Mengenang Hari Syahadah Cucu Agung Rasulullah Saw.; Imam Ja’far ash Shadiq as.

Imam keenam: Imam Ja’far ash Shadiq as.

Mengenang Hari Syahadah Cucu Agung Rasulullah Saw.; Imam Ja’far ash Shadiq as.

Ayah: Imam Muhammad al Baqir as.

Ibu: Fathimah (putri al Qasim bin Muhammad putra Abu Bakar).

Temapat & tanggal lahir: Madinah al Munawwarah pada tanggal sepuluh bulan Rabiulawal tahun 83 H.

Wafat: Di Madinah pada tanggal dua puluh lima [25] bulan Syawwal tahun 148 H dalam usia 65 tahun. Dan ada yang mengatakan dalam usia 68 tahun, akibat diracun. Beliau meninggalkan enam orang putra dan satu anak perempuan.

Beliau dikebumikan di pemakaman al Baqi’.

Sekelumit tentang keutamaan Imam Ja’far ash Shadiq as.

Ibnu Hajar berkata: ‘Dan manusia telah menukil dari beliau berbagai ilmu, dan nama harum beliau tersebar di seantero negeri, para ulama besar seperti Yahya bin Sa’id, Ibnu Juraij, Malik, Sufyan bin ‘Uyainah, ats Tsauri Abu Hanifah, Syu’bah dan as Sakhtiyani telah meriwayatkan hadis dari beliau.’ [1]

Abu Hanifah mengatakan kalau bukan karena dua tahun ia belajar dari Imam Ja’far niscaya ia binasa:

لَوْ لاَ السَّنَتَانِ لَهَلَكَ النّعْمَانُ.

“Kalau bukan karena dua tahun pasti binasalah Nu’man (Abu Hanifah)”

 Kesaksian Para Ulama

Selain apa yang disampaikan oleh Abu Hanifah dan Ibnu Hajar, kita akan menemukan banyak kesaksian para Ulama akan keagungan kepribadian dan keilmuan Imam Ja’far ash Shadiq as.

Khalifah al Manshur berkata: ‘Sesungguhnya Ja’far adalah dari mereka yang dimaksud Allah dalam firman-Nya: “Kemudian Kami wariskan al Kitab itu kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, . .” (QS: 35;32). Ia termasuk dari mereka yang dipilih Allah dan orang-orang yang becepat-cepat kepada kebaikan[2].

Imam Malik bin Anas berkata: ‘Ja’far bin Muhammad, aku selalu mendatanginya dalam waktu yang sangat panjang, dan aku tidak menemuinya kecuali dalam salah satu dari tiga keadaan; menunaikan shalat atau berpuasa atau membaca Al Quran.’[3]

Ia juga berkata: ‘Mata tiada akan pernah memandang, telinga tiada akan mendengar dan tiada akan pernah terlintas dalam pikiran manusia ada seseorang yang lebih mulia dari Ja’far bin Muhammad ash Shadiq dalam ilmu, ibadah dan wara'(kehati- hatian dalam beragama).

‘Amr bin Migdam berkata: Aku apabila memandang Ja’far bin Muhammad, aku yakin bahwa beliau adalah dari keturunan para Nabi.’ [4]

Asy Syahrastani berkata: ‘Ja’far bin Muhammad ash Shadiq, ia memiliki ilmu yang melimpah, aturan (hidup) yang sempurna dalam hikmah dan kezuhudan terhadap dunia dan wara’ yang sempurna dari syahwat, beliau tinggal dalam waktu yang lama dikota Madinah memberi pengajaran (pendidikan) kepada para pengikutnya dan menuangkan kepada para pendukung (kepemimpinannya) rahasia-rahasia ilmu-ilmu. [5]

Al Jahidh berkata: ‘Ja’far bin Muhammad, yang telah memenuhi dunia dengan pengetahuan dan fiqihnya, dikatakan bahwa Abu Hanifah dan Sufyan ats Tsauri termasuk murid beliau, dan itu sudah cukup sebagai bukti kebesarannya.’ [6]

Ibnu Khallikan berkata tentang Imam Ja’far: ‘Beliau dari tokoh Ahlulbait, digelari ash Shadiq kareka kejujuran ucapannya, keagungannya lebih masyhur untuk disebut-sebut, beliau memiliki teori tentang kimia, … dan Abu Musa Jabir bin Hayyan al Ju’fi adalah murid beliau, ia menulis buku sebesar seribu halaman yeng memuat risalah –risalah (karangan) Ja’far ash Shadiq, ia adalah lima ratus risalah.’ [7]

Kamaluddin Muhammad bin Thalhah asy Syafi’iy berkata: ‘Ja’far bin Muhammad, beliau termasuk Ulama dan pembesar Ahlulbait, memiliki ilmu yang banyak, ibadah yang berlimpah, wirid yang bersambung, kezuhudan yang nyata, bacaan (Alquran) yang banyak, beliau menelusuri ma’na-ma’na Alquran dan mengeluarkan permata-permata dari lautannya dan menyimpulkan keajaiban-keajaibannya. Beliau membagi waktu –waktu beliau dengan berbagai keta’atan dan mengintropeksi diri atasnya, memandang wajah beliau mengingatkan akan akhirat, mendengar ucapanbeliau menjdikan zuhud kepada dunia, mengikuti petunjuk beliau menyebabkan masuk surga, cahaya wajah beliau saksi bahwa beliau dari keturunan kenabian, dan kesucian tindakan beliau bukti bahwa beliau dari keluarga kerasulan, para Ulama seperti Yahya bin Said al Anshari ….menukil hadis dan mengambil ilmu dari beliau dan mereka menganggapnya sebuah kemuliaan bagi mereka.’ [8]

Dalam Tadzkirah al Huffadz[9] disebutkan dari Shalih bin Abil Aswad ia berkata: Aku mendengar Ja’far bin Muhammad bekata: Tanyalah kepadaku sebelum kalian kehilangan aku, karena tidak ada yang menyampaikan hadis sepeninggalku seperti hadisku.

Syekh al Mufid berkata: ‘Dan para ahli hadis telah mendata nama-nama para perawi yang menulik dari beliau, dari berbagai golongan dan mazhab, maka jumlah mereka mencapai empat ribu murid.’ [10]

Hasan bin Ali al Wasysya’ berkata: ‘Saya menemui dimasjid ini (kota Kufah) sembilan ratus Syekh semuanya berkata; Ja’far bin Muhammad menyampaikan hadis kepadaku… .’ [11]

_________________

[1] Ash Shawa’iq, 202.

[2] Tarikh al Ya’qubi, 3/177.

[3] Tahdzib at Tahdzib, 2/104-105.

[4] Ibid., 2/103.

[5] Al Milal wa an Nihal, 1/272.

[6] Asad Haidar dalam al Imam Ja’far wa al Madzahib al Arba’ah, 1/55 menukil dari Rasa’il al Jahidh, 106.

[7] Wafayat al A’yân, 1/327.

[8] Asad Haidar menukil dari Mathalib as Suul, 2/55.

[9] Ibid., 1/166.

[10] Syekh Muhammad Ridha al Hakimi, Laula as Sanatan Lahaka an Nu’man, 295, menulik dari al Irsyad; Syekh al Mufid, al Fattal; S. Ali bin Abdil Hamid an Nîliy.

[11] Asad Haidar, dari al Majalis as Saniyah, 1/55; S. Muhsin al Amin, 5/209.

Tinggalkan komentar