Mengapa Ali Tidak Memprotes Pembaiatan Atas Abu Bakar? (1)

Pengingkaran Pendiri Mazhab Wahabi; Syeikh Ibnu Abdil Wahhâb terhadap tegasnya petunjuk hadis Ghadir sebagai penujukan atas Imam Ali as. sebagai Pemimpin Tertinggi Umat Islam sepeninggal Nabi saw. yang telah kami bantah kepalsuan dan kebatilan anggapannya pada edisi sebelumnya, ia susul denan kata-kata:

… ولو كان نصاً لادّعاها علي رضي الله عنه لأنه أعلم بالمراد، ودعوى إدّعائها باطل ضرورة ، ودعوى علمه يكون نصاً على خلافته وترك إدعائها تقية أبطل من أن يبطل . وما أقبح ملة قوم يرمون إمامهم بالجُبن والخور والضعف في الدين مع أنه أشجع الناس وأقواهم.

“… jika demikian (ia sebagai nash/penunjukan terang) pastilah Ali mengakuinya, sebab ia lebih mengerti maksudnya. Dan mengklaim bahwa Ali mengakuinya adalah batil/palsu secara pasti, dan mengklaim bahwa Ali mengetahuinya tetepi ia meninggalkan mengakuinya kerena taqiyyah lebih batil untuk dibantah.

Alangkah jelaknya agama kaum yang menuduh imam mereka pengecut dan takut serta lemah dalam menegakkan agama, padahal ia termasuk paling berani dan paling kuatnya orang …”

Tanggapan Kami:

Ibnu Ja’fari berkata:

Untuk klaim palsunya kali ini kami bermaksud menaggapinya secara ringkas dan secukupnya dengan membuktikan bahwa sebenarnya sejarah otentik telah mencatat bahwa ternyata Imam Ali as. tidak diam, beliau telah memprotes dengan keras pembaiatan atas Abu Bakar sebagai Khalifah. Demikian juga dengan keluarga beliau, keluarga besar bani Hasyim dan para pengikut setia beliau, mereka telah memprotes keras hasil pembaiatan Abu Bakar di Saqîfah.

Protes tersebut beliau demonstrasikan dengan beragam cara di antaranya dengan sikap praktis yang akan menjadi bukti disepanjang sejarah yang tidak akan dapat ditutup-tutupi oleh upaya pembutaan apapun!

Imam Ali as. melakukan protes keras dengan menolak memberikan pengakuan legalitas syar’i atas hasil pembaiatan Abu Bakar di Saqîfah! Dan berbagai upaya termasuk dengan cara kekerasan sekalipun ternyata para pendukung kekhalifahan Abu Bakar tidak mampu membuat Imam Ali as. bertekuk lutut memberikan baiat dan restu serta pengakuan akan keabsahan Khalifah Abu Bakar!

Imam Ali as. tetap tegar dengan pendiriannya, dan membuktikan kepada umat dan sejarah bahwa hak kewalian beliau yang telah ditetapkan Allah SWT melalui Nabi-Nya di Ghadir Khum telah dibekukan dan diambil alih oleh  kelompok Saqîfah!

Berita tentang keengganan Imam Ali as. untuk membaiat Abu Bakar sedemikian masyhur, sehingga kitab hadis paling selektif, seperti Shahih Bukhari pun melolos-sensorkannya.

Imam Ali as. menolak memberikan baiat selama kurun waktu enam bulan dari pembaiatan Abu Bakar! Sebuah waktu yang sangat panjang! Dalam kurun waktu itu, Imam Ali as. tak henti-hentinya membuktikan hak kewaliannya atas umat Islam! Sehingga terjadi kerenggangan hubungan antara beliau dengan Abu Bakar dan kelompoknya.

Penentangan Imam Ali as. atas rekayasa pembaitan Abu Bakar di Saqîfah berbuntut panjang!

Di antara ekor panjang penentangan Imam Ali as. atas pembaiatan Abu Bakar adalah peristiwa-peristiwa berikut ini:

A) Ancaman Pembakaran.

Para sejarawan Islam melaporkan berbagai peristiwa penting di antaranya apa yang dilaporkan oleh Ibnu Abi Syaibah (w.235H) dalam Mushannaf-nya dengan sanad bersambung kepada Zaid ibn Aslam dari ayahnya, ia berkata:

حين بويع لابي بكر بعد رسول الله، كان علي والزبير يدخلان على فاطمة بنت رسول الله، فيشاورونها ويرتجعون في أمرهم، فلمّا بلغ ذلك عمر بن الخطّاب، خرج حتّى دخل على فاطمة فقال: يا بنت رسول الله، والله ما أحد أحبّ إلينا من أبيك، وما من أحد أحبّ إلينا بعد أبيك منك، وأيم الله ما ذاك بمانعي إنْ اجتمع هؤلاء النفر عندك أن أمرتهم أن يحرّق عليهم البيت.

“Ketika Abu Bakar dibaiat sepeninggal Rasulullah, Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah putri Rasulullah. Mereka bermusyawarah dengannya tentang urusan mereka. Ketika berita itu didengar oleh Umar ibn al Khaththab, ia keluar sehingga menemui Fatimah dan berkata kepadanya, ‘Hai putri Rasulullah, demi Allah tiada seorang yang lebih aku cintai dari ayahmu dan tiada seorang setelah ayahmu yang lebih kami cintai darimu. Demi Allah hal itu sama sekali tidak akan mencegahku jika mereka berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar rumah ini dibakar bersama mereka.’” [1]

Ath Thabari juga melaporkan dalam Târîkh al Umam wa al Mulûk:

أتى عمر بن الخطّاب منزل علي، وفيه طلحة والزبير ورجال من المهاجرين فقال: والله لاُحرقنّ عليكم أو لتخرجنّ إلى البيعة، فخرج عليه الزبير مصلتاً سيفه، فعثر فسقط السيف من يده، فوثبوا عليه فأخذوه.

“Umar ibn al Khaththab mendatangi rumah Ali, di dalamnya berkumpul Thalhah dan Zubair dan beberapa orang Muhajirin, ia berkata (mengancam), ‘Demi Allah aku benar-benar akan membakar kalian atau kalian keluar untuk memberikan baiat!’ Maka Zubair keluar sambil menghunuskan pedangknya, lalu ia terpeleset dan jatuhlah pedang itu dari tangannya, lalu mereka mengeroyoknya dan mengambil pedang itu darinya.”[2]

B) Mereka Membawa Obor Yang Menyala.

Jika pada pada laporan-laporan di atas hanya disebutkan bahwa mereka (Umar dkk.) hanya mengancam akan membakar rumah Fatimah bersama penghuninya karena mereka berkumpul menentang Khalifah Abu Bakar, maka dalam laporan-laporan di bawah ini disebutkan bahwa Umar dan rekan-rekannya benar-benar ingin membuktikan keseriusan ancaman mereka itu dengan membawa obor yang menyala-nyala.

Dalam Ansâb al Asyrâf-nya, al Balâdzuri (w.224H) melaporkan:

إنّ أبا بكر أرسل إلى علي يريد البيعة، فلم يبايع، فجاء عمر ومعه فتيلة، فتلقّته فاطمة على الباب، فقالت فاطمة: يابن الخطّاب، أتراك محرّقاً عَلَيّ بابي ؟! قال: نعم، وذلك أقوى فيما جاء به أبوك.

“Sesunggunya Abu Bakar mengutus (seorang utusan) kepada Ali memintanya agar membaiat, tapi Ali tidak mau membaiat. Maka datanlah Umar dengan membawa obor, lalu Fatimah menghadangnya di depan pintu, ia berkata, ‘Hai putra al Khaththab, apakah engkau akan membakarku dengan membakar pintu rumahku?!’ Umar menjawab, ‘Ya, dan hal itu akan menguatkan agama yang dibawa ayahmu.’”[3]

Ibnu Abdi Rabbih (w.328 H) melaporkan dalam al ‘Iqdu al Farîd-nya:

وأمّا علي والعباس والزبير، فقعدوا في بيت فاطمة حتّى بعث إليهم أبو بكر ليخرجوا من بيت فاطمة وقال له: إنْ أبوا فقاتلهم، فأقبل بقبس من نار على أنْ يضرم عليهم الدار، فلقيته فاطمة فقالت: يابن الخطّاب، أجئت لتحرق دارنا؟ قال: نعم، أو تدخلوا ما دخلت فيه الاُمّة.

“Adapun Ali, Abbas dan Zubair mereka duduk/bertahan di rumah Fatimah sehingga Abu Bakar mengutus utusan menemui mereka agar mereka segera keluar dari rumah Fatimah. Abu Bakar berkata kepada utusannya itu, ‘Jika mereka enggan keluar maka perangi mereka!’. Lalu ia (utusan itu) datang dengan membawa seonggok api untuk membakar rumah itu atas mereka. Kemudian Fatimah menghadangnya, ia berkata, ‘Hai putra al Khtaththab, apakah engkau datang untuk membakar rumah kami?! Ia berkata, ‘Ya. Atau kalian semua mau masuk bersama umat menerima baiat Abu Bakar.”[4]

C) Mereka Menyiapkan Kayu Bakar

Ternyata konflik yang terjadi antara kubu Imam Ali as. dan kubu Abu Bakar tidak berhenti sampai di sini; hanya mengancam dan membawa obor api. Akan tetapi mereka benar-benar telah mempersiapkan kayu bakar untuk menghanguskan rumah Fatimah dan Ali serta membakar seluruh penghuni yang bertahan di rumah tersebut dalam protes mereka atas pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah! Paling tidak demikian yang dilaporkan dalam data-data sejarah yang ada.

Al Mas’ûdi melaporkan dalam Murûj adz Dzahab-nya yang kemudian dinukil oleh Ibnu Abil Hadid al Mu’tazili dalam Syarah Nahjul Balaghah-nya dari Urwah ibn Zubair –keponakan Ummul Mukminin Aisyah- bahwa ia ketika memberikan uzur mengapa kakaknya yang bernama Abdullah ketika berkuasa di Hijâz pernah berniat membakar tokoh-tokoh Bani Hasyim dikarenakan mereka menolak membaiatnya sebagai pemimpin/ Khalifah. Urwah memberikan uzur akan hal itu dengan alasan bahwa dahulu Bani Hasyim juga pernah diancam untuk dibakar dikarenakan keengganan mereka memberikan baiat untuk Abu Bakar.[5]

Al Ya’qubi dan al Jauhari juga melaporkan, “Dan sekelompok kaum Muhajirin dan Anshar bertahan tidak memberikan baiat kepada Abu Bakar, mereka berpihak kepada Ali bin Abi Thalib, di antara mereka adalah Abbas ibn Abdul Muththalib, Fadhl ibn Abbas, Zubair ibn Awwâm, Khalid bin Said, Miqdad ibn ‘Amr, Salman al Fârisi, Abu Dzarr al Ghiffari, Ammar ibn Yasir, al Barâ’ ibn ‘Âzib dan Ubai ibn Ka’ab. Maka Abu Bakar memanggil Umar, Abu Ubaidah dan Mughirah ibn Syu’bah. Ia berkata, “Bagaimana pendapat kalian?”

Mereka menjawab, “Yang tepat Anda temui adalah Abbas ibn Abdul Muththalib, dan berikan baginya dan keturunannya bagian dari kekuasaan ini, maka dengan demikian Anda melemahkan posisi Ali ibn Abi Thalib dan bukti kuat bagi Anda atas Ali jika ia (Abbas) mau berbagung dengan pihak kalian….“[6]

Umar berkata, “Termasuk kisah kami ketika Nabi wafat bahwa Ali dan Zubair bersama mereka yang tidak mau berbaiat, mereka berkumpul di rumah Fatimah.[7]

Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kedua kitab Shahih-nya meriwayatkan dari Ummul Mukminin A’isyah bahwa Imam Ali as. tidak mau memberikan baiat untuk Abu Bakar selama masa hidup Fatimah putri Nabi saw. Dan setelah wafat Fatimah, Ali menganggap mungkar wajah-wajah manusia, maka ia menawarkan mushâlahata/perdamaian dan berbaiat untuk Abu Bakar. Sementara ia tidak memberikan baiat… “ [8]

Ibnu Ja’fari berkata:

Dalam laporan dan pernyataan Aisyah di atas yang telah diriwayatkan para muhaddis Ahlusunnah, utamanya Bukhari dan Muslim, ditegaskan bahwa Ali enggan memberikan baiat untuk Abu Bakar, dan setelah wafat Fatimah as. Ali menjadi merasa gusar terhadap orang-orang, lalu ia –masih kata Aisyah ra.- menawarkan opsi damai kepada Abu bakar, iltamasa mushâlahata Abi Bakr[9] dan mengakhiri kondisi persengketaan antara keduanya!

Pertama yang perlu diperhatikan di sini ialah bahwa  benar-benar telah terjadi sengketa antara Abu Bakar dan Imam Ali as. dalam masalah Khilafah sebagai sikap protes Imam Ali atas pembaiatan Abu Bakar. Dan protes itu dilakukan bukan sekedar karena Imam Ali as. tidak diikut sertakan dalam rapat dadakan di Saqîfah, seperti yang hendak disipmpulkan sebagian peneliti, melainkan karena Imam Ali as, pada dasarnya melihat baiat yang terjadi di sana itu ilegal, keluar dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya dalam kepemimpinan.

Sebab –dalam pandangan Ahlusunnah-[10] betapapun Imam Ali as. tidak hadir dalam rapat di Saqîfah, pembaiatan itu telah sah, jadi adalah wajib atas Imam Ali as. untuk menerimanya dan tidak menolak hasil pembaiatan yang telah dilakukan oleh banyak kalangan sahabat… masalah tidak diikut sertakannya Imam Ali as. dalam rapat itu hanya membenarkan  Imam Ali as. untuk menegur pelanggaran etis tersebut, bukan membenarkannya membangkang dan menolak pembaiatan!

Dari sini di hadapan kita hanya ada dua opsi tentang sikap Imam Ali as. tersebut:

Opsi Pertama, Sikap keengganan dan penentangan Imam Ali as. itu dipicu oleh emosi dan atau persaingan dalam memperebutkan jabatan Khilafah!

Opsi Kedua, Karena Imam Ali as. meyakini bahwa kekhalifahan adalah hak beliau, dan tidaklah sah pengangkatan siapapun selain dirinya.

Opsi pertama jelas tertolak… tidak ada seorang Muslim yang sadar apa yang ia pikirkan akan terlintas dalam pikirannya bahwa Imam Ali as. menentang pembaiatan atas Abu Bakar atas dorongan hawa nafsu dan emosi serta persaingan tidak sehat! Sebab, seperti disabdakan Nabi saw. bahwa “Ali senantiasa bersama Al Qur’an” “Ali senantiasa bergandengan dengen kebenaran/haq”

Terlebih lagi, dalam benyak kesempatannya, Imam Ali as. menyatakan dengan tegas bahwa Imamah/Khilafah adalah hak beliau yang mereka rampas dan mereka halang-halangi Ali dari mengambilnya kembali dengan cara damai.

Dalam salah sebuah pidatonya, Imam Ali as. mempertegas hal tersebut:

وقال قائل: إنّك يا ابن أبي طالب على هذا الامر لحريص، فقلت: بل أنتم ـ والله ـ أحرص وأبعد، وأنا أخص وأقرب، وإنّما طلبت حقّاً لي وأنتم تحولون بيني وبينه، وتضربون وجهي دونه، فلما قرّعته بالحجة في الملا الحاضرين هبّ كأنه بهت لا يدري ما يجيبني به.

اللهم إني استعديك على قريش ومن أعانهم، فانهم قطعوا رحمي، وصغّروا عظيم منزلتي، وأجمعوا على منازعتي أمراً هو لي، ثم قالوا: ألا إنَّ في الحق أنْ تأخذه وفي الحق أن تتركه .

“Ada seorang berkata, ‘Hai putra Abu Thalib, Sesungguhnya engkau rakus terhadap urusan (Kekhalifahan) ini!’ Maka aku berkata, “Demi Allah, kalian-lah yang lebih rakus dan lebih jauh, adapun aku lebih khusus dan lebih dekat. Aku hanya meminta hakku, sedangkan kalian menghalang-halangiku darinya, dan menutup wajahku darinya. Dan ketika aku bungkam dia dengan bukti di hadapan halayak ramai yang hadir, ia terdiam, tidak mengerti apa yang harus ia katakan untuk membantahku.

Ya Allah, aku memohon pertolongan-Mu atas Quraisy dan sesiapa yang membela mereka, karena sesungguhnya mereka telah memutus tali kekerabatanku, menghinakan keagungan kedudukanku dan bersepakat merampas sesuatu yang menjadi hakku. Mereka berkata, ‘Ketahuilah bahwa adalah hak kamu untuk menuntut dan hak kamu pula untuk dibiarkan.”[11]

Jadi di hadapan kita hanya tersisa opsi kedua yaitu bahwa konsep pemilihan yang menjadi dasar syar’i dalam pembaiatan Saqîfah adalah ilegal, tidak syar’i secara mendasar di mata Imam Ali as.! Dan hak Imamah dan Khilafah adalah hak Imam Ali as. yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan untuknya di Ghadir Khum! Di hadapan puluhan ribu umat Islam dalam sebuah rapat besar pengangkatan!

Mungkinkah Imam Ali as. menyengaja berbohong dan mengada-ngada atas nama Rasulullah saw. bahwa kepemimpinan umat pasca masa kerasulan adalah hak beliau as.?!

Kedua, pertanyaan yang layak muncul di sini, mungkinkan opsi damai itu ditawarkan tanpa ada persengketaan antara keduanya?!

Al Balâdzuri melaporkan, “Abu Bakar mengutus Umar untuk menemui Ali ra., ketika ia duduk (menolak) memberikan baiat, ia berkata, “Datangkanlah dia kepadaku dengan cara yang paling kasar!” Setelah Ali didatangkan, terjadilah antara keduanya pembicaraan, lalu Ali (berkata kepada Umar), ‘Perahlah susu itu satu kali perahan, untukmu separohnya.[12] Maksudnya bahwa apa yang dilakukan Umar dalam mendukung  kekhalifahan Abu Bakar ini dengan semangat bahwa nantinya ia juga akan menjabatnya!

Adz Dzahabi meriwayatkan sebuah hadis riwayat al ‘Uqaili dari Abdurrahman yang melaporkan bahwa Abu Bakar pernah menyesali sikap kasarnya terhadap Imam Ali as. dan para pembelanya yang menolak memberikan baiat dan mengakuinya sebagai Khalifah! Abu Bakar berkata, “… Aku tidak menyesali sebuah tindakan yang aku lakukan seperti penyesalanku atas tiga perkara, andai dahulu aku tidak menyerang rumah Fatimah dan aku biarkan saja walaupun mereka menutupnya untuk menyatakan perang.[13]

Ada seseorang bertanya kepada Zuhri, “Apakah Ali tidak membaiat Abu Bakar selama enam bulan?” Maka Zuhri menjawab, “Ya, benar. Ali tidak membaiat dan tidak juga satupun dari keluarga bani Hasyim sampai Ali mau membaiat. Dan ketika Ali melihat bahwa orang-orang berpaling darinya, ia meminta mushâlahah/damai dengan Abu Bakar.”[14]

Al Hafidz Ibnu Hajar berkomentar, ”Baiat yang mereka berikan menurut pendapat yang benar adalah setelah enam bulan.”[15]

Al Ya’qubi melaporkan, “Ali tidak memberikan baiatnya melainkan setelah enam bulan.”[16]

Ibnu Hazm berkata, “Kami mendapatkan bahwa Ali terlambat memberikan baiat sampai enam bulan.”[17]

Ibnu al Atsîr menegaskan bahwa, “Yang shahih, benar ialah bahwa Ali tidak memberikan baiat untuk Abu Bakar melainkan setelah enam bulan.”[18] (Bersambung)


[1] Al Mushannaf,7/432. Aslam adalah maula Umar ibn al Khaththab. Sebagian ulama tidak membiarkan riwayat ini tertulis tanpa disensor, seperti yang dilakukan Ibnu Abdil Barr dalam kitab al Istî’âb-nya,3/975, kendati ia meriwayatkan dengan sanad yang sama dengan sanad Ibnu Abi Syaibah ia membuang kata-kata Umar yang mengancam akan membakar rumah putri tercinta Rasulullah saw. berserta seluruh penghuninya, termasuk Ali, Hasan, Husain, Zubair, Thalhah dkk.

[2] Târîkh ath Thabari,3/202.

[3] Ansâb al Asyrâf,1/586.

[4] Al Iqdu al Farîd,3/15.

[5]Murûj adz Dzahab,3/86. Dâr al Fikr. Bairut dengan tahqîq MuhammadMuhyiddîn Abdul Hamîd. Dan Syarah Nahjul Balaghah,20/147.

[6] Târîkh al Ya’qubi, 2\103, as Saqifah, baca Syarah Nahjul Balaghah; Ibnu Abi al Hadid, 2\13 dan 74 dan al Imamah wa as Siyasah,1\14.

[7] Musnad Ahmad,1\55, Tarikh al Umam wa al Mulk; ath Thabari,2\466,  al Kamil; Ibnu, 2\124, Al Bidayah wa an Nihayah, 5\246, Shafwat ash Shafwah,1\97, Syarah NAhjul Balaghah; Ibnu Abi al Hadid, 1\123, Tarikh al Khulafa’; As Suyuthi: 45, Sirah Ibnu Hisyam,4\338 dan Taisir al Wushul, 2\41.

[8] Ath Thabari,2\448 Shahih Bukhari; Kitab al Maghazi, bab Ghazwah Khaibar, 3\38, Shahih Muslim,2\72 dan 5\153, bab Qaulu Rasulillah: Nahnu La Nurats, Ibnu Katsir, 5\285-258, Ibnu Abdi Rabbih, 3\64, Ibnu al Atsir, 2\126, Kifayah ath Thalib; Al Kinji: 225-226, Syarah Nahjul Balaghah, 1\122, Muruj adz Dzahab, 2\414, Tanbih wa al Isyraf: 250, ash Shawaiq, Tarikh al Khamis,1\193, al Imamah wa as Siyasah,1\14, al Isti’ab, 2\244, al Bad’u wa at Tarikh,5\66 dan Ansab al Asyraf,1\586.

[9] Ini adalah redaksi berbahasa Arab seperti dalam riwayat Imam Bukhari yang artinya: Ali meminta damai dengan Abu Bakar!.

[10] Seperti telah lewat dijelaskan bahwa legalitas pembaiatan untuk pengangkatan seorang Khalifah tidak harus dihadiri oleh seluruh anggota Ahlul Halli wa al Aqdi, cukup dihadiri oleh beberapa onggota saja yang telah mewakili. Bahkan di antara ulama Ahlusunnah ada yang mencukupkan dengan jumlah yang sangat sedikit. Artinya dalam kaca mata Teologi Ahlusunnah, pembaitan Abu Balkar di Saqîfah itu sudah memenuhi syarat dan adalah kewajiban atas Imam Ali as. untuk menerimanya, bukan menentangnya!!

[11] Nahjul Balaghah, kuthbah ke.172.

[12] Ansâb al Asyrâf,1/587.

[13] Mizân al I’tidâl,3/109 dan riwayat itu juga disebutkan Ibnu Hajar dalam Lisân al Mizân,4/189.

[14] Ibid.

[15] Usdu al Ghâbah, 3\222 .

[16] Târîkh al Ya’qûbi :2\126 .

[17] Al Ghadir, 3\102 dari al Fishal: 96-97.

[18] Al Kâmil Fi at Târîkh; ‘Izzuddîn Ibnu al Atsîr,2/326. Dâr Shâdir-Beirut.

10 Tanggapan

  1. Saya mau tanya, boleh kan ?!
    Alangkah jelaknya agama kaum yang menuduh imam mereka pengecut dan takut serta lemah dalam menegakan agama, padahal ia termasuk paling berani dan paling kuatnya orang … “
    _____________________
    Mengapa yach, saat “IMAM ALI” menjadi khalifah kota administratifnya bukan kembali ke MEKKAH, sebagai basis perjuangan dan pertahanan…dsb ?!

    Padahal katanya lho, keluarga “IMAM ALI” adalah pewaris utama baitullah.

    Thx.

    • Eh ada haniifa juga. Mulai deh OOTnya.

      Bantah argumen gw aja g becus, apalagi argumen ibnu jakfari.

    • @حَنِيفًا: Saya juga mau tanya, kenapa Rasulallah setelah Fathul Makkah tidak menjadikan Mekkah sebagai pusat pemerintahan, bukankah Rasul adalah pewaris paling utama baitullah???

      Sering kali Wahabi melemparkan kalimat “Syi’ah menganggap Imam Ali pengecut”. saya bisa pahami, karena memang “Berani” dalam kamus Wahabi adalah apa yang sudah dipertontonkan oleh Amrozi, dan Noordi Top cs…

      Ya jelas saja, Imam Ali gak se-“berani” itu Mas…hehehe

    • Assalamualaikum……
      saya rasa masalahnya bukan letak kota administratif atau pusat pemerintahan. masalahnya adlh, Rasulullah memberikan wasiat kpd Ali secara tersirat pada peristiwa Ghadir Khum, yg disaksikan ratusan ribu jamaah haji waktu itu, termasuk juga Abu Bakar. tetapi, pada saat Rasulullah meningggal, justru mereka sibuk musyawarah di Saqifah yg pada akhirnya membai`at Abu Bakar, tanpa mengundang Ali yg sedang sibuk mengurus jenazah Rasulullah. hal inilah yg memicu kontroversi. apalagi Umar mengancam akan membakar rumah Fatimah jika Ali tidak membai`at Abu Bakar. mari kita renungkan, belum sehari Rasulullah meninggal, mereka sudah sibuk memikirkan penggantinya, bahkan sampai lupa tidak mengurus jenazah Rasulullah. apakah ini yg kita harapkan dari pemimpin umat?

  2. Ali Syari’ati dalam Ali sang Imam hal 107 :

    …Risalah Ali yang melampaui seluruh syahadah dan jihad yang lebih agung dari semua medan perang yang pernah dihadirinya seperti Uhud, Hunain, Khandaq, dan Badr. Beliau tidak berbicara sepatah kata pun demi menjaga keutuhan Islam, seperti yang pernah beliau katakan : ” Aku bersabar walau di mataku ada butir penghalang dan di tenggorokanku ada kesedihan (duri).”
    Sikap beliau ini seperti sikap seorang ibu kandung yang dirampas bayinya oleh wanita lain, ibu kandung si bayi mengetahui betul bahwa wanita itu tidak akan melukai bayinya kecuali jika dia berusaha untuk merampas bayi itu dari wanita tersebut dan jika itu terjadi maka si wanita itu akan siap mengorbankan apapun termasuk bayinya. Oleh karena itulah ibu kandung si bayi berdiam diri demi menjaga jabang bayinya tersebut, walaupun ia tak ada dipelukannya…

    sungguh ini sebuah perumpamaan yang paling mendekati untuk menjabarkan tingkat psikologis sang imam yang Allah muliakan wajahnya saat itu….

  3. apa buah dari taqiyah , buahnya hanya menjadi masyarakat penakut, apa peran syiah dalam perang salib, paling penghianatan, kata nabi segala sesuat dilihat dari pohonya, pohon yang baik menghasilkan buah yang baik

    Ibnu Jakfari:

    Lebih baik Anda banyak belajar dulu… baru berbicara. Itu nasihat saya akhi.

  4. Saqifah adalah tandingan/lawan GHODIRKUM, Rosul memproklamirkan Imam Ali di Ghodirkum disaksikan puluhan ribu muslimin, dan orang2 dengan berbagai macam motifasi dan alasan memproklamirkan Abu Guhafah di SAQIFAH.

  5. Inilah Daftar artikel Website http://syiahindonesia1.wordpress.com yang bisa anda nikmati di web ini ..
    Silahkan Nikmati :::

    Artikel Pertama :
    PERBEDAAN ANTARA AHLUSSUNNAH SUNNi DAN SYiAH… SEMUA POiNT TUDUHAN SESAT KEPADA SYi’AH 100% MAMPU KAMi PATAHKAN

    Artikel Kedua :
    1.SYi’AH KAFiRKAN SAHABAT NABi SAW ?……. 2. AJARAN KHOMEiNi WAJiBKAH DiPATUHi ??…3.AURAT CUMA DUA LOBANG ?????????….4.SYi’AH AMBiL SANAD DARi KELEDAi ??? ….5.”SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK AKAN MENGUMPULKAN UMATKU Di ATAS KESESATAN”

    Artikel Ketiga :
    1.Nikah Mut’ah Dihalalkan Nabi SAW Tapi Diharamkan Umar bin Khattab…2. Nikah Mut’ah Halal Tetapi Dengan Syarat Ketat , misal : Tidak Menzalimi Wanita…3. wanita Iran sangat susah sekali untuk dinikahi secara mut’ah

    Artikel Keempat :
    1.SEJARAH TERBENTUKNYA MAZHAB ASWAJA SUNNi !!! 2.Rasul Suci SAW menyebutkan satu persatu Nama Dua Belas khalifah umat Islam !!! 3.Khalifah Umat Islam Adalah Ahlul Bait !!! 4. Sejarah Kristen Katolik dan Injil Barnabas

    Artikel Kelima :
    1.Kenapa Syi’ah Hanya Mengakui Keshahihan Sebagian Hadis Aswaja Sunni ??? 2.Hadis Palsu Dalam Kitab Bukhari Muslim Terungkap ! 3.HADiS YANG MERUGiKAN AHLUL BAiT ADALAH PALSU…4.Kaitan Hadis Aswaja Dengan Kekejaman Raja Umayyah Abbasiyah….5.“hadis aswaja sunni dikutip syi’ah hanya untuk membuktikan bahwa kebenaran syi’ah ada terselip dalam kitab hadis aswaja”… 6.Secara internal : “hadis syi’ah sudah mencukupi bagi syi’ah”….

    Artikel Keenam :
    ASWAJA SUNNi PALSUKAN AGAMA !!! KARENA TERBUKTi MAYORiTAS ALUMNi GHADiR KUM AKUi iMAMAH ALi WALAUPUN TiDAK MAU MEMBAi’AT

    Artikel Ketujuh :
    Aswaja Sunni Runtuh Karena Terbukti “TiDAK SEMUA SAHABAT NABi SAW ADiL”

    Artikel Kedelapan :
    1.TANDUK SETAN DARi NAJAD MENGGUNAKAN HADiS DHA’iF SYi’AH UNTUK MENUDUH SYi’AH SESAT…2.SYi’AH iMAMiYAH MENDHA’iFKAN RiBUAN HADiS KARENA SYi’AH SANGAT KETAT DALAM iLMU HADiS

    Artikel Kesembilan :
    1.Dua Belas khulafaurrasyidin syi’ah dizalimi rezim Umayyah Abbasiyah !!! 2.Pembantaian Massal Terhadap Pengikut Ahlul BAit !!! 3.Kekejaman Mu’awiyah Melebihi Fira’un !!! 4.Ijtihad Sahabat : Membunuh Cucu Nabi SAW, Imam Hasan AS.

    Artikel Kesepuluh :
    Mengapa Imam Ali dan Imam Hasan Membai’at ??? Imam Ali dan Imam Hasan Membai’at Karena Terintimidasi dan Mencegah Pertumpahan Darah Internal

    Artikel Kesebelas :
    1. Asy’ari, Maturidy, Empat imam mazhab sunni dan Imam Al Ghazali merupakan PEMiMPiN KEAGAMAAN YANG TiDAK DiTUNJUK OLEH ALLAH !!! 2.Aswaja Sunni meninggalkan ajaran ahlul bait !! 3.Al Quran dan ahlul bait adalah dwitunggal yang tak terpisah !

    Artikel Keduabelas :
    Wajah Allah ? Mata Allah ? Kaki Allah dan Betis Nya ? Bentuk Allah ?? Tangan Allah ? Dimanakah Allah ?

    Artikel Ketigabelas :
    SATU Dari TiGA WASIAT SAAT NABi SAW MENJELANG WAFAT DiSEMBUNYiKAN AGAR ASWAJA BiSA TEGAK !!!! DALiL iMAMAH iMAM ALi DAN 11 KETURUNAN NYA

    Artikel Keempat belas :
    Gusdur, Quraish Shihab, Umar Shihab dan Empat Ulama Al Azhar PEMBELA SYi’AH iMAMiYAH iTSNA ASYARiAH

    Inilah Daftar artikel Website http://syiahindonesia1.wordpress.com yang bisa anda nikmati di web ini ..
    Silahkan Nikmati :::..

  6. Inilah Daftar artikel Website http://syiahindonesia1.wordpress.com yang bisa anda nikmati di web ini ..
    Silahkan Nikmati :::

    Artikel Pertama :
    PERBEDAAN ANTARA AHLUSSUNNAH SUNNi DAN SYiAH… SEMUA POiNT TUDUHAN SESAT KEPADA SYi’AH 100% MAMPU KAMi PATAHKAN

    Artikel Kedua :
    1.SYi’AH KAFiRKAN SAHABAT NABi SAW ?……. 2. AJARAN KHOMEiNi WAJiBKAH DiPATUHi ??…3.AURAT CUMA DUA LOBANG ?????????….4.SYi’AH AMBiL SANAD DARi KELEDAi ??? ….5.”SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK AKAN MENGUMPULKAN UMATKU Di ATAS KESESATAN”

    Artikel Ketiga :
    1.Nikah Mut’ah Dihalalkan Nabi SAW Tapi Diharamkan Umar bin Khattab…2. Nikah Mut’ah Halal Tetapi Dengan Syarat Ketat , misal : Tidak Menzalimi Wanita…3. wanita Iran sangat susah sekali untuk dinikahi secara mut’ah

    Artikel Keempat :
    1.SEJARAH TERBENTUKNYA MAZHAB ASWAJA SUNNi !!! 2.Rasul Suci SAW menyebutkan satu persatu Nama Dua Belas khalifah umat Islam !!! 3.Khalifah Umat Islam Adalah Ahlul Bait !!! 4. Sejarah Kristen Katolik dan Injil Barnabas

    Artikel Kelima :
    1.Kenapa Syi’ah Hanya Mengakui Keshahihan Sebagian Hadis Aswaja Sunni ??? 2.Hadis Palsu Dalam Kitab Bukhari Muslim Terungkap ! 3.HADiS YANG MERUGiKAN AHLUL BAiT ADALAH PALSU…4.Kaitan Hadis Aswaja Dengan Kekejaman Raja Umayyah Abbasiyah….5.“hadis aswaja sunni dikutip syi’ah hanya untuk membuktikan bahwa kebenaran syi’ah ada terselip dalam kitab hadis aswaja”… 6.Secara internal : “hadis syi’ah sudah mencukupi bagi syi’ah”….

    Artikel Keenam :
    ASWAJA SUNNi PALSUKAN AGAMA !!! KARENA TERBUKTi MAYORiTAS ALUMNi GHADiR KUM AKUi iMAMAH ALi WALAUPUN TiDAK MAU MEMBAi’AT

    Artikel Ketujuh :
    Aswaja Sunni Runtuh Karena Terbukti “TiDAK SEMUA SAHABAT NABi SAW ADiL”

    Artikel Kedelapan :
    1.TANDUK SETAN DARi NAJAD MENGGUNAKAN HADiS DHA’iF SYi’AH UNTUK MENUDUH SYi’AH SESAT…2.SYi’AH iMAMiYAH MENDHA’iFKAN RiBUAN HADiS KARENA SYi’AH SANGAT KETAT DALAM iLMU HADiS

    Artikel Kesembilan :
    1.Dua Belas khulafaurrasyidin syi’ah dizalimi rezim Umayyah Abbasiyah !!! 2.Pembantaian Massal Terhadap Pengikut Ahlul BAit !!! 3.Kekejaman Mu’awiyah Melebihi Fira’un !!! 4.Ijtihad Sahabat : Membunuh Cucu Nabi SAW, Imam Hasan AS.

    Artikel Kesepuluh :
    Mengapa Imam Ali dan Imam Hasan Membai’at ??? Imam Ali dan Imam Hasan Membai’at Karena Terintimidasi dan Mencegah Pertumpahan Darah Internal

    Artikel Kesebelas :
    1. Asy’ari, Maturidy, Empat imam mazhab sunni dan Imam Al Ghazali merupakan PEMiMPiN KEAGAMAAN YANG TiDAK DiTUNJUK OLEH ALLAH !!! 2.Aswaja Sunni meninggalkan ajaran ahlul bait !! 3.Al Quran dan ahlul bait adalah dwitunggal yang tak terpisah !

    Artikel Keduabelas :
    Wajah Allah ? Mata Allah ? Kaki Allah dan Betis Nya ? Bentuk Allah ?? Tangan Allah ? Dimanakah Allah ?

    Artikel Ketigabelas :
    SATU Dari TiGA WASIAT SAAT NABi SAW MENJELANG WAFAT DiSEMBUNYiKAN AGAR ASWAJA BiSA TEGAK !!!! DALiL iMAMAH iMAM ALi DAN 11 KETURUNAN NYA

    Artikel Keempat belas :
    Gusdur, Quraish Shihab, Umar Shihab dan Empat Ulama Al Azhar PEMBELA SYi’AH iMAMiYAH iTSNA ASYARiAH

    Inilah Daftar artikel Website http://syiahindonesia1.wordpress.com yang bisa anda nikmati di web ini ..
    Silahkan Nikmati :::….

  7. […] Mengapa Ali Tidak Memprotes Pembaiatan Atas Abu Bakar? (1) […]

Tinggalkan komentar