Tidak jarang sebagian juru kampaye sekte Wahhabi melontarkan pernyataan bahwa Imam Ali as. telah memberi nama putra beliau dengan nama Umar sebagai bukti keintaan dan pengagungan kepada Umar ibn al Khaththab… Akan tetapi hal itu hanya sekedar isu yang tidak samar lagi tendensinya!
Namun ketika kita meneliti data-data sejarah yang ada, akan kita menemukan bahwa Imam Ali as. tidak pernah menamai putranya itu dengan nama Umar! Khalifah Umar lah yang menamai bocah itu dengan nama Umar… dan akhirnya nama itu melekat dikenal di kalangan sebagian kaum Muslimin… mengingat Umar sekalu Khalifah umat Islam telah menyebut-nyebut bocah itu dengan nama Umar!
Perhatikan beberapa kutipan sejarah di bawah ini:
Adz Dzahabi (yang sangat dibanggakan kaum Wahhabi) melaporkan ketika menyebut data sejarah Umar putra Ali ibn Abi Thalib:
ومولده في أيام عمر ، فعمر سماه باسمه ، ونحله عبده مورقا.
“Ia lahir di masa kekhalifahan Umar. Maka Umar menamainya dengann namanya (Umar) dan Umar memberikan kepadanya seorang budak sahayanya bernama Mauraq.” (Baca Siyar A’lâm an Nubalâ’:4/134)
Al Balâdzuri seorang sejarahwan Sunni terkenal juga melaporkan dalam Ansâb al Asyrâf:192:
وكان عمر بن الخطاب سمى عمر بن علي باسمه ووهب له غلاما سمي مورقا.
“Dan adalah Umar ibn al Khtahthab telah menamakan Umar putra Ali dengan namanya. Dan ia menganugerehkan kepada budak sahayanya yang bernama Mauraq.”
Dari sini jelaslah bagi kita bahwa yang menamakan putra Ali dengan nama Umar bukan Imam Ali as., akan tetapi Khalifah Umar ibn al Khaththab. Dan setelahnya nama itu melekat pada bocah tersebut hingga dewasa.
Dan dengan demikian tidaklah berharga fitnah yang dibesar-besar sebagian juru kampenye sekte Wahhabi bahwa pemberian nama itu mencerminkan kecintaan dan pengagungan Imam Ali as. kepada Umar!
Bukti-bukti sejarah di atas bukan tidak diketahui oleh mereka, akan tetapi para juru kampanye Wahhabi memang senang menikmati kajahilan kaum awam dengan menyebarkan isu dan fitnah murahan!
Selain itu, andai benar Imam Ali as. yang memberi nama putranya dengan nama Umar, apa itu bererti secara tegas menunjukkan kecintaan dan atau mengagungannya terhadap Khalifah Umar?!
Lagi pula, jika Anda menyempatkan diri melecak nama-nama sahabat Nabi saw. dalam kitab al Ishâbah karya Ibnu Hajar Anda pasti akan menemukan tidak kurang dari dua puluh sahabat bernama Umar, salah satunya adalah Umar ibn al Khaththab.
Hal lain dalam sejarah disebutkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin putra Imam Husain as. telah menamakan putra beliau dengan nama Ubaidullah. Lalu apakah itu artinya beliau mencintai Ubaidulah ibn Ziyâd yang tangannya telah berlumuran darah suci Ahlulbait Nabi saw. di Karbala’? dan yang semua kaum Muslimin membencinya dan mengutuknya kecuali para munafikun!
Jadi berdalil dengan kepalsuan sama sekali tidak akan mampu menegakkan kebenaran… dan sekedar berdalil dengan penamaan –andai benar terjadi- tidak cukup! Ia masih multi dalâlah dan interpretasi!!
Filed under: Fitnah Wahhabi, Manhaj, Menjawab Blog Haulasyiah, Menjawab Salafi |
He he he…
Ah masa….
kalau disini antum RAFIDHAH, kalau ditempat lain bisa jadi ismailiyah, atao kalau di lain tempat lagi zaidi atau….kamuflase mulu .begitulah syiah..g da matinya gitu loh. emang kesamaan syiah dengan yahudi bagaikan pinang yang tak terbelah. g pake salam lg
beginilah bahasa yg biasa dipakai org2 wahabi salafy….
sangat pintar mencela n maki…..sumber agama doktrin….n ga boleh pAke akalnya…
Assalamu’alaikum..sudah lama ga berkunjung ke website ini ternyata banyak ketinggalan neh…
btw akhi..kalo memang imam Ali Ra ga setuju, kan bisa di ganti nama umar itu..masa imam Ali takut sama umar?? kalo memang menghormati umar..( karena ngga enak atau apalah..) pasti ada tambahan nama Ali ..tapi rasanya aneh aja,kalo memnag imam Ali tidak suka dengan umar..pasti beliau tidak akan membiarkan umar memberikan nama itu..
peace dulu ah..-)
Ibnu Jakfari Berkata:
Sepertinya Anda harus memahami substansi pembicaraan kita…. mereka mengatakan bahwa Imam Ali as. lah yang memberi nama putranya dengan nama Umar… maka di sini kami membeberkan kenyataan bahwa sejarah mencatat ternyata bukan Imam Ali as. yang memberi putranya nama tersebut…
masalah mengapa tidak diganti aja? itu masalah lain… sekarang buktikan aja dari data-data sejarah yang Anda miliki bahwa Imam Ali as. yang memberi nama! Baru setelah itu kita diskusikan masalah kedua yang Anda angkat!
maksud soraya meskipun seandainya anda benar bukan ali yg memberi nama putranya umar…., kan bapaknya bisa aja protes to!
klo bapaknya gak protes itu berarti bapaknya menghormati dan menghargai orang yg ngasih nama itu….
Mending lo baca ini zach:
Memberi nama atau tidak memberi nama putra-putra dzuriah rasul dengan nama-nama sahabat tidak mengurangi keutamaan ahlil bait rasulullah saaw. Dan keadaan ini tidak mengubah sejarah yang sudah berjalan. Yang paling menyesakkan adalah memang mengapa sejarah setelah Rasulullah terjadi seperti ini. Sebagian besar Umat Islam menyampakkan keluarga Rasullah yang telah disucikan oleh Allah SWT dalam QS al-Ahzab 66 dan diperintahkan untuk diikuti. Namun kemudian hal itu diputarbalikkan sedemikian rupa sehingga umat Islam memandang sebelah mata terhadap keutamaan ahlilbait. Bahkan mereka tampak sinis dengan hujjah-hujjah sahih yang ada dalam kitab-kitab sejarah mereka sendiri, dan mereka sinis terhadap para pembela ahlilbait nabi dengan sepenuh hati mereka membenarkan keadaan yang telah berjalan seperti itu. Inilah rahasia kehidupan yang hanya akan terkuak setelah hari kiamat nanti. Dan inilah tampaknya ujian dari Allah SWT untuk menguji keimanan manusia. Saya berkesimpulan mencintai dan mengikuti ahlilbait adalah sebuah ujian berat…!
Salam
Dakwaan bahawa Amirul Mukminin Ali as menamakan putera2 beliau sempena nama2 3 khalifah tersebut tidaklah berdasar. Terdapat ramai lagi sahabat2 yg memiliki nama2 serupa.
Berikut antaranya:
1.Dalam kitab Tadzkhiratul Khawwas karya Sibt ibn Jauzi al Hanafi, di bawah tajuk ‘Dzikir Abu Bakar’, disenaraikan senarai penuh mereka yg bernama Abu Bakar beserta suku masing2
Abu Bakr bin Abdur Rahman Mukhdhoomee
Abu Bakr bin Hamam al Hameeree
Abu Bakr bin Muhammad bin Muslim Qurshee
Abu Bakr bin Abi Maleeka al Timeemee
Abu Bakr bin Sireen
Abu Bakr bin Marwan ibn Muhammad al Thathree
Abu Bakr Younis bin Bakeer al Shaybanee
Abu Bakr al Bahili
Abu Bakr al Sakhthayanai
Dalam kitab Asadul Ghybah, jilid 4 dibawah huruf ‘ayn, disenaraikanmereka2 yg bernama Umar:
Umar al Aslama
Umar al Jamai
Umar bin Hakim Salma
Umar bin Salim Khuzamee
Umar bin Suraqa Qurshee
Umar bin Sa’d al Numaree
Umar bin Sa’d Salma
Umar bin Sufyan Qurshee
Umar bin Abi Salma Qurshee
Umar bin Amr Salmi
Umar bin Abdullah
Umar bin Ikrima
Umar bin Umar Laysee
Umar bin Ameer Ansari
Umar bin Auf Nakhai
Umar bin Ghazia
Umar bin La Haqq
Umar bin Malik bin Ukba
Umar bin Malik Ansari
Umar bin Mu’awiya Ghazree
Umar bin Yazeed al Khaza’ee
Umar Yamani
Dalam kitab Asadul Ghybah yg sama, jilid 3 dibawah huruf ‘ayn tersenarai 19 orang yg bernama Uthman:
Uthman bin Arqam
Utman bin Adhrak
Uthman bin Haneef
Uthman bin Rabia
Uthman bin Shumaas
Uthman bin Abi Talha
Uthman bin Abu’l Aas
Uthman bin Amr
Uthman bin Abd al Rahman
Uthman bin Abd’ Ghanam
Uthman bin Ubaydullah
Uthman bin Affan
Uthman bin Uthman Thaqfee
Uthman bin Umar Ansari
Uthman bin Umar
Uthman bin Qays
Uthman bin Muhammad
Uthman bin Fadhoown
Uthman bin Ma’dh
Lalu siapa bisa buktikan bahawa Imam Ali as menyatakan bahawa nama2 putera beliau adalah sempena nama2 khalifah2 tersebut?
Hadi, sila anda lihat tahun kelahiran orang-orang yang bernama Abu Bakar di atas. Niscaya anda dapati mereka generasi yang lahir setelah Abu Bakar ash Shiddiq r.a.
Itu menunjukkan keluarga mereka kagum dan senang dengan Abu Bakar sehingga anak mereka diberi nama Abu Bakar. Demikian juga keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. yang banyak memberikan nama anak-anak mereka dengan Abu Bakar, karena mereka kagum dan cinta kepada Abu Bakar.
Apalagi jika anda lihat Ja’far ash Shadiq adalah cucu Abu Bakar ash Shiddiq r.a. dari garis ibu. Tentu itu makin jelas menunjukkan garis cinta bahkan nasab diantara mereka. Sehingga para imam Syi’ah setelah semenjak Ja’far ash Shadiq adalah anak keturunan Abu Bakar Ash Shiddiq r.a.
Hal tersebut juga terjadi pada Umar bin Khath-thab r.a. dan Utsman bin Affan r.a. dengan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a.
Hadi, anda tidak mengomentari pemberian nama oleh Umar bagi anak Ali bin Abi Thalib r.a. oleh Umar bin Khath-thab r.a. dipahami sebagai apa?
Saya sudah singgung di atas bahwa itu tanda hormat dan cintanya Ali bin Abi Thalib r.a. terhadap Umar bin Khath-thab r.a. Karena jika sebaliknya, berarti Ali bin Abi Thalib bisa dipaksa oleh Umar bin Khath-thab dalam masalah pemberian nama anaknya.
Dan rasa cinta seperti itu tidak aneh, sehingga tidak aneh pula ketika Umar bin Khath-thab dinikahkan dengan Ummu Kultsum yang merupakan anak hasil perkawinan Ali bin Abi Thalib r.a. dengan Fathimah az Zahra r.a.
Sebagai catatan: kalau anda ingin menggunakan referensi yang diterima kalangan Sunni, gunakanlah referensi dari kalangan Sunni. Tidak seperti Sabth Ibn Jauzi dengan kitabnya Tadzkirah Khawwash yang merupakan seorang Rafidhi.
@ Aryo: pendapat anda yang mengatakan Ahlus Sunnah wal jama’ah mencampakkan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. adalah tidak berdasar. Karena justru di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah lah riwayat-riwayat yang sahih dan bersambung ke Rasululah saw. tentang keutamaan mereka itu kita bisa temukan.
Bahkan sebagian riwayat tentang keutamaan mereka itu diriwayatkan oleh Aisyah r.a.
Sementara sampai saat ini saya tidak temukan dalam literatur Syi’ah, suatu riwayat yang sahih dan bersambung hingga Rasulullah saw. yang berisi tentang keutamaan keluarga Ali bin Abi Thalib r.a.
Benar saja banyak riwayat tentang keutamaan mereka dalam literatur Syi’ah, malah sangat banyak, namun semua itu tidak ada yang muttashil hingga Rasulullah saw secara sahih.
Dari sinai saja kita bisa bertanya: jadi siapa sebenarnya yang mencintai keluarga Ali bin Abi Thalib r.a. dengan sebenarnya?
Salam
kalau ada orang diberi nama “abdurahman” apa itu indikasi yg memberi nama tsb adalah atas dasar mencintai Abdurahman ibnu Muljam ..? Tentu tidak..karena nama “Abdurahman” tidak hanya Abdurahman Laknatullah pembunuh Imam Ali as.!
Wasalam
@ Bagir: Abdurrahman bin Muljam tidak pernah diberikan kehormatan oleh Ali bin Abi Thalib r.a. untuk menamakannya anaknya Ali r.a. dengan nama Abdurrahman. Oleh karena itu dia tidak bisa dianalogikand engan kehormatan Umar bin Khath-thab yang diberi kemuliaan untuk menamakan anaknya Ali r.a. dengan nama Umar.
Apalagi Ali r.a. juga kemudian menikahkan anaknya, Ummu Kultsum dengan Umar bin Khath-thab r.a.
Jika hal-hal subjektif yg didiskusikan, sy ragu diperoleh titik temunya. Membahas mengapa Imam Ali “membiarkan” anak Beliau diberi nama Umar adalah hal yg subjektif dan penuh spekulasi. Kita sungguh tdk mengenal kondisi yg terjadi di masa itu. Kita tidak bisa mengetahui apa yang dipikirkan Imam Ali saat itu. Banyak kemungkinan, meski yang pasti bukan karena takutnya Imam Ali terhdp keselamatan jiwanya.
Salah satu kemungkinannya adalah demi menjaga keutuhan umat Islam saat itu, sama seperti kemungkinan alasan Imam Ali melakukan bai’at kepada Abubakar di awal masa pemerintahan Abubakar. Namun ini sy anggap sendiri jg msh spekulatif.
Jadi, yg layak dibahas adalah fakta-fakta objektif, apakah benar Imam Ali memberikan nama anaknya dengan nama Umar? Mas Jakfari sdh memaparkan ketidakbenarannya bukan? Nah, fakta inilah yg seharusnya dikoreksi jika ada kekeliruan.
Salam
Justru Jakfari membuktikan bahwa BENAR Umar bin Khath-thab r.a. telah memberikan nama Umar kepada anak Ali bin Abi Thalib r.a..
Bukan hanya itu, Ali bin Abi Thalib r.a. juga mengawinkan puterinya dari Fathimah r.a. yang bernama Ummu Kultsum dengan Umar bin Khath-thab r.a.
Jadi mengapa heran jika Ali r.a. memberikan kehormatan kepada Umar r.a. untuk memberikan nama bagi anaknya. Karena Ali r.a. sendiri juga mengawinkan puterinya dengan Umar bin Khath-thab r.a.
Ibnu Jakfari:
Katakan, Mana bukti kalian jika kalian benar?!
Jangan menympulkan sebelum menegakkan bukti dasarnya!
Anda yang bilang sendiri di atas seperti ini:
“Dari sini jelaslah bagi kita bahwa yang menamakan putra Ali dengan nama Umar bukan Imam Ali as., akan tetapi Khalifah Umar ibn al Khaththab. Dan setelahnya nama itu melekat pada bocah tersebut hingga dewasa.”.
Ibnu Jakfari:
Anda hendak membuktikan kebenaran klaim Anda dengan menyebut bahwa Imam Ali as. menikahkan putrinya dengan Umar…. sementara itu hal itu masih perlu Anda buktikan kebenarannya seperti juga masih perlu dibuktikan kebeneran kesimpulannya! Itu yang saya maksud dengan kata-kata: mana buktinya?
waah… saya bingung…qo ada orang syiah mengingkari pernikahan antara Umar Bin Khottob dengan Ummu Kultsum, putri Imam Ali..? padahal bukti2nya sangat jelas bagaikan matahari di siang bolong…..? apakah pengingkaran ini didasarkan pada ketidaktahuan….? atau didasarkan pada ketidakmautahuan…?
Al Kulaini dalam kitabnya Al Kaafi menyatakan “Bahwa Humaid bin Ziyad dari Ibnu Sama’ah, dari Muhammad bin Ziyad, dari Abdullah bin sinan dan Mu’wiyah bin ‘Ammar, dari Abi Abdillah a.s., ia berkata: “saya bertanya tentang wanita yang ditinggal mati suaminya, adakah ia melaksanakan iddah di rumah sendiri atau sekehendak hatinya?” Beliau menjawab: “sekehendak hatinya”. Sebab Ali a.s. ketika Umar wafat, beliau datang kepada Ummu Kultsum (anak Ali Imam a.s.) dan membawa pulang kerumahnya.” (Bacalah: Furuu’ ; dari kitab “Al Kafi”; juz 6;hal. 115)
saya rasa bukti diatas sudah cukup jelas…..
Jakfari:
Akhi –hadakallah-, sebelum memastikan sebuah kesimpulan tentang samalah apapaun, haruslah terlebih dahulu memastikan kesahihan datanya, lalu ketepatan maksud data tersebut…..
Riwayat yang mengisahkan pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar ibn al Khaththab telah diriwayatkan dalam buku Sunni maupun Syi’ah, akan tetapi tidak berarti riwayat tentangnya shahih… baik sanad maupun matannya!
Dalam kesempatan saya belum berminat membahasnya secara tuntas dengan melibatkan seluruh riwayat dan kemudian menelaahnya secara tuntas pula. Insya Allah dalam kesempatan lain dengan izin Allah akan kami bahas.
Jadi ulama Syi’ah ketika menerima atau menolak sebuah riwayat tidak didasarkan melainkan kepada bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.
Ini Ja’far Shadiq mengatakan sendiri bahwa Ummu Kultsum telah menikah dengan Umar bin Khath-thab r.a.
Dan ketika Umar bin Khath-thab r.a. meninggal maka Ali bin Abi Thalib membawa pulang anaknya itu ke rumahnya.
Baca:
Abu Abdillah Ja’far Shadiq.
Di situ jelas dikatakan:
سألت أبا عبد الله عليه السلام – جعفر الصادق – عن امرأة توفي زوجها أين تعتد؟ في بيت زوجها أو حيث شاءت؟ قال : بلى حيث شاءت، ثم قال : إن علياً لمّا مات عمر أتى أم كلثوم فأخذ بيدها فانطلق بها إلى بيته.
[”الكافي في الفروع” كتاب الطلاق، باب المتوفى عنها زوجها ج6 ص115، 116
“Aku bertanya kepada Abu Abdillah -Ja’far Shadiq- tentang wanita yang suaminya meninggal, di manakah seharusnya ia menyempurnakan ‘iddahnya? apakah di rumah suaminya atau di mana saja yang dia mau?
Maka Ja’far Shadiq menjawab: “Benar di mana saja dia mau.” Kemudian ia berkata lagi: “Karena Ali (bin Abi Thalib r.a.) ketika Umar (bin Khath-thab r.a.) meninggal, ia menemui Ummu Kultsum dan membawanya pulang ke rumahnya.”
al Kafi fi al Furu’, kitab ath Thalaq, bab al Mutawaffa ‘anha zaujuha, vol 6, hal. 115-116
Jakfari:
Akhi -hadakallah-, sebelum memastikan sebuah kesimpulan tentang samalah apapaun, haruslah terlebih dahulu memastikan kesahihan datanya, lalu ketepatan maksud data tersebut…..
Riwayat yang mengisahkan pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar ibn al Khaththab telah diriwayatkan dalam buku Sunni maupun Syi’ah, akan tetapi tidak berarti riwayat tentangnya shahih… baik sanad maupun matannya!
Dalam kesempatan saya belum berminat membahasnya secara tuntas dengan melibatkan seluruh riwayat dan kemudian menelaahnya secara tuntas pula. Insya Allah dalam kesempatan lain dengan izin Allah akan kami bahas.
Jadi ulama Syi’ah ketika menerima atau menolak sebuah riwayat tidak didasarkan melainkan kepada bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.
Nama2 Abdurahman, Abdul Jalal, Abdul Azis dsb adalah nama2 yang maknanya Hamba Allah, suatu nama yang baik. Walau ada saja orang yang bernama seperti itu bukan orang baik -baik seperti pembunuh, penjahat. namun nama tersebut tetap populer untuk dibarikan ortu terhadap anaknya karena kemulyaan makna nama2 tsb. Beda dengan nama2 Abu Bakar, Umar, Usman, tak memiliki makna yang sifatnya memuji asama Allah dsb. Sehingga jika ada orang tua yang menamai anak2nya dengan nama Abu Bakar, Umar, Usman, itu hanya karena memulyakan para sahabat2 nabi tersebut.
@ al Faruq
Jwaban ga nyambung..!
trs…
Umar Nikah dg Ummi Kulstum binti Ali as ? ..KUNO..!!!
Baca semua riwayat2 DEKIL-NYA yg ga ada rasa hormat sma sekali, dan lihat bgmn “Si Phaedophilia” dlm riwayat2 tsb ..:ada link2 scan kitabnya..baca sendiri :
http://www.answering-ansar.org/answers/umme_kulthum/en/index.php
Anda ini menolak apa yang ditulis dalam kitab Al Kafi, dan dinyatakan sendiri Abu Abdillah Ja’far Shadiq.
Di situ jelas dikatakan:
سألت أبا عبد الله عليه السلام – جعفر الصادق – عن امرأة توفي زوجها أين تعتد؟ في بيت زوجها أو حيث شاءت؟ قال : بلى حيث شاءت، ثم قال : إن علياً لمّا مات عمر أتى أم كلثوم فأخذ بيدها فانطلق بها إلى بيته.
[“الكافي في الفروع” كتاب الطلاق، باب المتوفى عنها زوجها ج6 ص115، 116
“Aku bertanya kepada Abu Abdillah -Ja’far Shadiq- tentang wanita yang suaminya meninggal, di manakah seharusnya ia menyempurnakan ‘iddahnya? apakah di rumah suaminya atau di mana saja yang dia mau?
Maka Ja’far Shadiq menjawab: “Benar di mana saja dia mau.” Kemudian ia berkata lagi: “Karena Ali (bin Abi Thalib r.a.) ketika Umar (bin Khath-thab r.a.) meninggal, ia menemui Ummu Kultsum dan membawanya pulang ke rumahnya.”
al Kafi fi al Furu’, kitab ath Thalaq, bab al Mutawaffa ‘anha zaujuha, vol 6, hal. 115-116
Jakfari: Akhi -hadakallah-, sebelum memastikan sebuah kesimpulan tentang samalah apapaun, haruslah terlebih dahulu memastikan kesahihan datanya, lalu ketepatan maksud data tersebut….. Riwayat yang mengisahkan pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar ibn al Khaththab telah diriwayatkan dalam buku Sunni maupun Syi’ah, akan tetapi tidak berarti riwayat tentangnya shahih… baik sanad maupun matannya! Dalam kesempatan saya belum berminat membahasnya secara tuntas dengan melibatkan seluruh riwayat dan kemudian menelaahnya secara tuntas pula. Insya Allah dalam kesempatan lain dengan izin Allah akan kami bahas. Jadi ulama Syi’ah ketika menerima atau menolak sebuah riwayat tidak didasarkan melainkan kepada bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.
loh……hadits diatas kan diambil dari kitab Al Kafi nya Al Kulaini…..
bukankah ulama kalian sudah menyatakan shahih apa yang ada dalam kitab Al Kafi karangan Al Kulaini…..
Lagipula saya kan sudah mendapatkan REKOMENDASI dari Ulama2 anda….
NIH BUKTINYA :
1. Ali Akbar Al Ghifari, pentahqiq kitab Al Kafi menyatakan: mazhab Imamiyah sepakat bahwa seluruh isi kitab Al Kafi adalah shahih.
2. Abdul Husein Syarafuddin Al Musawi dalam kitab Al Muraja’at [edisi bahasa Indonesia berjudul Dialog Sunnah Syi’ah, terbitan Mizan] menegaskan: yang terbaik dari yang dibukukan adalah empat kitab yang merupakan pegangan mazhab Imamiyah dalam masalah ushul maupun furu’ sejak jaman pertama hingga masa kini, yaitu kitab Al Kafi, Tahdzib, Al Istibshar dan Man La Yahdhuruhul Faqih, semua isinya adalah mutawatir dan dipastikan status keshahihannya, dan Al Kafi adalah yang paling terdahulu, paling hebat, paling bagus [Muraja’ah no 110] Edisi Dar Shadiq Beirut.
3. Al Faidh Al Kasyani mengatakan: Al Kafi adalah yang paling mulia, paling hebat, paling valid, paling sempurna dan paling lengkap.( Muqaddimah Kitab Al Kafi halaman 9)
4. ementara An Nuri At Thabrasi mengatakan: posisi Al Kafi di antara empat kitab adalah bagaikan matahari dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di langit, jika orang yang bersifat objektif menelaah kitab Al Kafi, maka dia tidak perlu lagi meneliti validitas perawi yang ada dalam kitab itu, dan akan segera percaya bahwa isi kitab itu adalah shahih dan valid. (Lihat Mustadrak Al Wasa’il jilid 3 hal 532)
5. Al Hurr Al Amili mengatakan: kesimpulan ke enam mengenai validitas penulisan kitab ini dan kitab ini benar-benar ditulis oleh Al Kulaini, juga riwayat-riwayat yang ada di dalamnya adalah benar berasal dari para imam alaihimussalam. (Lihat di Khatimatul Wasa’il hal 61.)
6. Sementara Agho Barzak mengatakan : Al Kafi adalah kitab yang terbaik dari empat kitab yang dijadikan pegangan bagi mazhab syi’ah. Tidak pernah ada kitab riwayat dari keluarga Nabi yang menyamai Al Kafi.
(Ad Dzari’ah ila tashanifi Asy Syi’ah jilid 17 hal 245)
7. Sementara Abbas Al Qummi menyatakan: Al Kafi adalah kitab yang terbaik dalam Islam, kitab syi’ah yang terbaik yang tidak pernah ada lagi kitab syi’ah yang seperti itu, Muhammad Amin Al Istrabadi menyatakan: kami mendengar dari para guru dan ulama kami bahwa tidak ada kitab dalam Islam yang menyamai atau mendekati Al kafi. (Al Kuna wal Alqab jilid 3 hal 98.)
8. Syaikh Muhammad Shadiq As Shadr dalam kitab Asy Syi’ah halaman 122 menyatakan :” dikisahkan bahwa kitab Al Kafi ditunjukkan pada Imam Mahdi lalu beliau menyatakan: kitab ini cukup bagi syi’ah kami.”
akhi gimana sih…. ko plin plan amat…..
intinya jakfari ini gak terima klo ada yg bilang ali mencintai dan menaruh rasa hormat pada umar, gitu loh…
Ibnu Jakfari:
Akhi, apa yang anta katakan itu berlebihan dan tidak berdasar. untuk mengetahui sikap hormat dan pengagugan Imam Ali as. terhadap Abu Bakar dan Umar tolong Anda baca artikel kami terbaru (hari ini)!
eh lamaru ada disini juga. syukur deh.
gw sepakat tuh ama armand. Sepanjang diskusi gw diblog gw mengenai persoalan nama ini, sebetulnya hanya bersifat subyektif. Karena tidak ada data valid mengenai alasan Ali tidak menolak pemberian nama tersebut.
Imam ‘Ali k.w. berkata :
” Benturkan sebagian pandangan yang kalian miliki dengan pandangan yang lain, maka akan muncul kebenaran “.
Mau?…………..
xxxxxxxx
Ibnu Jakfari:
Jangan copy paste bang!
Maaf ini keliru sekali. Sibt Ibnu Jauzi adalah Ulama Sunni bermahzab Hanafi. Nama lengkapnya adalah Syaikh Syamsuddin Abul Muzaffar bin Qarali Al Hanafi, bliau adalah cucu dari Ibnu Jauzi. Begitulah yang disebutkan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah 13/70.
Salam
Dia cucunya Ibn Jauzi, itu benar adanya.
Tapi fakta juga kalau dia kemudian terperosok dalam madzhab Rafidhah/ Syi’ah.
Saya sudah lihat di al Bidayah wan Niyaha 13/70 tapi tidak saya temukan keterangan seperti itu. Cetakan manakah kitab yang anda gunakan.
Kalau mau mengatakan fakta maka harus ada buktinya, maaf sekedar kata-kata anda bukanlah bukti sama sekali
Coba lihat disini
http://www.al-eman.com/Islamlib/viewchp.asp?BID=251&CID=212#s32
Sebelum kita melanjutkan diskusi, saya meminta izin terlebih dahulu kepada yang empunya blog karena apa yang mau didiskusikan berbeda dengan tema tulisan yang beliau angkat di atas. Oleh karena itu dengan hormat anda saya undang ke blog saya jika memang mau mendiskusikan lebih lanjut masalah ini.
Sekarang tunjukkanlah pendapata anda:
pemberian nama oleh Umar bagi anak Ali bin Abi Thalib r.a. oleh Umar bin Khath-thab r.a. dipahami sebagai apa?
Saya sudah singgung di atas bahwa itu tanda hormat dan cintanya Ali bin Abi Thalib r.a. terhadap Umar bin Khath-thab r.a. Karena jika sebaliknya, berarti Ali bin Abi Thalib bisa dipaksa oleh Umar bin Khath-thab dalam masalah pemberian nama anaknya.
Dan rasa cinta seperti itu tidak aneh, sehingga tidak aneh pula ketika Umar bin Khath-thab dinikahkan dengan Ummu Kultsum yang merupakan anak hasil perkawinan Ali bin Abi Thalib r.a. dengan Fathimah az Zahra r.a.
________________
Ibnu Jakfari:
Jangan bangun kesimpulan besar di atas daasar yng rapuh!
mau tau sikap pengormatan Imam Ali as. ekpada Umar? Baca artikel terbaru kami: Khalifah Abu Bakar & Umar Di Mata Imam Bukhari & Muslim
Sunni-Syiah diskusinya itu-itu saja. Paling-paling soal Fadak, Perebutan khilafah, sahabat tdk adil, pembunuhan Husein dll. Enggak ada yang lain apa?
betul sekali mas didaar… kalau ta’ perhatikan yang Sunni ngotot mengatakan Ali bin Abi Thalib menamakan anaknya dengan nama Umar… yang Syi’ah bilang datanya kurang valid….
kalau bagi saya sih enteng-enteng aja…. imam Ali mau namai anaknya dengann Abu Bakar dan Umar itu sih ngap penting! Kenapa? Karena bisa jadi ada alasan selain ingin menghormat seperti yang dipaksakan akhi kita al faruq (yang kalau saya perhatikan komen2nya cukup ngotot hampir disemua tulisan di blon ini), sebab itu kan hanya kesimpulan belaka! sifatnya relatif!
Jadi kenapa kita meninggalkan yang pasti dan qath’iy dan mengandalkan dalil asumtif? dalil qath;iy dalam kasus ini adalah bahwa Imam Ali as. dan keluarganya termasuk Siti Fatimah RA. telah bersengketa!!! Ini jelas dan pasti!!!
Buktinya apa? Ada dalam banyak kitab Ahlu Sunnah, termasuk juga KItab Shahih Bukahri dan Sihah Sittah lainnya!!!
mengelak dari menyataan ini adala tidak logis dan hanya menajdikan diskusi ini hanya menyentuh permukaan luar saja tidak masuk ke akar masalah!!!!
Bukan niat saya membongkar luka lama antara keluarga nabi dan sekelompok sahabat yang berkuasa setelah wafat beliau SAW.
tapi memang itu akar masalahnya… jadi kembaliakan saja ke situ! Gimana saudara-saudara?
Atau diskusi tentang nama anak-anak imam Ali itu ditutup aja sebab tidak membuahkan hasil ilmiah apapun, selain sejarah ancih.
Stuja dengan sugeng rawoh…Bahasan Mas Ja’fari..terlalu spekulatif..hasilnya bakal Nihil, karena terlalu dangakal.
Bagus bahas sengketa fatimah dan Abu bakar. coba ada ngga orang sunni yg berani bahwa sengketa fatimah vs Abu bakar suatu fitnah atau berita bohong. Klo ada, brarti dialah yang dikatakan nabi “tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi”..
Ato yg lebih seri…Khalid bin Walid sang Saifullah kebanggan Orang Sunni merupaka manusia super Bejad dan mengapa Abu Bakara membelanya sedang Umar tidak.. ini lebih esensial…wkwkwk. maka dari sini akan nampak borok2 yg coba di tutupi orang-orang munafiqun atau borok2 yg tidak dikenal oleh orang2 yang bodoh.
Sebelumnya perkenalkan, nama saya Irfan,
Saya adalah ahlu sunnah, beberapa waktu ini saya banyak mendapat informasi tentang syiah, sehingga saya banyak berdiskusi dengan teman-teman, dan saya disarankan ke blog ini saya sungguh senang dapat ikut berdiskusi di sini, saya tidak akan mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh orang lain, saya akan menanyakan dari isu-isu yang beredar, demi sebuah kebenaranb ilmiah.
saya tertarik memuali dengan keluarga Ali bin abi Thalib, saya memang tidka menguasai informasi, tapi saya dapatkan informasi berkenaan keluarga Ali, ini adalah copyanya,
Saya peroleh dari :
Pernikahan ‘Umar bin Al-Khaththaab dengan Ummu Kultsum binti ‘Aliy – Dalil Bolehnya Wanita Mukmin Menikah dengan Laki-Laki Kafir ?
September 17, 2009 by alfanarku
xxxxxxxxxxxxxxxxx
Boleh dibilang artikel ini panjang dan saya mohon maaf.
selama ini saya mencoba mempelajari antara pandangan sunnah dan syiah bahwa masing-masing berpolemik tentang benar tidaknya Umar bin Khatab menikahi anak Ali,
bagaimana kira-kira pandangan rekan-rekan syiah, bila mendapatkan tanggapan semacam ini.
Terimakasih
Wasalam
_____________
Ibnu Jakfari
Anda sudah menyertakan link artikelnya, karenanya cop-pas artikel tersebut tidak diperlukan lagi
Maaf mas ja’far,
saya bukan tipikal orang yang senang dengan pencacian, kalau memang itu benar saya akan terima..
sejauh ini saya main di blog-blog teman-teman syiah ini belum ditanggapi, terimakasih
Waslama
Ibnu Jakfari:
Terima kasih akhi, insya Allah kami akan tanggapi. Semoga Allah memberi saya waktu luang untuk menelitinya sebelum menulis tanggapan.
Setakat pembacaan saya dalam blog ini, hujah-hujah syiah menolak Ali r.a redha nama anaknya Umar r.a ialah
a) Umar yang menamakan anak tersebut dan bukannya Ali sendiri
b) Dalam Al Ishabah Ibnu Hajar 4/588-597 didapatkan banyak sahabat yang bernama Umar. Lebih kurang 16 sahabah bernama Umar.
c) Ali redha kerana nama Umar disini bukan merujuk Umar al-Khattab tapi merujuk kepada Umar bin Abi Salamah anak tiri Nabi dan salah seorang sahabat yang setia kepada Imam Ali.
Jawapan kepada bidasan
Tindakan Ali membenarkan Umar menamakan anaknya atas namanya sendiri menunjukkan mereka tidak bermusuhan
Ini menjawab hujah (c) dimana ia memang khas merujuk kepada dirinya dan bukan Umar bin Abi Salamah. Maka kewujudan umar-umar lain tidak menjadi masalah
Apakah mungkin anda membenarkan musuh anda menamakan anak anda atas nama dia?
Biarpun nama itu umum, tindakan Umar diredhai oleh Ali dan biasanya kita membiarkan orang kita kagumi dan sayang menamakan anak kita
Persoalannya, apakah syiah kini sanggup menamakan anak mereka Umar apabila Ali sendiri redha kepadanya?
Tindakan Ali Zaina Abidin menamakan anaknya Ubaidullah membuktikan dia tidak berniat beliau sebagai pembunuh Husin r.a
Setakat membaca artikel disini, hujah yang boleh dilihat ialah
a) Umar yang menamakan anak tersebut dan bukannya Ali sendiri
b) Dalam Al Ishabah Ibnu Hajar 4/588-597 didapatkan banyak sahabat yang bernama Umar. Lebih kurang 16 sahabah bernama Umar. Maka Umar adalah nama umum dalam bahasa arab.
c) Ali redha kerana nama Umar disini bukan merujuk Umar al-Khattab tapi merujuk kepada Umar bin Abi Salamah anak tiri Nabi dan salah seorang sahabat yang setia kepada Imam Ali.
Jawapan kepada bidasan
Tindakan Ali membenarkan Umar menamakan anaknya atas namanya sendiri menunjukkan mereka tidak bermusuhan
Ini menjawab hujah (c) dimana ia memang khas merujuk kepada dirinya dan bukan Umar bin Abi Salamah
Apakah mungkin anda membenarkan musuh anda menamakan anak anda atas nama dia?
Biarpun nama itu umum, tindakan Umar diredhai oleh Ali dan biasanya kita membiarkan orang kita kagumi dan sayang menamakan anak kita
Persoalannya, apakah syiah kini sanggup menamakan anak mereka Umar apabila Ali sendiri redha kepadanya?
Assalam,,,,,,Apalah artinya sebuah NAMA,, ketika seorang Bijak berkata; Dia memang sahabatku tapi keBENARAN lebih “AKRAB” DENGANKU.
Abu Bakar dan Umar adalah mertua Muhammad
Usman dan Ali adalah menantu Muhammad.
kalaupun ada keretakan (diantara hubungan mereka) ialah manusiawi.
tapi celakalah bagi orang-orang yang memisahkan mereka.
merekalah nama-nama terbaik, berikan kontribusi terhadap Islam yang jaya menaklukkan Kekaisaran Romawi & Persia:
membuat semua ahli perang hampir tak percaya.
`sebagaimana Abu Bakar rela digebukin dikeroyok demi membela Muhammad >didepan khalayak umum`
`dikala Umar mengamuk histeris marah menangis mendengar wafatnya Muhammad >didepan khalayak umum`
`disaat Usman berikan pengorbanan harta benda yang banyak untuk kepentingan perjuangan Muhammad >didepan khalayak umum`
`disaat ali mau bertaruh nyawa dengan menggantikan tempat tidurnya Muhammad saat pengepungan oleh kafir quraisy >didepan khalayak umum`
tiada ada yang bisa memisahkan nama-nama itu dari Islam yang kecil namun pernah jaya menguasai bumi yang besar.
maka celakalah bagi orang-orang yang memisahkan mereka.
[…] Imam Ali as. Tidak Menamakan Putranya Dengan Nama Umar! […]