika diberi syarat untuk meneruskan Sunnah Para Pendahulunya, Ali menolaknya dan dia berkata, aku akan berpegang al Qur’an secara Optimal , demikian juga Hadist, namun bila tidak kutemukan, mk aku akan berujtihad (Dengan ucapan ini keraguan ttg hadist; Ijtihad Benara Pahala 2 dan Ijtihad salah pahala 1—Semula aku ga yakin ini dari Rosul, karena kebanyakan Para sahabat sudah keluar dari Sunnahnya—Tapi dengan Ucapan Ali, aku percaya ini dari Rosul.). Ini bukan hujatan tapi mengkritisa, karena akal pemberian Tuhan, jangan dipakai percuma. Salam

  9. […] Politik Jahat Mu’awiyah  Terhadap Islam! […]

Tinggalkan Balasan ke senopatiarthur Batalkan balasan