Membongkar Kecerobohan Buku “Mungkinkah Sunnah-Syi’ah Dalam Ukhuwah?” (Bag. Pertama)

Membongkar Kecerobohan Buku “Mungkinkah Sunnah-Syi’ah Dalam Ukhuwah?” (Bag. Pertama)

Oleh: Muhammad Bhagas

Lima santri dari Pondok Pesantren Sidogiri menulis buku berjudul “Mungkinkah Sunnah-Syi’ah Dalam Ukhuwah?” (selanjutnya: MSSDU). Buku itu tidak hanya difokuskan untuk menanggapi buku “Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?” karya Prof. Quraish Shihab, tapi juga menanggapi beberapa hal terkait dengan Syi’ah yang belum diperinci oleh Prof. Quraish Shihab.

Beberapa hari yang lalu, ketika lagi online, saya melihat ada orang yang menjual cetakan baru buku itu. Lalu segera saya pesan. Alhamdulillah, setelah menunggu 3 hari, buku sampai dengan selamat dan saya pun membacanya. Cetakan terbaru covernya warna hitam, cetakan ketujuh, terbit tahun 1437 H/2016 M.

Jika diperhatikan, buku MSSDU tampak ilmiah. Tampak ilmiah karena menampilkan kutipan-kutipan teks Arab disertai keterangan kitab-kitab yang dijadikan rujukan. Tapi jika lebih teliti lagi, kita akan menemukan beberapa kecerobohan yang dilakukan oleh penulis buku itu.
Baca lebih lanjut

Mengenang Hari Syahadah Cucu Agung Rasulullah Saw.; Imam Ja’far ash Shadiq as.

Imam keenam: Imam Ja’far ash Shadiq as.

Mengenang Hari Syahadah Cucu Agung Rasulullah Saw.; Imam Ja’far ash Shadiq as.

Ayah: Imam Muhammad al Baqir as.

Ibu: Fathimah (putri al Qasim bin Muhammad putra Abu Bakar).

Temapat & tanggal lahir: Madinah al Munawwarah pada tanggal sepuluh bulan Rabiulawal tahun 83 H.

Wafat: Di Madinah pada tanggal dua puluh lima [25] bulan Syawwal tahun 148 H dalam usia 65 tahun. Dan ada yang mengatakan dalam usia 68 tahun, akibat diracun. Beliau meninggalkan enam orang putra dan satu anak perempuan.

Beliau dikebumikan di pemakaman al Baqi’.

Sekelumit tentang keutamaan Imam Ja’far ash Shadiq as. Baca lebih lanjut

Lima Alasan Mengapa Imam Ali as. Disingkirkan Dari Kekhalifahan!

Lima Alasan Mengapa Imam Ali as. Disingkirkan Dari Kekhalifahan!

Sebuah Tinjauan Historis Ideologis

Penggeseran posisi Imam Ali as. dari kekhilafahan yang dilakukan oleh Kelompok Saqifah pimpinan sahabat dari pak Quraisy bukan dikarenakan tidak adanya nash penunjukan, akan tetapi lebih dikerenakan adanya pertimbangan ‘maslahat’ mereka dan pertimbangan-pertimbangan tertentu lainnya. Hal itu dapat kita saksikan dalam beberapa pernyataan para arsitek Kelompok Saqifah itu sendiri.

Dan dalam sejarah hidup para sahabat terlihat jelas adanya pola pandang pada sebagian mereka yang lebih memilih ‘bersikap sendiri’ dan mengedepankan pertimbangan kepentingan dan maslahat, khususnya dalam hal-hal sosial dan bahkan dalam sebagian masalah ibadah. Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [19]: Ath Thama’

Kuliah Akhlak: Ath Thama’[1]

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Sifat ath Thama’ adalah saudara kembar sifat rakus. Lawan keduanya adalah sifat istighnâ’/ merasa cukup dari manusia.

Telah diriwayatkan dari Rasulullah saw. beliau bersabda:

الطَمَعُ يُذهِبُ الْحِكمةَ مِن قلوبِ الْعُلماءِ.

 ‘Sifat rakus akan menghilangkan hikmah dari hati-hati para ulama’. Baca lebih lanjut

Kulaih Akhlak [18]: Al Hirshu (Rakus)

Kulaih Akhlak: Al Hirshu (Rakus)

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Wahai saudaraku yang mulia, jauhkan dirimu dari kerakusan, sesungguhnya ia adalah padang pasir luas tak bertepi, kemanapun engkau mengarah kamu tidak menemukan batasannya. Ia bagaikan lautan tak berujung, engkau tidak akan pernah sampai ke dasarnya betapa pun engkau menyelaminya. Orang yang jelek nasibnya adalah yang bertimpa penyakit rakus, ia akan tersesat kemudian akan celaka dan sulit ditolong. Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [17]: Meminta-minta.

Kuliah Akhlak: Meminta-minta.

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Saudaraku … Sebisa mungkin angkatlah kedua tanganmu kepada Tuhanmu, mintalah dari-Nya seluruh keperluan dan kebutuhanmu, jangan engkau rendahkan harga dirimu di hadapan kaum hina demi mencari sesuap nasi menyambung hidup.[1]

Ketahuilah bahwa baju kerajaan –betapun ia gagah- ia lebih hina dari baju kaum papah yang kusang yang kita kenakan. Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [16]: Kafakiran Dan Kemiskinan

Kuliah Akhlak: Kafakiran Dan Kemiskinan

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Wahai Anda yang miskin, jangan engkau sedih dengan kemiskinanmu, sebab hiasannya bagi orang mukmin lebih baik dari tali kekang untuk kuda. Semua orang rindu surga sementara surga rindu kepada kaum miskin.

Cukuplah penghibur bagi si miskin sabda Rasulullah saw.:

الفَقْرُ فَخْرِيْ.

“Kefakiran adalah kebanggaanku.” Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [15]: Cinta Dunia

Kuliah Akhlak: Cinta Dunia

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Hati-hatilah wahai saudaraku yang mulia dari cinta dunia hina karena “cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan” dan pemburu dunia rusak dan sia-sia amalnya. Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [14]: Asy Syarah, Rakus.

Kuliah Akhlak: Asy Syarah, Rakus.

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Hati-hatilah wahai saudaraku dari menyembah perut, karena kerusakannya sangat banyak, seperti keterhinaan, kedunguan dan kebodohan. Bahkan kebanyakan madhorratnya yang menyerang manusia penyebabnya adalah kerakusan perut.[1] Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [13]: Al Qasâwah

KUliah Akhlak: Al Qasâwah

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Al Qaswah, Kekakuan hati adalah kondisi yang menimpa sorang manusia sehingga ia tidak terpengaruh denagn derita dan bencana yang dialami orang lain. Penyebab munculnya kondisi itu adalah berkuasanya kekuatan hewaniah buas.[1] Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [12]: Al Takabbur wa at Tawadhu’

Al Takabbur wa at Tawadhu’[1]

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Upayakan sedemikian rupa agar kamu tidak bersikap sombong, sebab orang-orang yang sombong di hari kiamat akan dikumpulkan dalam postur semut kecil, lalu dinjak-injak manusia, karena mereka tidak bernilai sedikitpun di sisi Allah.

Allah –Ta’ala- berfirman:

فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعِيْنَ إِلاَّ إِبْلِيْسَ اسْتَكْبَرَ و كانَ مِنَ الكافِرِيْنَ.

“Lalu seluruh malaikat bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.” (Q.S. Shaad [38];73-74) Baca lebih lanjut

Kuliah Akhlak [11]: Al ‘Ujub

Al ‘Ujub [1]

Berkata Syeikh al Arif Billah; Syeikhul Islam Abbas al Qummi –radhiyallahu ‘anhu-:

Saudaraku yang mulia, jauhkan dirimu dari menghamba kepada nafsu dan bersikap ‘ujub dengannya[2], sebab sesungguhnya ia adalah dosa yang bibit awalnya adalah kekafiran, tanahnya adalah kemunafikan, airnya adalah kefasadan, dahan-dahannya adalah kebodohan, dedaunannya adalah kesesatan dan buah adalah kutukan dan kekal di dalam neraka jahannam.

Jika kamu hendak membanggakan diri dririmu maka renungkan keadaanmu; bagaimana asal muasalmu itu adalah seperma yang menjijikkan akhir kesudahanmu adalah menjadi bangkai yang kotor.[3] Dan kamu di antara kedua keadaan itu tidak lain hanya membawa benda-benda najis yang busuk, berkeliling membawa bermacam kotoran. Baca lebih lanjut

Gara-gara Tidak Mau Ta’at Kepada Umar, Allah Mengancam Akan Menyiksa Rasulullah Muhammad Saw!

Gara-gara Tidak Mau Ta’at Kepada Umar, Allah Mengancam Akan Menyiksa Rasulullah Muhammad Saw

Seringkali kita menemukan kajian ulama Ahlusunnah tentang apakah Nabi berijtihad atau tidak; semuanya terikat dengan bimbingan wahyu suci, kita menemukan bahwa mayoritas atau boleh jadi seluruh ulama Ahlusunnah menerima konsep ijtihad Nabi saw…. bahkan lebih jauh mereka dengan bangganya mengatakan bahwa betapa sering Rasulullah saw. salah dalam berijtihad, sehingga Allah menegurnya bahwa mengancamnya dengan siksa sementara para sahabat ijtihadnya benar dan diapresiasi Allah.

Sepertinya ada komposisi yang selalu bersandingan, merendahkan kewibawaan Nabi saw. dan kenabian, dan pengagungan sahabat… seakan tidak absah mengagungkan sabahat tanpa menjatuhkan dan melecehkan wibawa Nabi saw…. atau memang demikian adanya ketika keagungan itu diukir dengan pahat kepalsuan. Baca lebih lanjut

Keistimewaan Para Perawi Hadis Syi’ah (Bag. 7) Membongkar Hadis-hadis Palsu

Keistimewaan Para Perawi Hadis Syi’ah (Bag. 7) Membongkar Hadis-hadis Palsu

Tanggapan Atas Anggapan Ustadz Idrus Ramli dalam: http://www.idrusramli.com/

2014/syiah-ajaran-yang-penuh-propaganda/.

Para ulama Islam, baik Syi’ah maupun Ahlusunnah sepakat meriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda akan banyak banyak pembohong yang berbohong atas nama beliau, dan beliau mengancam para pemalsu hadis itu dengan neraka. Bakhan tidak sedikit yang memastikan bahwa hadis tentangnya adalah mutawâtir.

Nabi saw. bersabda:

كثرت الكذابةُ علَيَّ , فَمَنْ كذب علَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْتَبَوَّأْ مقْعَدَهُ مِنَ النارِ

“Akan banyak para pendusta atas namaku, maka barangsiapa berdusta atas namaku hendakanya ia bersiap-siap menampati tenpatnya di neraka.”

Namun kendati demikian karas ancaman Nabi saw atas para pemalsu hadis beliau tetap saja para penjual agama dan menjaja hawa nafsu itu berani memalsu atas nama Nabi saw.

Hadis Mawhdû’, Motivasi Pemalsuan dan Macam-macam Pemalsu

Dalam kitab Al Mawdhû’ât-nya, Ibnu Al Jauzi (seorang ulama Ahlusunah yang sangat produktif menulis banyak kitab) mengklasifikasikan kualitas hadis menjadi enam tingkatan; Keempat, adalah hadis yang terdapat kelemahan di dalamnya akan tetapi masih dapat ditoleransi, ia adalah hadis Hasan… Kelima, hadis yang sangat lemah, banyak kegoncangannya. Sikap para ulama’pun berbeda tentangnya ada yang menganggap dekat dengan status hasan dan ada pula mengelompokkannya dalam hadis Mawdhû’ (palsu). Baca lebih lanjut

Keistimewaan Para Perawi Hadis Syi’ah (Bag. 6) Kerja Kolektif Dalam Mengkodifikasi Hadis

Tanggapan Atas Anggapan Ustadz Idrus Ramli dalam: http://www.idrusramli.com/

2014/syiah-ajaran-yang-penuh-propaganda/.

 Keistimewaan Keenam: Kerja Kolektif Dalam Mengkodifikasi Hadis

Tidak diragukan Lgi bahwa kerja kolektif dalam menyeksi dan mengkodifikasi hadis lebih utama dari kerja pridabi… dari sini, sebagian ulama dan perawi hadis Syi’ah bangkit melakukan pengumpulan hadis dalam buku-buku khusus secara kolektif dengan menyertakan rekan seperguruan yang memiliki kesamaan jalkur periwayatan, hal mana tentu lebih mengandung unsur ketelitian dan banyak faedah serta lebih jauh dari kesalahan. Di antara para ulama dan perawi hadis Syi’ah –yang tentunya mereka tidak sekedar pariwayat hadis tetapi juga sebagai ahli-ahli Fikih dan ilmu-ilmu Islam lainnya, seperti akan dijelaskan pada eistimewaan berikut nanti- yang melakukan kerja kolekfif dalam mengkodifikasi dan menghimpun hadis adalah: Baca lebih lanjut