Tahrif Al Qur’an Dalam Riwayat-riwayat Ahlusunnah (4)

Surah Bara’ah Banyak Yang Hilang Ayatnya!

Dalam beberapa riwayat ulama Ahlusunnah, disebutkan bahwa sahabat Hudzaifah ibn al Yamân menyalahkan penamaan surah Barâ’ah dengan nama surah at Taubah, sebab pada kenyataannya surah itu mengandung siksa dan membongkar kedok kaum munafikin… kesalahan penamaan itu dikarenakan manusia hanya membaca seperempatnya saja, sementara tiga perempatnya telah musnah. Andai mereka membacanya dengan lengkap pastilah tidak akan menamakannya dengan nama surah at Taubah!

Sebenarnya ayat-ayat surah tersebut yang duturunkan Jibril kepada Muhammad jauh lebih banyak dari yang sekarang ini. Ibnu Abi Syaibah, ath Thabarâni, Abu Syeikh, al Hakim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada sahabat Hudzaifah, ia berkata, “Yang kalian namakan surah at Taubah itu sebenarnya adalah surah adzab/siksa. Demi Allah surah itu tidak menyisakan seorangpun melainkan ia sebut (keburukannya), dan kalian sekaran tidak membacanya kecuali hanya seperempatnya saja.” [1]


Al Hakim dalam kesempatan lain meriwayatkan dari Hudzaifah, “Yang kalian baca itu hanya seperempatnya saja, dan dia itu surah adzab.” [2]

Dalam kesempatan lain, Al Haitsami juga meriwayatkan dari Hudzaifah, “Kalian menamianya surah at Taubah, itu sebanarnya adalah surah adzab. Dan kalian hanya membaca seperempat dari yang dahulu kami baca.” [3]

Imam Malik Menyakini Adanya Kekurangan Pada Al Qur’an Sekarang!

Imam Malik –salah seorang ulama besar Islam, pendiri mazhab Malikiyah- meyakini bahwa beran-benar telah terjadi kekurangan pada surah Bara’ah… telah gugur banyak bagian darinya entah kemana dan entah siapa yang bertanggung jawab atas kemusnahan itu! Pasalnya, ketika bagian awalnya gugur/hilang maka gugurlah pulalah basmalah-nya.

Demikian dilaporkan para ulama dan pakar ahli Al Qur’an seperti Burhanuddin az Zarkasyi dalam al Burhân-nya dan Jalaluddin as Suyuthi dalam al Itqân-nya.

Imam Malik berkata tentang sebab gugurnya basmalah pada pembukaan surah Barâ’ah, “Sesungguhnya ketika bagian awalnya gugur/hilang maka gugurlah pulalah basmalahnya. Dan telah tetap bahwa ia sebenarnya menandingi surah al Baqarah (dalam panjangnya)” [4]

Selain Imam Malik, Ibnu ‘Ajlân juga meyakininya demikian.

Dan seperti kita ketahui bersama bahwa ayat-ayat surah Barâ’ah sekarang hanya berjumlah129 ayat sementara ayat-ayat surah al Baqarah berjumlah 286, jadi yang hilang sekitar 157 ayat.

Dari dokumen-dokumen yang diriwayatkan ulama Islam dapat diketahui bahwa telah terjadi berubahan dalam Al Qur’an dalam bentuk pengurangan banyak bagian Al Qur’an dimana sekarang tidak lagi dapat dibaca umat Islam, sebab ia telah musnah ditelan masa.

(Bersambung)

_____________________

[1] Baca ad Durr al Mantsûr, 3/208, Mustadrak; al Hakim,3/208 dan ia komentari, “Ini adalah hadis shahih sanadnya, akan tetapi Buhari&Muslim tidak meriwayatkannya.”, Mushannaf; Ibnu ABi Syaibah,10/509 hadis no.10143, Majma’ az Zawâid,7/28 dan ia komentari, “Hadis ini diriwayatkan ath Thabarâni dalam al Awsath dan rijâl (perawi)nya tsiqât/jujur terpercaya.”.

[2] Mustadrak; al Hakim,2/330, dan ia komentari, “Ini adalah hadis shahih sanadnya, akan tetapi Buhari&Muslim tidak meriwayatkannya.”,

[3] Majma’ az Zawâid,7/28 dan ia komentari, “Hadis ini diriwayatkan ath Thabarâni dalam al Awsath dan rijâl (perawi)nya tsiqât/jujur terpercaya.”.

[4] Al Itqân,1/86, baca juga al Burân,1/263.

5 Tanggapan

  1. ass. aku seorang muslim yg ingin tahu islam sebenarnya. kenapa kita selalu menyalahkan golongan yg lain. terus yg selamat dan termasuk dari 73 golongan itu yg mana ahlus sunnah, al jammaah atau siapa. bahkan banyak aliran sesat yg juga mengaku aku al jamaah. aku pernah ikut kajian dari mmi, pks, muhammadiyah, nu, salaf. aku masih bingung. jazakumullah. wass.

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Tidak ada salahnya saudara mencoba mengkaji mazhab Ahlulbait yang sekarang diwakili oleh Syi’ah Jakfariyah Imamiyah Itsnaasyariyah. Saudara dapat membaca buku-buku akidah mereka seperti buku Ushuluddin karya Muhsin Qaraiati, Dialoq Sunnah Syi’ah; Syarafuddin, Identitas Mazhab Syi’ah; Zainal Abidin dll.

    hal terpenting ialah jangan saling mengafirkan sesama Ahli Kiblah yang mengakui Allah sebagai Tuhannya, Muhammad sebagai Rasul utusan Allah yang terakhir, haji ke Mekkah, puasa di bulan suci Ramadhan, Al Qur’an sebagai kitab sucinya. terima kasih.

    • syi’ah bukan lg ahli qiblah, tp kafir….

      Ibnu Jakfari:
      Kang Hasan! Sadarkah ANda akan konsekuensi kata-kata Anda?!
      Siapakah yang akan membela Anda kelak di hadapan Allah yang Maha Adil?

  2. terus salafy juga ada bermacam-macam yg paling benar yg mana?

  3. Assalaamu’alaykum..

    Akhi jakfari, antum bisa teruskan kembali artikel ini, juga bisa jelaskan dengan lebih detail lagi hal-hal berikut ini ;

    1. Dari mana penamaan Surat al-Baro’ah itu.
    2. Apakah ketika mulai di kumpulkan di Zaman Kholifah Abu Bakar as-Siddiq Rodiyalloohu ‘Anh hal itu sudah terjadi, bahkan sampai ke Kholifah Utsman bi Affan Radiyalloohu ‘Anh ??
    3. Lalu bagaimana menurut antum al-Qur’an yang sekarang ini ??

    Jazakalloh..

    Wassalaamu’alaykum..

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    (1) Para ulama menyebutkan bahwa penamaan sebuah surah diambil dari kalimah pertama dalam surah tersebut, sebagaimana dapat dari muatan inti yang dominan dalam surah atau sebagainya. Dan -masih menurut mereka- banyak dari surah itu penamaannya sudah diketahui dan beredar sejak masa hidup Rasulullah saw., namun, apakah ditetapkan oleh Nabi saw. (tawqifi) atau ada keterlibatan unsur ijtihad para sahabat mulia Nabi saw.? Ada dua pendapat tentangnya.

    (2 & 3) Adanya kesan perubahan itu hanya ada dan terjadi pada tataran riwayat…. Al Qur’an yang ada sekarang ya Al-Qur’an yang ada di zaman Rasulullah saw. demikian keyakinan kami yang telah kami tegaskan berulang kali di sini.

    Masalahanya ialah bagaimana para ulama Ahlusunnuah (dan khususnya para penebar fitnah dan adu domba dari kalangan ulama Istana Kerajaan) itu menyikapi riwayat-riwayat shahihah yang kami sebutkan sebagian kecilnya dalam artikel di atas?
    Bukankah riwayat-riwayat di atas menunjukkan adanya perubahan pada Al Qur’an yang sekarang?

    Apa ta’wil yang akan mereka tawarkan kepada kita para pembaca riwayat-riwayat seperti itu?

Tinggalkan komentar