Menjawab Sidogiri (1)

Syi’ah Dan Al Qur’an

Dalam kitab Mungkinkah SUNNAH- SYIAH DALAM UKHUWAH? yang ditulis Tim Penulis Sidogiri sebagai bantahan atas buku Dr. Sayyid Quraish Shihab Sunnah-Syiah Bergandeng Tangan! Mungkinkah? itu, sepertinya Tim Penulis terlalu bernafsu dalam menyerang Syi’ah Imâmiyah Ja’fariyah Itsnâ ’Asyariyah, sehingga pada akhirnya menyimpulkan bahwa tidak mungkin dirajut tali Ukhuwwah Islamiyah di antara kedua mazhab Islam itu! Berbeda dengan para ulama mushlihîn yang berjuang demi terwujudnya pendekatan dan ukhuwwah di antara berbagai elemen umat Islam dari beragam aliran dan mazhab, seperti yang diprakarsai oleh para pembesar dari kedua mazhab ini, di antara mereka adalah Syeikh Hasan al Bannâ (Pendiri Ikhwanul Muslimin), Syeikh Salîm Bishri (Rektor al Azhar), Syeikh Syaltut (Rektor al Azhar), Syeikh Muhaammad al Madani, Syeikh Yusuf Qardhawi, Fathi Yakkan, Sayyid Imam al Burjurdi (Pemimpin Tertinggi Syi’ah di zamannya), Syeikh Muhmmad Jawad Mughniah (ulama Syi’ah Lebanon), Imam Khumaini dan puluhan bahkan raatusan lainnya.

Ide dan kesimpulan tidak mungkin diwujudkannya persatuan dan ukhuwwah Islamiyah di antara kedua mazhab ini didasarkan pada beberapa asumsi, yang paling menonjol adalah asumsi adanya perbedaan yang mendasar dalam ushûluddin (pokok-pkok ajaran agama) dan tidak sekedar pada tataran furû’uddin (cabang-cabang agama/fikih) semata.

Di antara perbedaan mendasar itu adalah pandangan yang berbeda antara Syi’ah dan Ahlusunnah tentang Al Qur’an al Karîm….

Akan tetapi setelah diteliti adanya perbedaan yang mendasar dalam tataran ushûluddin hanya sebuah isu yang tidak bisa dipertahankan… ia dibangun di atas anggapan yang tidak berdasar!! Sebab pada dasar-dasar keyakinan yang menentukan islam tidaknya seseorang atau sebuah kelompok yaitu imam kepada keesaan Allah SWT, akan adanya hari akhir, dan kerasulan Nabi Muhammad saw. Sebagai nabi penutup telah terpenuhi baik pada pihak Ahlusunnah sebaagaimana juga terpenuhi pada pihak Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah Itsâ ‘Asyaariyah!

Dalam kesempatan ini saya tidak dalam rangka menjawab buku tersebut dan berbagai penyimpangan-penyimpangannya. Untuk sementara ini saya hanya akan menfokuskan sorotan saya atas tuduhan palsunya terhadap Syi’ah dalam keyakinannya tentang Al Qur’an al Karîm.

Namun sebelumnya saya perlu menyampaikan beberapa catatan tentang kesalahan metodologi banyak pihak yang meyerang Syi’ah dan ajarannya.

Pertama, Mereka mendasarkan serangan dan kecamannya atas akidah Syi’ah dari Kitab-kitab Hadis. Semantara itu, semestinya akidah sebuah mazhab dan aliran hendaknya diteliti dan dikaji dari kitab-kitab akidah mu’tabarah mazhab tersebut. Sebab bisa saja kitab-kitab hadis itu memuat hadis/riwayat yang tidak diterima oleh ulama mazhab tersebut atau paling tidak oleh jumhur mereka.

Kedua, Pendapat yang akan dinisbahkan kepada mazhab tertentu hendaknya merupakan pendapat manyoritas dan bukan sekedar pendapat individu atau segelintir dari mereka. Adalah hal tidak adil apabila kita menisbahkan pendapat tertentu kepada mazhab tertentu sementara pendapat itu tidak diakui oleh para ulama terkemuka mazhab tersebut!

Ketiga, Bagi seorang peneliti, hendaknya ia menjadikan buku-buku pemuka mazhab tersebut sebagai rujukan utama dan bukan buku-buku lawan mazhab itu!

Keempat, Hendaknya kita tidak mengecam sesuatu yang ada dalam mazhab lain yang sedang kita teliti sementara hal yng sama juga ada dalam mazhab kita, namun kita menutup mata, seakan hendak mengelabui kaum awam bahwa “borok” itu hanya ada di pihak lain!    

Kelima, Dan yang tidak kalah pentingnya, adalah kejujuran dalam menukil hadis atau pendapat ulama mazhab tertentu yang sedang ia teliti.

Setelah memerhatikan lima poin mukaddimah di atas, mari kita perhatikan apa yang dilakukan oleh teman-teman Tim Penulis Sidogiri dalam hujtannya atas Syi’ah dan akidahnya, khususnya tentang Al Qur’an al Karîm.

Pertama-tama Tim Sidogiri menggambarkan keyakinan Ahlusunnah tentang Al Qur’an adalah sebagai kitab Allah SWT yang terpelihara, “Selain penjagaan secara intensif yang dilakukan umat Islam, al Qur’an al-Karim telah mendapat jaminan penjagaan langsung dari Allah SWT. Dalam al-Qur’an al-Karim ditegaskan:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَ إِنَّا لَهُ لَحافِظُونَ.

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr[15]:9 (

  Demikianlah keyakinan yang selalu dipedomi oleh Ahlusunnnah wal jama’ah. Al Qur’an yang dibaca hari ini, dalam keyakinan Ahlusunnah, adalah persis sama dengan apa yang dibaca oleh Rasulullah saw. Dan umat  Islam generasi awal (para sahabat). Di dalamnya tidak terdapat pengurangan, penambahan ataupun disktorsi sedikit pun, sebab penyelewengan-penyelewengan itu dijamin tidak akan pernah menyentuh al-Qur’an al-Karim.” (Mungkinkah SUNNAH- SYIAH DALAM UKHUWAH? :299-300)

Setelahnya buku itu menyebutkan bahwa keyakinan Syi’ah tentang Al Qur’an al Karîm adalah bertolak belakang dengan kayakinan Ahlusunnah, “Sebagaimana telah dimaklumi sejak lama, bahwa sekte ini menganggap bahwa al-Qur’an al-Karim tak lagi orisinil dan telah mengalami perubahan-perubahan….

Pandangan orang-orang Syi’ah tersebut sudah umum diketahui, baik di kalangaan anti-Syiah maupun bukan… “ (Ibid.300-301)

Kemudian buku itu menghujat Dr. Quraish Shihab yang menyebut bahwa keyakinan Syi’ah tentang Al Qur’an adalah sama dengan keyakinan Ahlusunnah dan umat Islam lainnya!

Beberapa mana ulama besar dan tokoh Syi’ah, di antaranya Syeikh Mufid dan Syeikh al Faidh al Kâsyâni yang konon kata penulis buku Risalah jawâbiyah ‘ala Mudzakarat Ustadz Syi’i Istâ ‘Asyari; Prof. Dr. Ahmad bin Sa’d Hamdan al-Ghamidi meenegaskan keyakinan akan perubahan Al Qur’an!

Dan demi ilmiahnya sebuah penelitian, sudah seharusnya Tim Sidogiri menyertakan pernyataan para tokoh Syi’ah tersebut agar dapat dibaca langsung oleh para pemerhati dan peneliti dan bukan hanya bertaqlid buta kepada seorang penulis Wahhabi tanpa mengkomfirmasi akuransi tulisannya.

Di sini, ada kekhawatiran bahwa Tim Penulis Sidogiri tidak pernah membaca langsung buku-buku Syi’ah yang sedang ia serang ajarannya. Mereka justru berujuk dan menjadikan buku-buku yang ditulis oleh musuh-musuh Syi’ah dari kalangan sarjana-sarjana Wahhabi sebagai rujukan andalannya. Kekhawatiran itu dikuatkan oleh kutipan-kutipan yang disajikan. Namun terlepas dari itu, dan saya tidak terlalu peduli dengannya, terlihat jelas kenaifan dan kesalahan metodologi penulisan dan penelitian yang mereka lakukan….

Di sini sekedar untuk membuktikan kesalahan itu, kami akan sebutkan pernyataan Syeikh Mufid dalam kitab ‘Awâil al Maqâlât:

وَ قَدْ قال جماعَةٌ مِنْ أهل الإمامة: إنَّه لم ينقص من كلمة، ولا آية ، ولا سورة، و لكن حُذِفَ ما كان مثبَتًا في مصحف أمير المؤمنين (عليه السلام) من تَأويليه، و تفسير معانيه على حقيقة تنزيله، و ذلك كان ثابتًا مُنَزَّلاً و إنْ لِمْ يكن من جملةِ كلام الله تعالى الذي هو القرآن المعجِز. و عندي أنَّ هذا أشبهُ من مقال من ادَّعى نُقْصان كلِمٍ من نفسِ القرآن على الحقيقة دون التأويل. ’ إليه أميلٌ، و الله أسأل توفيقه للصواب.

“Telah berkata sekelompok Ahli imamah (Syi’ah): bahwa Al Qur’an tidak berkurang walaupun hanya satu kata, atau satu ayat atau satu surah, akan tetapi (yang) dihapus (adalah) apa-apa yang tetap dalam mush-haf Amirul Mukminin (Ali) as. berupa ta’wîl dan tafsir makna-maknanya sesuai dengan hakikat tanzîlnya. Yang demikian (ta’wîl dan tafsir) adalah tetap, terbukti telah diturunkan (Allah) walaupun ini bukan dari bagian firman Allah sebagai Al Qur’an yang mu’jiz (mu’jizat). Dan menurut saya pendapat ini lebih tepat dari pada pendapat orang yang menganggap adanya pengurangan beberapa firman dari Al Qur’an itu sendiri bukan ta’wîl nya. Dan saya cenderung kepada pendapat ini. Hanya kepada Allah lah saya memohon tawfiq untuk kebenaran.” (‘Awâil al Maqâlât fî al Madzâhib al Mukhtârât: 55-56.).

Di sini saya tidak bermaksud untuk lebih membongkar ketidak ilmiahan kajian dan penelitian yang dilakukan Tim Penulis Sidogiri dengan menyebut pernyataan-pernyataan ulama Syi’ah yang mereka tuduh meyakini tahrîf, padahal tidak! Dan atas dasar contoh di atas; ketidak jujuran dan tidak terpenuhinya unsur-unsur ilmiah dalam sebuah penelitian, maka dapat Anda qiyaskan penukilan-penukilan lainnya. Belum lagi banyak nama yang disebut itu tidak pernah memberikan pernyataan sedikti pun tentang masalah ini, seperti nama Syeikh al Ayyasyi dan Furât al Kûfi (dua tokoh mufassir klasik Syi’ah), hanya dengan satu alasan bahwa beliau menyebutkan beberapa riwayat yang disinyalir menunjukkan adanya tahrîf pada Al Qur’an al Karîm!! Sebuah cara berpikir picik dan metode penyimpulan yang sangat tidak ilmiah. Sebab apabila hanya sekedar menyebutkan atau meriwayatkan riwayat yang menunjukkan adanya tahrîf seorang dapat dituduh meyakini tahrîr maka orang dapat menggolongkan Imam Bukhari, Imam Muslim, dan imam-imam hadis Ahlusunnah dan para mufassir lainnya, seperti Jalaluddin as Suyuthi, ar Razi, Ibnu Katsir dll. juga sebagai yang meyakini adanya tahrîf Al Qur’an, sebab mereka telah meriwayatkannya!!!

Tentang sikap al Faidh al Kâsyâni  terhadap kesucian Al Qur’an, kami persilahkan Tim Penulis dan para Kiay Sidogiri untuk merujuk langsung pernyataan beliau dalam Mukaddimah keenam dalam tafsir ash Shâfi, tafsir bil ma’tsûr yang ditulis oleh al Faidh al Kâsyâni:1/40-55. Selain itu, kitab tafsir al Ashfâ karya beliau juga dapat dirujuk pada tafsir ayat:

 وَ إِنَّا لَهُ لَحافِظُونَ.

Beliau berkata menafsirkan:

من التحريف و التغيير و الزيادة و النقصان.

“Dari tahrîf, perubahan, penambahan dan pengurangan.” (Al Ashfâ Fî tafsîr al Qur’ân:348)

Dan juga diharap merujuk penegasan beliau dalam kitab al Wâfi,1/273-274.

Dan apabila Perpustakaan Sidogiri belum mengoleksi kitab-kitab para ulama Syi’ah maka akan lebih terhormat jika mereka tidak “cawe-cawe” bicara Syi’ah!! Sebab nanti pasti khathauhu aktsar min Shawabihi (kesalahannya akan lebih banyak dari benarnya).

 

Riwayat Tahrîf Dalam Kitab-kitab Syi’ah

Sementara saya cukupkan dalam tanggapan saya tentang sikap mazhab Syi’ah yang dituduh meyakini tahrîf Al Qur’an sampai di sini. Saya akan menyoroti kesalahan lain dalam metodologi penelitian dan pengkajian (ma’af bukan pengajian yang biasa digelar para Kiay di hadapan kaum awam), di mana Tim Penulis Sidogiri menyebut tiga riwayat yang dianggapnya mewakili keyakinan Syi’ah akan terjadinya tahrîf pada Al Qur’an al Karîm.

Buku Sidogiri menyebutkan, “Dengan demikian, pernyataan bahwa tahrîf al-Qur’ân merupakan ijmâ’ (konsensus) ulama Syiah bukanlah hal yang aneh. Terlebih, dalam kitab hadits induk yang mereka anggap paling shahih dengan riwayat mutawâtir, yakni al Kâfi, penjelasan tentang distorsi, penambahan dan pengurangan dalam Al-Qur’an memang sangat banyak.” (Hal:304)

Dalam paragraf yang singkat itu terdapat banyak kesalahan atau bahkan boleh jadi kepalsuan, seperti anggapan bahwa kitab Al Kâfi yang mereka anggap paling shahih dengan riwayat mutawâtir. Di sini saya meminta dengan hormat kepada mereka untuk menunjukkan di mana dapat ditemukan penegasan para ulama Syi’ah yang membenarkaan tuduha tersebut!

Selain itu, bahwa telah terjadi ijmâ’ akan terjadinya tahrîf, di mana dapat ditemukan?! Janganlah kebencian kepada Syi’ah mendorong kalian berkata palsu dan mengada-ngada serta mengucapkan yang tidak kalian ketahui. Allah SWT berfirman:

وَ لا تَقْفُ ما لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَ الْبَصَرَ وَ الْفُؤادَ كُلُّ أُولئِكَ كانَ عَنْهُ مَسْؤُلاً.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isrâ’ [17]:36)

Bersikap jujur dan adil-lah dalam bertindak dan berkata-kata, sebab yang demikian itu aqrabu lit taqwa.

Allah SWT. berfirman:

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامينَ لِلَّهِ شُهَداءَ بِالْقِسْطِ وَ لا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلى‏ أَلاَّ تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوى‏ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبيرٌ بِما تَعْمَلُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali- kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mâidah [5]:8 )

 

Tiga Hadis Al Kâfi Tentang Tahrîf

Setelah itu, mereka menyebutkan tiga hadis riwayat Tsiqatul Islam wal Muslimîn, Syeikh Al Kulaini (rahmatullah ‘alaihi).

Riwayat pertama:

محمد بن يحي عن أحمد بن محمد عن إبن محبوب عن عمرو بن أبي المِقدام عن جابر، قال: سمعت أبا جعفر (ع) يقول: ما ادَّعَى أَحدٌ من الناس أنَّهُ جمع القرآنَ كُلَّهُ كما أُنْزِلَ إِلاَّ كذاب، و ما جمعَهُ و حفِظهُ كما نَزَّله اللهُ تعالى إلاَّ علي بن أبي طالب (ع) و الأَئِمَّةُ من وُلْدِهِ (عليهم السلام).

…. Abu Ja’far (Imam al Baqir) as. berkata, “Tidak seorang pun yang mengaku telah mengumpulkan Al Qur’an sebagaimana yang telah diturunkan, melainakn ia adalah pembohong besar. Dan tidak ada yang mengumpulkan serta menghafalnya sebegaimana diturunkan kecuali Ali ibn Abi Thalib as. dan para imam dari keturunannya.”

 Terlepas dari masalah yang terkait dengan sanad riwayat di atas, sebab ‘Amr ibn Abi al Miqdâm masih diperselisihkan para ulama Ahli Ilmu Rijal Syi’ah tentang ketsiqahannya[1]…. Terlepas dari hal itu perlu diketahui bahwa dalam hadis tersebut tidak ada penegasan akan terjadinya pengurangan pada Al Qur’an Al Karîm. Sebab kata جمع disusul dengan kata حفظ hal mana memberikan makna bahwa yang dihafal dan dikumpulkan oleh Imam Ali dan para Imam suci Syi’ah as. adalah ilmu tentang seluruh teks ayat-ayat Al Qur’an beserta ta’wîl, tafsir dan kandungannya baik yan dzahir maupun yang bathin. Dan bukan sekedar menghafal teks ayat-ayat suci Al Qur’an.

Pengertian yang demikian itu gamblang dan tidak samar atas ulama Syi’ah. Selain itu, pemaknaan seperti itu sangat sejalan dengan keyakinan Al Kulaini yang memasukkan hadis di atas dalam bab khusus dengan judul:

إِنَّهُ لم يَجمعِ القرآنَ كلَّهُ إلاَّ الأئمة (ع) و أنهم يعلمون علمَهُ كلَّهُ.

Bahwa tidak adaa yang mengumpulkaan Al Qur’n seluruhnya keculi pra imam dan mereka mengethui seluruh ilmu Al Qur’an.

Dalam bab tersebut Al Kulaini meriwayatkan eman hadis, empat hadis terakhir berbicara tentang ilmu para Imam Ahlulbit as. Tentang  apa yang terkandung dalam Al Qur’an. Sedangkan dua hadis pertama adalah yang telah dikutip oleh Tim Penulis Sidogiri.

Pada hadis di atas, terdapat dua masalah yang perlu didiskusikan, pertama, adanya mush-haf milik Imam Ali as. Kedua, bentuk dan hakikat mush-haf tersebut.

Tentang masalah pertama, tidak diragukan bahwa sepeninggal Rasulullah saw. Imam Ali as. telah meluangkan waktu beliau untuk mengumpulkan Al Qur’an. Berita tentangnya telah diterima kebenarannya oleh ulama Ahlusunnah. As Sijistani dalam kitab al Mashâhif-nya meriwayatkan dari Ibnu Sîrîn, ia berkata, “Ketika Rasulullah saw. wafat, Ali bersumpah untuk tidak mengenakan ridâ’ kecuali untuk shalat Jum’at sehingga ia selesai mengumpulkan Al Qur’an dalam sebuah mush-haf.” (Al Mashâhif:16.)

Berita tentangnya juga dapat dibaca dalam berbagai kitab Ahlusunnah seperti al Fahrasat; Ibnu Nadîm, al Itqân; as Suyuthi dll.

Kedua, tentang hakikat mush-haf Imam Ali as. Para ulama menyebutkn bahwa ia ditulis sesuai dengan urutan nuzûl-nya. Di samping disertakan keterangan tantang makna dan ta’wîl nya.

Ibnu Jaziy berkata, “Ketika Rasulullah saw. wafat, Ali ibn Abi Thaalib ra. duduk di rumahnya, ia mengumpulkan Al Qur’an sesuai urutan tnzîlnya. Andaai mush-haaf itu ditemukaan pasti di dalamnya terdapat banyaak ilmu pengetahuan, tetapi saying tidak ditemukan.” (At Tashîl Li ‘Ulûmi at Tanzîl; Imam Muhaammad ibn Ahmad ibn Jazzi al Kalbi,1/4 Muqaddimah ‘Ulâ/mukaddimah pertama).

As Suyuthi mengatakan, “Jumhur ulama berpendapat bahwa tertib urutan surh-surah ditetapkan berdasarkan ijtihad para sahabat. Ibnu Fâris berdalil dengan bahwa di antara para sahabat ada yang menyusun surah-surah  Al Qur’an berdasarkan urutan tanzîl/turunnya, yaitu muhs-haaf Ali. Awal mush-hf itu adlh surh Iqra’ kemudian Nûn, kemudian al Muzammil, dan demikin seterusnya hingga aakhir surah-surah Makkiyah kemudian surh-surh Madaniyyah.” (Al Itqân,1/ 

Hadis kedua yang diriwyatkan al Kulaini dalam bab tersebut dan yang dikutip oleh Tim Sidogiri adalah:

محمد بن الحسين عن محمد بن سنان عن عمار بن مروان عن المُنَخَّل عن أبي جعفر (ع) أنَّه قال: ما يستطيع أحدٌ أن يَدَّعِيَ أنَّ عنده جميع القرآن كله، ظاهره و باطنه غير الأوصياء.

Dari Abu Ja;far as. Ia berkata, “Tidak adaa seoraang yang mengaku memiliki seluruh Al Qur’an, dzahir dan batinnya melainkan paaraa washi (imam).”

Terlepas dari kelemahan pada dua perawinya yang bernamaa Muhammd ibn Sinan dan al Munakhkal., seperti disebutkan paraa pakar Ilmu Rijâl Syi’ah, seperti an Najjâsyi dalam Rijâl-nya, ath Thûsi dalam Fihrasat, Tahdzîb al Ahkâm, ketika menyebut hadis dengan nomer1464 pada juz7/361, Al Istibshâr,3/224 katika menyebut hadis nomer 810, al Kasyi daalam Rijâl-nya, Al Allamah al Hilli daalam Rijâl-nya dll.

Terlepas dari itu semua, penyebutan kalimat: ظاهره و باطنه akan memperjelas makna hadis tersebut, bahwa yang dimiliki para imam dan tidak dimiliki selain mereka adalah ilmu seluruh Al Qur’an baik yang dzahir maupun yang batin. Jadi dalam usaha memahami hadis pertamaa tidak dapat dipisah dari hadis kedua dan juga daari penyebutan nama bab oleh Syeikh al Kulaaini (rahimahullahu).

Dermikianlah para ulama Syi’ah memahami hadis di atas.  Baca Hasyiyah atas al Kafi oleh Sayyid ath Thabathaba’i,1/228 dan Syarah ash Shaihfah as Sajjadiyah oleh Sayyid Ali ibn Ma’shum al Madani:401. (semoga perpustakaan Sidogiri telah mengolekssinya).

Selain itu semua, apa yang aneh dari dua hadis di atas?? Andai hadis seperti itu dianggap cukup untuk menuduh Syi’ah meyakini tahrîf Al Qur’an, lalu apa sikap kalian jika ternyata hadis yang senada juga adaa dalam kitab-kitab kalian Ahlusunnh?!

Perhtikan riwayt Ahlusunnah di bawah ini:

Ibnu Umar, ia berkata:

لا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ : قَدْ أَخَذْتُ القُرْآنَ كُلَّهُ! و ما يُدْرِيْهِ ما كُلُّهُ؟ قَدْ ذَهَبَ مِنْهُ قُرْآنٌ كثِيْرٌ. و لكن لِيَقُلْ قدَ أخَذْتُ مِنْهُ ما ظَهَرَ.

“Jangan sekali-kali seorang dari kalian mengatakan, ‘Aku telah mengambil (menghafal) seluruh Al Qur’an!’ Tahukah dia apa ‘seluruh’ itu!

Telah banyak Al Qur’an yang hilang. Akan tetapi hendaknya ia berkata, ‘Aku mengambil (menghafal) yang tampak saja.’”

(Ad Durr al Mntsûr,1/106 Fadhâil Al Qur’ân; Abu Ubid al Qâsim ibn Sallâm:bab 51 hadis 1, hal.190.)

Adakah kesamaran pada kata-kata Ibnu Umar di atas bahwa Telah banyak Al Qur’an yang hilang”?  dalam menunjukkan adanya tahrîf pada  Al Qur’an?!

Atau kalian akan meragukan kesahihan hadis di atas? Mungkinkah itu, sementara para ulama dan ahli hadis Ahlusunnah andaalan kalian telah menshahihkannya.

Perhaatikan sanad riwayat di atas dalam kitab Fadhâil Al Qur’an:

 حدثنا إسماعيل بن إبراهيم عن أيوب عن نافع عن إبن عمرقال: … .

Ismail adalah seorang perawi yang hâfidz tsiqah dan wara’. Ayub adalah ibn Abi Tamimah, seorang yang tisqah, adid dan zâhid. Nâfi’ seorang yang tsiqah. Ibnu Umar seorng sahabat (dlm pandngan Ahlusunnah semua sahabat adlah udûl). Jadi hadis di atas berdasarkan kaidah ilmu hadis Ahlusunnah adalah shahih sanadnya! Aadapun maknnya sangat jelas menunjukkan danyaa tahrîf dengn hilangnya banyak Al Qur’an!! Lalu salahkah jika ada yang menuduh Ahlusunnah wal Jama’ah telah meyakini terjadinya tahrîf dengan sadar riwayat shahih di atas?!

(Bersambung)

[1] Lebih jelasnya baca Tanqîh al Maqâl,2/323.

102 Tanggapan

  1. kemarin 25 habaib dari jatenga dan jatim datang ke sidogiri memberi dukungan dan ucapan terima kasih atas terbitnya buku tersebut kepada tim penulis rombongan di pimpin oleh habib Thohir al-kaff sang provokator bangil

  2. apakah kita tidak seharusnya membuat buku untuk jawaban buku tersebut, tidak hanya memajangnya di blog?

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Menjawabnya dalam bentuk buku adalah ide bagus. tapi sementara memajangnya di blog juga bagus kan?!
    Kita tunggu aja komentar para pengunjung, khususnya yang pernah membaca buku mereka itu.

  3. mengapa imam-imam syi’ah kok hanya dari keturunan Sayyidina Husain, sedangkan dari keturunan Sayyidina Hasan tidak kebagian apa-apa? apa yang menjadi motif?

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Menjadi seorang imam bukan berdasarkan selera pengikut (syi’ah)… ia adalah ketetapan Allah melalui penunjukan, nash (wahyu). Jadi tidak ada tempat bagi pertanyaan yang saudara sampaikan itu, walaupun harus diakui bahwa sering sekali orang bertanya demikian…

    orang lain bisa tanya demikian: Mengapa yang diangkat menjadi Nabi dan Rasul kok didominasi keturunan Nabi Ibrahim, kok tidak ada orang Jawa atau orang Arab dari selain bani hasyim, misalnya…. jadi mereka akan kebagian apa?
    Jawabnya jelas:

    الله أعلم حيث يجعل رسالته

    oh ya, sampai lupa, apa komentar kamu tentang artikel tahrif di atas?

  4. Assam alaikum…. ya Akhi, saya orang baru dalam bolg ini. Kita tau bahwa keyakinan yang aksiomatis dalam sebuah ajaran agama harus didasarkan atas dalil-dalil yang sharih dari al-qur’an. setau saya di antara keyakinan pokok dalam ajaran Syi’ah adalah Imamah serta sifat maksum. Saya ingin tau, kira-kira ayat yang secara tegas menjelaskan akan hal itu adalah ayat apa?

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Bukti-bukti itu telah diutarakan ulama kami. coba baca Dialoq Sunnah-Syiah, atau Identitas Mazhab Syi’ah atau buku-buku lain yang berbicara tentang bukti-bukti itu…

    Biar tidak menyimpang dari tema, saudara fokuskan tanggapan saudara atas tulisan di atas… tentang tahrif..

  5. Kalau para Imam itu maksum, lalu bagaimana dengan perbedaan pendapat antara Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain, ketika Sayyidina Hasan menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Sahabat Mu’awiyah sedangkan Sayyidina Husain tidak mau. kalau di katakan benar semua itu tidak mungkin, pasti salah satu ada yang benar yang lain salah atau salah semua. jika ada yang salah, lalu di mana letak sifat maksum itu.

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Kami harap saudara jangan keluar dari tema bahasan dalam artikel kami di atas… maaf sepertinya beberapa komentator ingin mengajak kami berbicara di luar konteks tema inti di atas, ada apa ya?!

  6. Subhanallah, sedere’-sedere’ sedoyo, kenapa yan kok kalian ini bikin malu nama besar Sidogiri yang dahulu di jaman Syeikh Kiai Hasani (Rahmatullah alaihi) tampak gagah dan megah… eh sekarang pembelanya malah membuat malu…. dikritik masalah tahrif Al Qur’am malah mlenca-mlence kesana kemari menyimpang dari inti diskusi….
    Saya bener-bener malu dengan kalian…. sudah ngaku pakai nama-nama pecinta Ahlulbait (Syi’ah), al baqir, el kadzem…. mestinya pakai nama yang pantes aja seperti Abi Yazid, Abu Marwan, ABu Mu’awiyah, Abu Nawawi atau semisalnya.
    Jadi, bantah ya tulisan pak Ibnu Jakfari yang membela Habeb Quraisy Syihab, seorang Sayyed keturunan Nabi yang termasuk paling pinter tafsir dan sangat peduli dengan persatuan umat, tidak seperti habeb-habeb yang hanya bisanya memecah belah umat kekeknya sendiri.
    Setau saya Sidogiri di jaman Kiai Hasani sangat menghormati para habaeb tapi sekarang berani kurang ajar kepada habaeb…. kenapa ya, kok beda?!

  7. Hai bang jakfar! bagaimana komentar anda dengan pidato Sayyidina Ali ra di atas mimbar masjid Kufah ketika beliau beliau baru terangkat menjadi khalifah, beliau berkata:
    أفضل الأمة بعد نبيها أبو بكر ثم عمر رضي الله عنهما

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    kami berharap saudara tidak menghindar dari tema utama diskusi di sini…. Kenapa tidak dibantah aja tulisan kami di atas?!

  8. Saya pecinta ahlul bait, dan orang baru di bolg ini. setelah membaca tanggapan untuk tulisan Tim Pustaka Sidsogiri saya kok tertarik sekali, bagaimana kalau kira-kira kita ngajak debat terbuka saja dengan mereka? kalau lewat blog ini saya kira tidak mewakili?

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Kita diskusikan di sini aja, lebih banyak yang bisa menyaksikan.

  9. Saya punya teman yang pernah nyantri kepada Ustadz Husain al-Habsyi Bangil dan ia termasuk santri yang mendapat Bea Siswa untuk belajar ke Qum. Setelah pulang dari sana ia banyak meminjamkan kitab-kitab Syiah kepada saya dari segala bidang disiplin ilmu (Tafsir, Hadits, Fikih dll), saya berusaha untuk membaca semuanya, sehingga sedikit banyak saya mengetahui tentang ajaran Syiah, dan sekarang saya menemukan blog ini, saya sangat tertarik sekali.
    Langsung kepada topik, Bagaimana pendapat anda dengan perkataan tokoh-tokoh Syiah yang mengaku sendiri bahwa mereka dan para guru-guru mereka yang terpercaya seperti al-Kulaini dll. memang meyakini adanya tahrif dalam al-Qur’an yang berusaha anda tutup-tutupi. Agar lebih jelas baiklah akan kami cantumkan perkataan-perkataan mereka.
    1. Tokoh Tafsir kenamaan dalam Syi’ah Muhammad bin Murtadla al-Kasysyani yang diberi gelar dengan al-Faidl al-Kasysyani. Dalam tafsirnya as-Shafi juz 1 hlm. 52 cet. Al-A’lami Beirut, ia berkata
    وأما اعتقاد مشايخنا في ذلك فالظاهر من ثقة الإسلام محمد بن يعقوب الكليني طاب ثراه أنه كان يعتقد التحريف والنقصان في القرآن لأنه كان روى روايات في هذا المعنى في كتابه الكافي ولم يتعرض للقدح فيها مع انه ذكر في أول الكتاب أنه كان يثق بما رواه فيه
    Adapun keyakinan guru-guru kami tentang hal itu (interpolasi dan distorsi dalam al-Qur’an) maka yang tampak dari Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini bahwa ia sangat yakin akan adanya perubahan dan pengurangan dalam al-Qur’an, karena ia meriwayatkan beberapa riwayat akan hal ini dalam kitab al-Kafi dan ia tidak mempermasalahkan akan riwayat-riwayat tersebut, disamping di awal kitabnya ia menandaskan bahwa ia percaya penuh terhadap riwayat-riwayat yang ia sampaikan

    2. Senada dengan al-Kasysyani adalah Abu al-Hasan al-‘Amili, dalam tafsir Mir’at al-Anwar wa Misykat al-Asrar, juz 1 hlm 63 cet. Al-Islami cairo, ia berkata:
    إعلم أن الذي يظهر من ثقة الاسلام محمد بن يعقوب الكليني طاب ثراه أنه كان يعتقد التحريف والنقصان في القرآن لأنه روى روايات كثيرة في هذا المعنى في كتاب الكافي الذي صرح في أوله بأنه كان يثق فيما رواه فيه ولم يتعرض لقدح فيها ولا ذكر معارض لها
    3. An-Nuri at-Tabrisi dalam Fashl al-Khitab fi Itsbat Tahrifi Kitab Rabb al-Arbab, hlm 23. ia berkata:

    اعلم أن لهم في ذلك أقوالاً مشهورها اثنان . الأول : وقوع التغيير والنقصان فيه ، وهو مذهب الشيخ الجليل علي بن إبراهيم القمي شيخ الكليني في تفسيره صرح في أوله وملأ كتابه من أخباره مع التزامه في أوله بأن لا يذكر فيه إلا عن مشايخه وثقاته ومذهب تلميذه ثقة الإسلام الكليني رحمه الله على نسبه إليه جماعة لنقله الأخبار الكثيرة الصريحة في هذا المعنى في كتاب الحجة خصوصاً في باب النكت والنتف من التنزيل وفي الروضة من غير تعرض لردها أو تأويلها
    4. Ayatullah Ali al-Fani al-Ishfahani, dalam bukunya Ara’ Haul al-Qur’an hlm 188, cet Dar al-Hadi Beirut, ia menyebutkan bahwa al-Kulaini di antara pemuka-pemuka Syiah yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah Muharraf.

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Salam kenal mas…. sabar ikuti terus artikel-artikel kami di sini…. Pada gilirannya nanti akan kami bahas tuntas pandangan ulama Syi’ah tentang Tahrif, mulai dari al-Qummi, al-Kulaini, sampai Imam Khumaini.
    Pertanyaan saudara akan terjawab di sana bi-idznillah wa tawfiqihi in sya’a Allah.

  10. terusterang saja saya seorang ahlussunnah….
    salam kenal saudaraku…
    secara nggak sengaja saya menemukan blog dari saudara Syiah….

    menarik sekali apa yang saudara tuliskan, terutama berkaitan dengan sidogiri dan adanya klaim Syiah tentang tahrif Al Qur’an….
    ada beberapa catatan :…
    1. Quraish Shihah memang menurut kaum sunni Indonesia diakui sebagai syi’i atau condong ke syi’i…, tetapi menariknya belaiu tetap menyusun kitab tafsir al misbahnya dengan al qur’an yang ada selama ini, khususnya yang dipegang oleh kami, sunni….he..he…gimana ini boz….
    2. mengenai riwayat ibnu umar tsb, saya pernah menemukan pembahasannya yang kesimpulannya tidak ada tahrif dalam al qur’an, coba nanti insyaAllah saya tampilkan di sini tapi saya cari dulu di perpustakaan….
    yang pasti ibnu umar tidak diragukan ‘adalahnya….
    3. saya sendiri yakin 1000 % kalo al qur’an tidak akan mengalami tahrif sedikitpun baik secara logika, maupun dalil al qur’an sendiri, bahwa Allah akan menjaganya sampai hari kiamat. itu yang pasti boz….
    4. saya sering jalan2 ke pesantren sidogiri, coba nanti saya crosscheck ke sana…
    5..mengenai buku sunni syiah itu katanya fiktif, gimana boz….
    6. saya kira perlu diadakan debat terbuka antara ahlussunnah vs syiah dlm bnyk hal, khususnya masalah hadits gadir kaum, nikah mut’ah, konsep kemaksuman imam syiah, metodolgi hadits, perbedaan al qur’an sunni dan syiah dll…gimana boz…

    sekian dulu,,,mohon maaf apabila ada salah….

    __________
    -Ibnu Jakfari-

    Salam kenal mas Dody.
    Saya akan bawakan satu bukti aja untuk saudara saudara bahwa penilis buku tersebut adalah bukan ulama Syi’ah, ia penulis Fiktif. Penulis Buku Lillah Tsumma Lit Târîkh Fiktif

    Sepeti saya katakana bahwa penulis buku Lillah Tsumma Lit Târîkh adalah Fiktif tidak jelas siapa sebenarnya orang yang memakai nama pinjaman Husain al Musawi (yang kata Tim Penulis Sidogiri telah hengkang dari mazhab Syia’h), tentunya setelah menyaksikan “kebobrokan” mazhab tersebut.

    Banyak bukti yang dapat diajukan untuk apa yang saya katakana, tetapi saya di sini hanya akan menngajak saudara merenungkan bukti di bawah ini, dan dengannya saudara dapat meresapi makna pepatah Arab yang berbunyi:


    الكذب حبله قصيرٌ


    إذا سَتكذب كُن ذكِيًّا

    Penulis Buku Lillah Tsumma Lit Târîkh Berusia Lebih dari 200 Tahun, Perhatikan dalam halaman 104 dari kitab tersebut, penulisnya berkata, “Dalam kunjungna saya ke India, kami tertemu dengan Sayyid Daldâr Ali, beliau menghadiahkan kepada saya kitab karangannya Asâs al Ushûl…. “

    Perlu saudara ketahui, bahwa Sayyid Daldâr Ali an-Naqawi adalah seorang ulama besar Syi’ah Imamiyah yang wafat tahun 1235 H./1820 M. demikian disebutkan dalam seluruh buku sejarah yang menyebut data biografi beliau.

    Di sini mari kita asumsikan bahwa penulis buku Lillah Tsumma Lit Târîkh yang mengaku bernama Husain al-Musawi itu ketika bertemu dengan Sayyid Daldâr Ali an-Naqawi masih berusaia 15 tahun, berarti ia lahir pada tahun 1085 M.

    Kemudian perhatikan apa yang ia katakana dalam halaman 80 bahwa telah bertemu dengan Sayyid Imam al-Khû’i. ia bercerita, “Karena itu Imam al Khu’I berkata dalam wasiatnya kepada kami ketika beliau berada di ranjang menjelang wafatnya, ketika beliau mewasiatkan kepada kami para kader di Hauzah…. “

    Semua mengetahui bahwa Sayyid al Khu’i wafat pada: 13 Shafar 1413 H/12/8/1992 M.

    Dalam laporan penulis buku tersebut (Husain al Musawi), ia hadir ketika Sayyid al Khu’I memberikan wasiatnya kepada para kader Hauzah.

    Nah sekarang, mari saya ajak sauadara berlatih matematika dengan menjadikan umur penulis buku Lillah Tsumma Lit Târîkh sebagai obyek latihan. Dia lahir tahu 1805 M dan masih hidup sampai zaman Sayyid al-Khu’i yang wafat tahun 1992 M, jadi umur penulis buku Lillah Tsumma Lit Târîkh adalah 187 tahun, itu jika ia mati tahun itu. Adapun kalau ia masih hidup sampai sekarang, tahun 2008 M atau beberapa tahun silam, maka umurnya pasti mendekati 200 tahun dengan hitungan tahun qamariyah.

    Ini baru satu bukti mas…. Makanya saya sangat prihatin ketika Tim Penulis itu sangat membanggakan dan mengandalkan buku murahan garapan anak-anak Wabahi yang gemar takfir itu sebagai buku rujukan!!!!

  11. kritik dijawab kritik, kunjungi: http://adianhusaini.blogspot.com/2008/03/kritik-pesantren-sidogiri-terhadap.html

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Syukran akhi atas informasinya… Tapi mana komen dan tanggapan kamu atas tulisan kami di atas…?!

    • Maaf saya lebih senang klo hal ini dibahas dalam forum reami (debat langsung) bukan di sini sebab rupanya anda hanya bisa komentar dibalik layar

  12. Shubhanallah…

    wahai akhi….kok tulisan saya kemarin dihapus ngga ditampilkan….

    bagaimana ini, marilah kita sama2 menjaga proses ilmiah dalam beragama dan mencari kebenaran…

    ‘afwan….

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Akhi Dody, jangan keburu, setiap komen dan tanggapan di sini pasti kami tampilkan, pasti!
    tanggapan kami atas komen saudara yang kemarin dapat dilihat sekarang . Silahkan.

  13. apa yang seharusnya kita katakan mengenai data-data “tahrif” al-Quran syiah yang mereka cantumkan dari kitab-kitab mereka?

    syukran atas jawaban ilmiahnya.

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Yang harus kita lakukan ialah:
    A) Memperhatikan apa komentar para pemuka ulama Syi’ah tentangnya.
    B) Memahaminya riwayat periwayat dengan benar dan tepat sesuai dengan kaidah yang berlaku, dan tidak memaksakan tafsiran yang tidak berdasar.
    C) Mengecek dan meneliti sanad setiap riwayat tentangnya.
    D)Tidak menjadikan riwayat sebagai dasar vonis atas mazhab.

    Sebab jika kita menjadikan riwayat sebagai dasar vonis, maka kita akan kesulitan sendiri terhadap riwayat-riwayat tahrif yang juga banyak ditemukan dalam kitab-kitab Sunni.

    Kalau Anda dan para pembaca berkenan kami akan sebutkan ratusan contoh hadis tahrif di kitab-kitab Sunni.
    Tetapi kendati demikian mestinya, kita tidak boleh menuduh Ahlusunnah meyakini tahrif Al Qur’an dengan dasar adanya banyak riwayat tahrif! Kita perlu perhatikan apa komentar ulama tentangnya. Jangan paksakan penafsiran kita atasnya…. lalu kita menvonis! Kendati banyak juga ulama Ahlusunnah yang meyakini tahrif Al Qur’an …. namun itu harus dikatakan sebagai pendapat pribadi yang tidak mewakili mazhab!!

  14. jakfar, saya ingin mut’ah. bagaimana caranya? sebab di sini sulit mencari perempuan yang mau di mut’ah, kalau bisa, dengan anak perempuan kamu ga’ apa-apa, atau ibu kamu meskipun sudah keriput ga’ apa-apa, saya sanggup membuat ia hamil. kalau ibu kamu sudah mati, anak laki-laki kamu juga ga’ apa-apa. kan salah satu ayatullah kamu pernah berfatwa “kalau ga’ nemukan perempuan meskipun laki-laki juga bisa. saya ingin dapat fadlilah mut’ah yang besar. konon, kalau sampai mut’ah tiga kali “masuk sorga akan berdesakan dengan Nabi”

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Akhi Jalal, puaskan anda berkata-kata seperti itu…. karena kekejian kata-kata adalah bukti kekejian jiwa dan kebangkrutan dalil dan hujjah.

    Allah berfrirman:
    ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد.
    Maha benar Allah dengan segala firman Nya.

  15. mohon maap ibnu jakfari…

    kalau saya telah berburuk sangka…terus terang karena tulisan saya sempat hilang jadi menimbulkan prasangka bahwa anda telah menghapusnya…he,,,he…’jadi mohon maap…

    okey terima kasih atas penjelasannya tentang kitab dialog sunni dan syiah, coba nanti saya selidiki…

    sebelumnya kalau berkenan saya bertanya kepada saudara, sepanjang pengetahuan saya Syiah juga terbagi dalam banyak aliran…kalau boleh saya bertanya kepada saudara sendiri termasuk dalam berafiliasi kepada imam syiah siapa?…

    mengenai debat terbuka syiah suni gimana boz…kan nanti bisa terkuak siapa yang benar siapa yang salah…

    sekian dulu…mohon maap bila ada salah…

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Mas Dody, yang saya maksud adalah buku Lillahi Tsumma Li at Tarikh yang memakai nama Husain al-Musawi yang sering dibanggakan Tim Sidogiri… jangan salah ya.

    Benar kata saudara, Syi’ah terbagi menjadi beberapa sekte, di antaranya Zaidiyah, Ismailiyah dan Imamiyah Ja’fariyah Itsna ‘Asyariyah (yang diakut oleh mayoritas muslim Iran, juga banyak di Saudi Arabiah, Kuwait, Pakistan, Afghanistan, Bahrain, Lebanon).

    Saya Syi’i Ja’fari Imami.
    Debat terbuka dengan siapa kang mas? saya pikir di sini aja lebih enak seluruh dunia bisa ikut andil dan berperan.

    Syukran.

  16. مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
    (Sengaja saya buka dengan ayat ini)
    Ketika orang-orang syiah sudah ketahuan bahwa di antara keyakinan mereka yang sangat menyimpang dari millatul islam adalah terjadinya tahrif dalam al-Qur’an, maka mereka berusaha berkelit dengan sekuat tenaga untuk menghindarnya. Di antara trik mereka adalah menyerang balik, bahwa sebenarnya yang berkeyakinan terdapat tahrif dalam al-Qur’an adalah Ahlussunnah, sebab Ahlussunnah mengatakan ada nasakh dalam al-Qur’an. Di antara pemuka syi’ah yang mempelopori hal ini adalah Ayatullah al-Udzma al-Khu’i, ia berkata dalam tafsirnya al-Bayan:
    ان القول بنسخ التلاوة هو بعينه القول بالتحريف والإسقاط
    Di kesempatan lain ia juga berkata:
    ان القول بالتحريف هو مذهب أكثر علماء أهل السنة لأنهم يقولون بجواز نسخ التلاوة.
    Lihat al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an li al-Khu’i hlm. 205
    Selain perkataan di atas, al-Khu’i juga menampilkan riwayat-riwayat nasakh milik Ahlussunnah yang ia tuduhkan dengan pengakuan tahrif al-Qur’an.
    Jadi sebetulnya tanggapan Saudara Jakfar terlalu remeh untuk Tim Pustaka Sidogiri, ia sebenarnya mencontek dari penyampaian al-Khu’i dan antek-anteknya yang sudah banyak di tanggapi balik oleh Ahlussunnah (saya rasa tidak usah menampilkan di sini, buang-buang waktu saja).
    Jadi tanggapan kamu sudah basi bung Ja’fari. Hanya dengan tanggapan ini kamu sudah bergaya pahlawan, kesatria, sok dll. Sudah merasa bahwa “borok-borok” yang adalah dalam keyakinan kamu tidak akan ketahuan. Semakin banyak kamu berbicara maka semakin tampak kesalahan kamu. Bertaubatlah!
    Ketika saya tampilkan pengakuan-pengakuan ulama’-ulama’ syi’ah tentang tahrif dalam al-Qur’an (Muhammad bin Murtadla al-Kasysyani, Abu al-Hasan al-‘Amili, An-Nuri at-Tabrisi, Ayatullah Ali al-Fani al-Ishfahani dan masih banyak yang lainnya), kamu tidak langsung menjawabnya.
    Saya minta data dari ulama’ Ahlussunnah yang secara tegas mengatakan “anna al-Qur’an muharraf”. Yang bukan dalam kontek nasakh!

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Dalam komentar saudara banyak masalah yang saudara singgung…. nash tilawah, ulama Ahlusunnah yang meyakin tahrif sampai tuduhan sayyid al-Imam al Khu’i (Rahimahullah)…
    Maka, saya harap saudara sabar mengikuti terus artikel-artikel kami di blog ini.
    Semua yang saudara permasalahakan akan kami bahas, bi iznillah wa quwwatihi.

    Baca di:
    A) Tokoh Ulama Ahlulsunnah Yang meyakini Tahrif.
    B) Naskh Tilawah Antara Pendukung dan Penentangnya.

    Adapun kutipan dari Sayyid al-Imam al-Khu’i akan saya bahas di kesempatan lain.
    Wassalam.

  17. kenapa boz… kalau di ajak debat terbuka kok ga’ ada respon sama sekali.

    Ibnu Jakfari:

    Apa ada yang lebih terbuka dari di sini mas… seluruh dunia bisa andil di sini.

  18. @el-khomeini al-palsu

    @Dodi Kurniawan

    Salam.

    Saya salut dengan admin blog ini, yang sabar menanggapi komen wahabiyyun yang ngaku ahlussunnah. Saya harap lebih banyak lagi blog-blog dari ikhwan atba’ ahlulbait yang mengkhususkan menjawab tuduhan dan fitnah wahabiyah terhadap ahlulbait, sebagaimana dilakukan ibnu jakfari ini.

    Lebih salut lagi, karena Ustad Ibnu Jakfari membuka kesempatan wahabiyyun untuk berkomentar, tidak seperti situs dan blog-blog wahabi APALAGI HAKEKAT.COM yang beraninya lempar batu sembunyi tangan, MENUTUP RAPAT-RAPAT PENGUNJUNG UNTUK BERKOMENTAR.

    MENGUTIP TULISAN EL-KHOMEINI AL-PALSU:
    bagaimana kalau kira-kira kita ngajak debat terbuka saja dengan mereka? kalau lewat blog ini saya kira tidak mewakili?
    __________________

    kalo blog ini dianggap tidak mewakili, lalu bagaimana dengan blog-blog dan situs-situs wahabi yang gencar menuduh dan menfitnah pengikut ahlulbait? apa nggak perlu ditutup?

    kalo nggak ada asap nggak ada api? hadir-nya blog-blog seperti punya al-ustad ibnu jakfari ini adalah reaksi dari tuduhan dan fitnah blog-blog/situs wahabi. Maka blog/situs dijawab dan disanggah dengan blog/situs!

    debat di situs/blog saya pikir lebih bagus karena buktinya tertulis dan bisa diakses seluruh dunia, seperti yang saya rasakan sekarang, saya lagi diluar indonesia tapi bisa mengikutinya.

    MENGUTIP TULISAN DODY KURNIAWAN:
    ….saya kira perlu diadakan debat terbuka antara ahlussunnah vs syiah dlm bnyk hal…
    ___________

    ma’af mas harusnya anda tulis debat antara wahabi vs syiah… karena mayoritas ahlussunnah tidak menganggap syiah kafir seperti wahabi. bahkan al-Azhar mengajarkan madzhab syiah. PBNU. Muhammadiyah pun tidak mengkafirkan dan banyak ulama ahlussunnah lainnya.

    tentang debat antara wahabi dan syiah di negeri ini telah sering dilakukan, dan ujung-ujungnya jika Wahabi kepepet terus bikin kacau biar debat berhenti.

    seperti yang terjadi antara ustad syiah Ahmad Baraqbah dan ustad Wahabi M. thalib di Balikpapan, M. Thalib sampai-sampai memukul panitia dan mengancam agar debat dihentikan KARENA SUDAH “BABAK BELUR” hujjahnya dikalahkan Ustad Baraqbah

    cerita seperti itu bukan hanya terjadi di Indonesia, juga terjadi di negara-negara arab. itupun kalo anda sering mengikuti siaran tv-tv arab dari para-bola.

    apa anda pernah liat debat Syeh Adnan Ur-ur al-Wahabi dengan sayyid Hasan bin Ali Assegaf (seorang ulama ahlussunnah) yang melucuti syekh wahabi itu?

    atau debat syiah vs wahabi antara Syekh wahabi Utsman al-Khomis dengan mantan wahabi yang menyebrang ke syiah Dr. Ishom al-Imad? al-Khomis di cukur gundul sama Dr. Imad.

    kalo anda bisa berbahasa arab saya silahkan membaca Teks Debat antara Dr. Ishom Al-Imad dan Ustman al-Khomis, bisa anda download disini:

    http://www.beliefcenter.com/shialib/

    kalo mau mendengarkan audio debatnya al-Khomis dan al-Imad bisa buka tautan ini:

    http://www.beliefcenter.com/mostabser/index.html

  19. Hai bung Jakfari ! sudah…akui saja keyakinan kamu yang sesungguhnya, bahwa terdapat tahrif dalam al-Qur’an. Jangan selalu menggunakan senjata andalan pamungkasmu yang berupa taqiyyah (bunglon, picik, munafik), tampakkan sifat kesatriamu. Coba sekali-kali berkata sebagaimana yang dikatakan oleh Ni’matullah al-Jazairi dalam al-Anwar an-Nu’maniyyah juz 2 hlm.357 ketika ia menyikapi pemuka-pemuka syi’ah yang menutup-nutupi keyakinan terjadinya tahrif dalam al-Qur’an (Ibnu Babawaih al-Qummi, Abu Ali at-Thabrisi, Abu Ja’far ath-Thusi dan pengikut-pengikutnya), ia berkata:
    والظاهر أن هذا القول (أي عدم القول بتحريف القرأن) إنما صدر منهم لأجل مصالح كثيرة، منها سد باب الطعن عليهم بأنه إذا جاز هذا في القرآن فكيف جاز العمل بقواعده وأحكامه مع جواز لحوق التحريف له.
    Atau kau berkata sebagaimana perkataan tokoh Syi’ah India Mirza Ahmad Sulthan dalam tashhîf kâtibîn hlm 18;
    أن علماء الشيعة الذين أنكروا التحريف في القرآن لا يحمل إنكارهم إلا على التقية
    Saya yaqin 1000 % kalau kau hidup di Iran maka kau akan meletakkan bendera di atas rumahmu dan mendeklarasikan diri bahwa kamu yang paling yakin terhadap tahrif. Namun sayang seribu sayang kau hidup di Indonesia, sehingga terpaksa harus “mengganti baju” tak ubahnya bunglon.

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Berkata santun adalah ciri Muslim sejati, menuduh dan berkata-kata kasar adalah ciri kaum Wahabisme, khususnya Wahabi Arab….

    Kebenaran tidak perlu dibela dengan kata-kata keji, tuduhan dan dusta….
    Dusta adalah kebiasaan kaum Wahhabisme…

    Kalau keterangan tokoh-tokoh Syi’ah di sepanjang zaman, sejak Syeikh Shaduq hingga sekarang tidak dinila dan dianggap sekedar taqiyyah…. Mak saudara perlu belajar apa itu taqiyyah yang anda sebut sebagai BUNGLON -PICIK DAN MUNAFIK, apakah Ammar bin Yasir yang bertaqiyyah itu sedang berbonglon ria, atau bermunafiq atau bersikap picik…..?

    Mas, kami dapat memaklumi saudara yang seperti itu, sebab saudara terlalu kenyang dengan fitnah Wahhabi….. Lebih baik saudara tanggapi secara ilmiah tulisan kami di blog ini daripada marah-marah dan menuduh ini dan itu….

    Jangan-jangan sekarang ini saudara sedang bertaqiyyah membela Al-Qur’an padahal di hati saudara Al-Qur’an sudah tidak relevan lagi sekarang!!! Siapa tahu. Hanya Allah!!!

  20. mana kok diam……………?

  21. rupanya diskusi ini sudah mulai kurang sehat. tak usah gitu lah…
    setahu saya, syiah memang mengajarkan taqiyah (baca: berdusta), dan dalam al-kafi tertulis cukup banyak bahwa taqiyah itu bagian dari rukun agama. katanya “barang siapa tak bertaqiyah, maka tidak ada iman baginya”
    saya ingin tahu, bagaimana tuan jakfari menafsiri “hadis-hadis” al-kulaini yang seperti itu?

  22. saya tak perlu repot sebetulnya untuk meladena kang jakfari LA yang telah bersusah payah menunjukkan tahrif oleh ahlussunnah yang katanya “ilmiah”
    sebetulnya apa yang ia tuduhkan itu, jika memang benar demikian, semuanya, tanpa terkecuali, adalah dalam konteks naskh-mansukh, bukan tahrif.
    sementara tahrif, sudah jelas merupakan keyakinan orang-orang syiah. semua orang sudah tahu itu, tak usah ditutup-tutupi lah… baik sunni, syii, wahabi, muktazili, hti, semua paham kalau syiah adalah meyakini tahrif al-qur’an.
    betapa banyak data-data yang telah menyatakan hal itu. data-data yang muncul dari syiah sendiri. saya males menulisnya di sini, terlalu banyak.
    maka, sebetulnya berkelit seperti itu saat ini, itu artinya jakfari sudah ketinggalan kereta. kalau mau berkelit, seharusnya dilakukan sepuluh abad yang lalu, saat orang masih belum banyak kenal apa dan siapa itu syiah. kalau sekarang, sudah ketinggalan zaman lah yau…..

  23. melihat posting-posting dari bung sholihin, saya tertarik dan langsung membuka web yang ditunjukkannya. tapi rupanya di sana hanya tersedia buku-buku syiah baru. sementara saya ingin buku-buku syiah yang klasik, semacam al-bihar, al-kafi, istibsor, dan sejenisnya.
    apakah saya bisa mendapatkan alamat download free-nya? atau kalau di indonesia, buku-buku itu dijual di mana? atau mungkin saya bisa mendapatkannya secara gratis?

    mohon dibalas.
    syukron

  24. @el-Askari

    Nama sampean mengingatkan ulama syi’ah terkenal aja, pake EL-ASKARI segala, apa tidak taqiyah itu mas?

    Sangat ironi sekali anda mencaci dan dengan kata-kata kasar menyerang -taqiyah- eh dilalah sampean sendir ibertaqiyah, dalam berkomentar di blog ini… pake nama el-Askari segala

    harusnya anda bersikap jantan ANDA SEBUTKAN JATIDIRI ANDA YANG ASLI… JANGAN IKUT2AN TAQIYAH (Pake nama samaran) MUNGKIN ANDA SEORANG USTAD YANG TAKUT REPUTASI ANDA JATUH YA, JIKA HUJJAH DAN DALIL ANDA DIHABISI PAK ADMIN DISINI… MAKANYA MAS JANGAN NYERANG TAQIYAH KALO ANDA SENDIRI MASIH BERTAQIYAH…ironis ah!

    oh ya mas el-askari, pak admin telah menurunkan artikel khusus menjawab sampean… saya tunggu jawaban balik ente… biar kita-kita yang bodoh ini tahu, mana hujjah dan dalilnya yang tangguh ente atau pak admin..

    saya tunggu ya!

  25. mohon maap ibnu jakfari…

    saya ingin kasih konfirmasi bhw tulisan yang mengataskan namakan nama saya dody kurniawan tgl 1 april 08 jam 08.49 am adalah bukan tulisan saya ..he..he….
    saya nggak tahu itu sekedar kesamaan nama atau cuma mendompleng nama saya…he..he…

    yang jelas kalo debat terbuka saya kira perlu maksud saya di forum terbuka gitu lho, bisa di lapangan, stadion terserah lah….

    mengenai komentar ttg syiah jangan salah ya saya ini juga dari keluarga NU dan kalo dalam menilai syiah sendiri juga tergantung syiahnya…kalo aqidahnya udah keterlaluan sampai fatal dalam masalah aqidah ya jelas kafirlah…tidak ada keraguan dalam NU atau wahabi salafi…he,,he…

    mengenai perkataan bhw wahabi/salafi mengkafirkan semua syiah adalah SALAAAAH BESAR….salafi/wahabi sndiri sama dengan NU dalam menyikapi Syiah…kalau syiah seperti menuhankan shahabat Ali ra ya spt jaman doeloe kala ya jelaslah kafirlah…

    selain itu tergantung dan nggak mesti kafir..coba cek kitab2 ahlussunnah dalam masalah tsb..atau pendapat para ulama ahlussunnah…coba nanti taktampilin kalo ada waktu..he..he…

    sekian aja dulu…mohon maap bila ada salah..terus terang saya senang jalan2 di blog saudara…menambah wawasan….he…he…
    syukron katsiraa….

  26. maaf mas jakfari, sekali lagi dengan hormat saya minta data dari ahlussunnah yang secara tegas mengatakan “anna al-Qur’an muharraf” atau “waqa’a fihi at-tahrif wa at-tabdil”, sebab selama ini yang anda tampilkan adalah dalam kontek nasakh dan banyak pemelintiran kutipan. untuk data-data dari ulma’-ulama syiah sudah saya tampilkan sedikit dari sederet nama yang belum anda komentari.

  27. Mengutip perkataan mas jakfari “Sekali lagi kami tegaskan bahwa, keyakinan kami tentang Al Qur’an adalah apa yang kami warisi dari para ulama dan tokoh-tokoh mazhab Syi’ah berdasarkan hadis-hadis shahih dari para imam suci Ahlulbait Nabi saw., yaitu bahwa Al Qur’an adalah terjaga dari perubahan”. mengamati dari perkataan mas jakfari kelihatannya anda mau mengelabui ahlussunnah, bahwa sebetulnya qur’an yang tidak terjadi tahrif adalah qur’annya orang-orang syiah yang melalui para imam-imamnya dan sekarang masih tersimpan di Imam Mahdinya Syiah, sedangkan qur’an yang beredar sekarang dan di baca oleh ahlussunnah di seantero dunia memang tidak lengkap. jadi kesimpulannya dari perkataan anda itu secara tersirat anda mengakui bahwa qur’an yang ada sekarang tidak lengkap.

  28. ente menulis:
    Perhtikan riwayt Ahlusunnah di bawah ini:
    Ibnu Umar, ia berkata:
    لا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ : قَدْ أَخَذْتُ القُرْآنَ كُلَّهُ! و ما يُدْرِيْهِ ما كُلُّهُ؟ قَدْ ذَهَبَ مِنْهُ قُرْآنٌ كثِيْرٌ. و لكن لِيَقُلْ قدَ أخَذْتُ مِنْهُ ما ظَهَرَ.
    “Jangan sekali-kali seorang dari kalian mengatakan, ‘Aku telah mengambil (menghafal) seluruh Al Qur’an!’ Tahukah dia apa ‘seluruh’ itu!
    Telah banyak Al Qur’an yang hilang. Akan tetapi hendaknya ia berkata, ‘Aku mengambil (menghafal) yang tampak saja.’”
    Ana menulis:
    Antum tahu kan perbedaan antara “tahrif” dan “naskh”. Nah kalo sudah ngerti itulah yang dimaksud dalam hadits diatas. Dalam ilmu tafsir dan ushul fiqh, ada istilah naskh hukmi dan naskh tilawah. Coba deh ente muthola’ah kembali.

    نقول كما قال علماء المسلمين ان المقصود في ” ذهب منه قرآن كثير ” أي ذهب بنسخ تلاوته

  29. bukan bermaksud untuk mengalihkan topik pembicaraan. Rasanya kurang faor juga kalo ente gak menanggapi beberapa komentar ttg keyakinan sy’iah diats.
    Ana juga mau nambah (semoga ente mau berkomentar), apa benar keterangan di bawah ini:
    Berkata Umdatul Ulama’ al-Muhaqqiqin Muhammad Nabi At-Tausirkani dalam kitab La’ali’ Akhbar juz 4 hal. 92:
    Ketahuilah, bahwa tempat, keadaan dan waktu paling mulia dan pantas untuk melaknat mereka adalah jika kamu sedang dalam kamar kecil,. Ketika kamu telah selesai dari buang air kecil atau air besar. bacalah do’a berikut:
    اللهم العن عمر ثم أبا بكر وعمر ثم عتمان وعمر ثم معاوية وعمر ثم يزيد وعمر ثم ابن زياد وعمر ثم ابن سعد وعمر ثم شمرا وعمر ثم عسكرهم وعمر . اللهم العن عائشة وحفصة وهندا وأم الحكم والعن من رضي بأفعالهم ألى يوم القيامة.

    Gimana jawaban ente????

  30. Adala lagi:
    sy pernah ketemu ucapan org2 syi’ah di website syi’ah seperti ini:
    بسم الله الرحمن الرحيم و الحمدلله رب العالمين و الصلاة و السلام على خير خلقه محمد و اله الطاهرين
    السلام على من اتبع الهدي
    ان الفساد كل الفساد بدأ منذ انقلب اصحابك ابا بكر و عمر و عثمان على عقابهم و تركوا شريعة الله فلعنهم الله و رسوله الكريم صلى الله عليه و اله
    ان الفساد كل الفساد بدأ منذ ان قالها صاحبك و امامك عمر بن الخطاب عن النبي صلى الله عليه و اله بانه يهجر كفانا كتاب الله
    ان الفساد تتابع مع اصحابك ابا بكر و عمر لعنهما الله حينما هاجما منزل سيدة نساء العالمين فاطمة الزهراء عليها السلام فاغضبا الله و رسوله و اهل بيت رسوله صلى الله عليه و اله و كان من نتيجة ذلك كسر ضلعها الشريف و اسقاط جنينها المحسن سلام الله عليهم اجمعين و استشهدت نتيجة لفعلهما الشنيع….
    ان الفساد تتابع مع صاحبك عمر بن الخطاب و ابي بكر و عثمان بن عفان باغتصابهما فدك من الزهراء فاطمة و هي نحلة من ابيها رسول الله صلى الله عليه و اله
    ان الفساد بدأ و تتابع مع امك عائشه عليها لعائن الله حينما منعت دفن الامام الحسن قرب جده رسول الله صلى الله عليه و اله
    ان الفساد تتابع مع امك عائشة عليها لعائن الله حينما جيشت الجيوش و حاربت امام زمانها الامام علي بن ابي طالب عليه السلام
    ان الفساد تتابع مع امامك عثمان بن عفان فقتل المسلمين بغير حق و تعدى على حقوقهم و حول بيت مال المسلمين نهبا لمعاويه بن ابي سفيان لعنهم الله و غيره ممن يكرهون الامام علي عليه السلام
    http://www.yahosein.com/vb/showthread.php?p=479714

    Apakah ini mewakili sikap org2 syi’ah???

  31. ah…..ada-ada saja kawan-kawan ini. Perdebatan klasik kok mau dibahas lagi, basi lah.
    Mas Abu Jakfari kan udah mengakui bahwa al-Kafi tidak sepenuhnya shaheh, lantas tsumma lit Tarikh tokohnya fiktif. Ya sudah selesai.
    Berarti dia enngak punya pedoman lagi dari hadits. Kenapa, ketika ditampilkan kesalahan haditsnya berkelit bahwa hadits itu tidak shaheh.
    Ketika ditampilkan pendapat ulama mereka, ternyata tidak mengakuinya. Lalu apa maunya?
    Kitab Shaheh Bukhari pun nggak mau. Baru mau kalau ada hadits yang seidiologi dengan dia.
    Kenyataannya dia menolak kok ketika ada hadits-hadits keutamaan khilafah.
    Sudah lah kita diam, dan yakini apa yang kita yakini. Tidak perlu berdebat terus.

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Adalah salah ketika saudara memaksa orang lain untuk meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak ia yakini. Keyakinan Syi’ah itu telah diterangkan dan dijabarkan para tokoh ulamanya di sepanjang zaman, bukan diambil dari asal orang mengaku atau diaku sebagai ulama… kami telah membawakan bukti bahwa penulis Lilla tsumma lit tarikh benar-benar fiktif….

    Jadi kami pikir saudara perlu merenungkan kembali apa yang kami tulis… biar nggak salah paham atau menyalah-pahamkan apa yang kami tulis.

  32. oh ya tak tambahi. Kepada seluruh Umat agama Syiah, kalau memang ada buku-buku klasiknya seperti al-Kafi, al-bihar, istibsor, de el el. Tolong dong kasih tahu, seperti yang Mas Burhan harapkan. Siapa tahu Aku dapat kebenaran dari buku-buku itu. Trims.

  33. Lebih baik jika diskusinya tematis. Jangan loncat dari tema yang satu ke tema yang lain. Apalagi dengan bawa massa ke weblog ini.

    Saran saya sih, ini hanya sekedar saran, undanglah ustadz-ustadz, yang katanya Ahlulsunah, yang menganggap bahwa syi’ah itu sesat, ke weblog ini.

    Mari kita saksikan duel antara Ustadz itu dengan admin weblog ini. seru juga mungkin. atau jangan-jangan ustadz-ustadz itu gaptek?

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Saran yang baik…. dan sepertinya sedang berjalan di blog ini… Apa yang saudara baca dari komen-komen mereka itu boleh jadi adalah komentar ustadz-ustadz mereka. Tapi mereka tawadhu’ tidak menyebut diri mereka sebagai ustadz.

  34. kok gak ada jawaban ya????
    ente ke mana aja ?????

  35. menanggapi komentar di atas, sepertinya istilah ilmu tafsir dan ushul fikih belum terbentuk di jaman Ibnu Umar. Jadi, tidak perlulah memaksakan maksud Ibnu Umar dengan istilah-istilah yang muncul belakangan alias “istilah itu bid’ah”.

  36. jadi sebetulnya sekte yang didasarkan atas caci maki dan pelaknatan adalah sekte syiah.

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Mas Dadi…. semua dapat menyimpulkan siapa yang doyan mencaci maki. Kami atau teman-teman kalian yang komen di sini?!

    Kami maklumi bahwa memang demikianlah akhlak kalian jika sudah kepepet dan terpojok dengan dalil-dalil Syi’ah. Berlindung di balik caci maki dan kata-kata keji dan kasar.
    Wassalam.

  37. khumaeni..

    nah itu yang saudara maksudkan memang benar, bukan tahrif tapi naskh…

    bicara logika, ada dua premis nih….

    pertama, dalil al qur’an, bahwa Allah akan menjaganya sampai hari kiamat…

    kedua, adanya riwayat ahlussunnah yang menyebutkan seolah-olah adanya ‘tahrif’…

    sepintas lalu dua premis itu saling bertentangan…
    kalau premis pertama itu pasti benar, maka premis kedua harusnya bukan bermakna bahwa tahfir al qur’an adalah benar2 sebagaimana tahrif yaitu yang berarti kehilangan beberapa ayat al qur’an, seperti tahrif dalam injil….

    kalau premis kedua dimaknai benar2 adanya tahrif seperti dalam injil, bertentangan dong dengan premis pertama…
    kalau bertentangan berarti sama aja mengingkari ayat al qur’an ttg jaminan kemurnian al qur’an….

    wah kacau dah kalo kaya gini…..

    gimana boz..ngga percaya kita buktikan aja satu persatu…he..he..

    sekian dulu…maaf bila ada salah…

    ___________
    -Ibnu Jakfari-

    Saya memohon ma’af kepada para pembaca (selain saudara Dody Kurniawan, khumaeni dkk) karena saya terpaksa mengulang dan menerangkannya kembali.

    Kang Mas, tentang konsep Naskh Tilawah yang ditawarkan ulama Ahlusunnah sebagai solusi menaggapi riwayat-riwayat Ahlusunnah yang kata saudara yang menyebutkan seolah-olah adanya ‘tahrif’… perlu dicermati dua hal di sini:

    1) Untuk mengatakan bahwa teks-teks tertentu yang disebut dalam riwayat-riwayat itu sebagai ayat-ayat Al Qur’an yang telah dimansukhkan tilawahnya, kalian (ahlusunhah) harus mampu terlebih dahulu membuktikan bahwa teks-teks itu adalah benar-benar Al-Qur’an yang telah diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw.

    2) Setelah kalian mampu membuktikannya barulah sekarang gilirang harus mampu membuktikan bahwa teks-tekas itu telah dimansukhkan!

    Nah, sekarang apa buktinya bahwa teks-teks tersebut adalah ayat Al Qur’an?
    Silahkan kalian membuktikannya di sini kami menantinya! Bukankah untuk memastikan sebuah teks (ayat) sebagai bagian Al Qur’an harus ada kemutawatiran? Atau menurut Ahlusunnah sebuah teks (ayat) tertentu dapat dtetapkan sebagai Al-Qur’an dengan tanpa butuh kemutawatiran?!
    Apakah pemansukhan dapat dilakukan tanpa bukti kemutawatiran?

    Tolong kang mas buktikan di sini…. kami tidak biasa bicara dan berpendapat tanpa bukti dan asal-asalan!! Maaf.
    Wassalam.

  38. Jika al-Kafi sudah diakui sebagai hadits yang tidak shaheh lagi oleh Bung Jakfari, lantas madzhab Syiah dibangun atas apa. al-Qur’an? al-Qur’an yang mana? Fersi Syiah atau Sunni?
    Jika Bung Jakfari mengatakan dalam Syiah tidak ada keyakinan Tahrif al-Qur’an, Qur’an yang mana? Qur’an ala Syiah atau Sunni? Jika ala Syiah berarti tidak sama Qur’an dari Sunni dan Syi’i, Jika yang diyakini tidak Tahrif adalah al-Qur’an sekarang maka selesailah sudah, bahwa Syiah mengakui al-Qur’an Sunni. Karena dalam pentas sejarah, al-Qur’an yang ada disusun oleh Sayidina Abu Bakar ra, atas ide Sayidina Umar ra. yang disebarluaskan oleh Sayidina Ustman ra. Yang ternyata kesemuanya adalah orang-orang yang dibenci oleh Syiah.
    Tolong jika Syiah konsisten, dijawab dengan benar.

  39. Assalamualaikum saudara-saudaraku, para kiai, para santri, para orang pinter & ahli komentar.
    Sudah puluhan tanggapan dan komentar bertebaran sejak Ustadz Ibnu Jakfari meluncurkan tulisan-tulisan yang membantah kesalah TIM SIDOGIRI yang menuduh Syi’ah meyakini tahriful Qur’an…. tapi anehnya banyak dari pembelaan yang dilakukan “agen-agen” mereka tidak terarah, menyimpang dari tema asasi tulisan Ibnu Jakfari, memalingkan opini para pengunjung blog ini dari masalah yang sedang dibicarakan dan yang paling menyedihkan saya yaitu terkesan tidak ilmiah…. selain tentunya saya tidask melihat TIM itu melakukan pembelaan terhadap gugatan Ibnu Jakfari.
    Bukti seharusnya dihadapi dengan bukti juga, bukan dengan cara-cara tidak simpatik dan tidak ilmiah. kalau kalian terus seperti itu saya yakin akan banyak orang kian mengenal seperti kualitas kalian itu…. Buwahaya lho!!!!!

  40. selamat siang…
    mohon maap ustadz ibnu ja’afari kalo komentar saya disini dinilai tidak berbobot,,,he…he…

    begini saudara, dalam masalah tahrif al qur’an kalo saudara minta bukti ttg kemurnian al qur’an versi sunni yang kami pegang, mungkin sudah banyak buku, kitab pembahasan ttg masalah tsb…
    kalo dicantumkan disini akan panjang banget…itupun mohon maap saya belum ada waktu luang karena harus buka2 buku di perpustakaan dulu…he..he…

    pada intinya qur’an yang kami pegang adalah mus’af utsmani yang sudah diakui para ulama ahlussunnah tentang keotentikannya..

    kemudian sebelum kita bahas lebih dalam, saya lebih tertarik untuk membahasnya dari segi logika…sebagaimana yang saya sebutkan ttg dua premis di atas, premis pertama adalah surat (15:9)

    إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

    itulah premis pertama, nah dari ayat al qur’an tsb kami meyakini 10000000 % bahwa al qur’an tidak ada penyimpangan, pasti MURNI…..nah kalo ada premis kedua yang seolah2 ada tahrif pastilah ada apa2nya itu, apalagi maknnya kalo bukan naskh……
    dan jellaaaaas bukan tahrif dong..he..he..
    jadi menurut penilaian saya kajian kesimpulan tahrif menurut saudara adalah bersifat relatif yang benar menurut cara pandang saudara….belum tentu menurut kami….

    itu aja dulu…mudah2an insyaallah bisa dilanjut lagi….
    lanjut…….

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Mas Dody, coba saudara baca kembali tulisan kami tentang Naskh Tilawah juga Nasakh Tilawah Adalah Tahrif Terselubung… baca dan Anda renungkan!

    Mas, ketika Anda mengatakan bahwa teks tertentu itu adalah mansukh tilawahnya itu artinya anda harus terlebih dahulu membuktikan bahwa ia benar-benar ayat Al Qur’an, setelah Anda buktikan ia adalah ayat Al Qur’an baru giliran bicara apakah ia mansukh atau tidak?

    Untuk memastikan sebuah teks itu benar-benar segabai bagian dari Al Qur’an diperlukan kemutawatiran… apabila ternyata tidak ada bukti kemutawatiran maka belum boleh disebut sebagai Al Qur’an!!! itu jelas sekali di antara para ulama, baik Sunni maupun Syi’ah.

    Nah sekarang, apa saudara bisa membuktikan dengan dasar kemutawatiran bahwa apa yang disebut para ulama Ahlusunnah itu benar-benar Al Qur’an?! Jika tidak terbukti ke-qur’anan-nya, ya jangan dimasukkan sebagai ayat Al Qur’an! Itu artinya saudara meyakini sesuatu yang bukan Al Qur’an sebagai Al-Qur’an.

    Itu yang pertama. Yang kedua, setelah itu anda katakan bahwa teks (ayat) itu dimansukhkan. Itu juga butuh dalil dan bukti kemutawatiran. Jika tidak berarti saudara mengurangi ayat Al Qur’an yang sudah anda yakini ke-qur’anan-nya. itu artinya saudara terjebak dalam tahrif!!

    Saya harap keterangan ini dapat difahami dengan baik.
    Wassalam. Salam persahabat dan persaudaraan.

  41. Bagus juga tuh pertanyaan al-Muntadzar, sebelum kita membahas lebih jauh tentang tahrif, sebaiknya tentukan dulu al-Qur’an yang dimaksud oleh Mas Jakfari.

  42. Gak usah nyamar-nyamar pake nama Imam Ahlulbayt. Lebih baik pake nama sendiri. kayak aku nih berani menunjukkan identitasku walaupun aku pake nama samaran tetapi itupun dapat dengan mudah dicari informasinya diweblogku.

    Kalau memang Anda semua ingin berdiskusi dengan syi’ah, mbok ya diskusi dengan jantan di sini. Pakai nama asli, dan satu lawan satu. Yang lain menyimak.

    Jadi silakan ajukan perwakilan dari Ahlulsunnah dan satu dari Syi’ah.

    Ajukan argumen masing-masing, biar jelas.

    berani gak? ini dilihat oleh orang sedunia lho…!!!!

  43. Wahai saudaraku, berdamailah kalian. Musuh kalian bukan sesama muslim, tapi Syetan kafir yang selalu menyerang Islam. Jika Anda meyakini kebenaran dari keyakinan kalian, maka tidak usah mencaci keyakinan orang lain. Jalanilah keyakinan kalian dengan benar.
    Saya yakin, seperti Sunni, Syi’i dan Wahhabi semuanya melarang untuk mencaci.
    Dialog bolehlah, tapi tidak perlu saling bermusuhan. Imam Syafi’i mengatakan: Pendapatku benar tapi berkemungkinan salaha, pendapat dia benar tapi kemungkinan benar.
    Silakan koreksi dalam batin kalian, siapa sebenarnya yang salah. Ini urusannya akhirat.
    Soal pengikut itu urusan belakangan, yang penting adalah bagaimana menyelamatkan diri kita dari ancaman api neraka.
    Mungkin selama ini kita bangga dengan pengikut yang banyak, ataupun dengan dalil-dalil keyakinan yang tak terbantahkan, namun kenyataannya hati kita kering.
    Mungkin kita bangga membela ahlulbait, atau bangga membela shahabat Nabi tapi akhlak mereka tidak kita tiru.
    Baik ahlulbait atau shahabat Nabi adalah pilihan Allah bagi mereka dalam menjaga agama.
    Jadi tidak perlu kita harus berdiskusi ngalor ngidul tapi tidak ketemu ujung-ujungnya.
    Aku harap Kalian menyadari hal ini.

  44. Buat Jalal yang tak sopan kata dan sikapnya…. buat simpatisan wahabi dan siapa saja yang kerasukan faham dan akhlak wahabi….
    kalian boleh tidak setuju dengn tulisan-tulisan bang ibnu jakfari di blog ini….. namun adalah sangat buta malu kalao kalian semua cuma bisa ngomel-ngomel dan berakhlak jelek…
    coba kalian semua perhatikan komnetarnya si jala itu, sudah nggak ilmiah, biadab lagi…
    saya cuma ingatkan kamu hai jalal…. kenapa kamu kok semangat mau mut’ah itu…. apa memang ada pebobahan pada mental kamu? sudah mulai suka lawan jenis ya? Dulu waktu mondok di sono kan sama ????? jenis.
    Oh ya lal! kalau kamu udah nggak tahan, sewa aja (maap ya) sewa aja fagina PKS atau anak tetannga atau babu kamu untuk diajak gituan…. boleh kok kata Ahlusunnah… nggak usah pake akad nikah. cuma isti’jar alias sewa… di mazhab Sunni kan boleh isti’jar al furuj (menyewa kemaluan wanita untuk dibuat mainan)!!! asyik kan….. masak kamu lupa waktu dulu ngaji kitab al Mizan al kubranya asy Sya’rani sama pak kiai!! lupa ya? tanya lagi sama pak kiai di halaman berapa.

  45. Salam buat mas yang ngaku namanya khumaeni
    saya mau tanya nikh, buat kamu dan teman-temen kamu ynag sukanya nyimpang dari tema yang dibahas! (mungkin karena nggak punya bahan ilmiah)…. saya mau tanya ya; Mana sih yang lebih kamu anggap mulia dan afdhal serta perlu dihormati dan dibela, Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah, Muawiyah, Abu Sufyan, Hindun atau ayah bunda nabi tercinta; SAyiyiduna Abdullah dan Siti Aminah (yang mengandung dan melahirkan bayi tersuci di alam semesta ini)? Mana yang lebih afdhal? Tolong dijawab ya, nggak pakai taqiyyah itu kan milik orang Syi’ah bukan Wahhabi atau Sunni !!!!!!!!
    Kenapa kamu jingkak-jingkrak sewaktu ada yang melaknat Abu Bakar cs. tapi kamu cengar-cengir dan berdiam seribu bahasa ketika ayah bunda Nabi dikafirkan dan dibilang masuk nereka!!
    Dasar otak udang!!!
    Apa sikap kalian wahai Ahlusunnah, say nggak tanya yang wahhabi, sebab pasti semua itu dineraka tempatnya… kalioan yang Ahlsunnah, apa sikap kalian?!
    Baca di sini:
    http://haulasyiah.wordpress.com/?s=Kedua+Orang+Tua+Nabi

  46. Dari diskusi tentang tahrif al-Qur’an disini, sebenarnya baik syiah maupun sunni menolak hadis-hadis tahrif. hanya wahabi saja yang ngotot memaksa syi’ah untuk meyakini sesuatu yang ditolak oleh syiah. anehnya Ibnu jakfari telah mengungkap hadis-hadis tahrif juga banyak memenuhi kitab yang konon katanya semua hadis-hadisnya shahih yaitu kitab shahih bukhari.

    bedanya syi’ah menolak dengan tegas hadis-hadis tahrif tersebut, dan menganggap hadis-hadis itu adalah hadis-hadis palsu/bikinan

    akan tetapi sunni menolak dengan alasan hal itu sudah dimansukh (nasakh tilawah dll).

    sebenarnya ide (alasan) sunni seperti ini sangat riskan dan berbahaya, mungkin mayoritas ulama sunni takut mendhoifkan hadis-hadis tersebut karena telah diriwayatkan bukhori. tapi dengan sikap seperti ini akan membuat keragu-raguan orang terhadap al-Qur’an. jadi suni lebih membela kitab bukhari ketimbang al-Qur’an, baik itu disadari maupun tidak.

    Saya sepakat dengan ibnu jakfari bahwa hadis-hadis tentang tahrif ADALAH PALSU DAN BIKINAN MUSUH-MUSUH ISLAM…. BAIK HADIS-HADIS ITU YANG DIMUAT DI KITAB-KITAB SYIAH MAUPUN SUNNI WA HATTA KITAB BUKHARI…

    wassalam

  47. Saya lihat baik Sunni maupun Syi’i tidak ada perbedaan yang terlalu prinsipil dalam masalah Tahriful Qur’an.
    Dlam Sunni misalkan, konsep Tahriful Qur’an jelas tidak ada, yang ada hanyalah konsep Nasikh Mansukh. Hal inilah yang dapat dijelaskan tentang hadits-hadits yang dikemukakan oleh Bapak Jakfari.
    Pada kenyataannya, dalam catatan sejarah mengenai bacaan al-Qur’an sebelum kodifikasi yang dilakukan oleh Zaid bin Sabit atas prakarsa Abu Bakar dan Umar, memang sudah terjadi perdebatan.
    Perdebatan itu terjadi antara Umar bin Khattab dan Hisam, yang pada akhirnya, hal itu dapat diselesaikan di hadapan Rasulullah. di mana beliau membenarkan keduanya.
    Mengenai ayat, Wara’a yang diriwatkan bahwa Ibn Abbas membaca Amama, saya kita tidak prinsipil, karena walaupun lafadznya Wara’a tidak masalah, toh maknanya juga Amama, dan itu terbukti di dalam banyak sya’ir-syair Arab.
    Juga mengenai Warahthukal Minhumul Mukhlasin, disebutkan bahwa sebenarnya ayat ini turun dua kali. Pertama adalah memang turun dengan lafal di atas, dan itulah yang diketahui oleh Ibn Abbas, kemudian terjadi naskh dan diturunkan lagi tanpa ada imbuhan seperti di atas.
    Lagi pula, dalam kodifikasi al-Qur’an yang dilakukan oleh Abu Bakar atas usul Umar dan dilanjutkan oleh Usman merupakan solusi jitu dalam hal menyatukan umat Islam dalam hal bacaan al-Qur’an.
    Memang dalam catatan sejarah, Umar adalah orang yang paling getol menentang ketidak satuan dalam bacaan al-Qu’ran, sehingga pernah satu kali oleh Rasulullah dipukul dadanya, karena tidak mengakui bacaan Hisyam yang melebihi dari kalimat atau huruf yang ia ketahui dari Rasulullah.
    Pada akhirnya, yang terjadi di masa shahabat adalah apa yang diistilahkan Ijmaush Shahabah dengan Sebutan Ijmak Sukuti, karena mereka telah menyepakatinya.
    Tidak mungkin, mereka akan tidak sepakat sementara mereka juga mengetahuinya dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Tidak mungkin mereka justru diam ketika ada kerusakan, padahal masa kejernihan hati dari pancaran sinar agung Rasulullah masih mereka rasakan.
    Apalagi, dalam sementara ini, penyisipan shahabat atas penafsiran sebuah kalimat kadang samar oleh para generasi setelahnya. hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa kita lebih percaya terhadap pengumpulan Abu Bakar dari pada yang lainnya.
    Sedangkan dari Syi’i sendiri, walaupun banyak dari ulama mereka yang mengatakan Tahriful Qur’an ternyata ada ulama dari mereka yang juga getol mengatakan bahwa al-Qur’an tidak terjadi Tahrif. Walaupun juga perlu ditegaskan al-Qur’an mana yang katanya tidak terjadi Tahrif al-Qur’an. Sebab, sementara ini, ada asumsi bahwa al-Qur’an Sunni dan Syi’i tidak sama. Sedangkan al-Qur’an yang ada di tangah kaum muslimin saat ini adalah al-Qur’an yang telah dikodifikasi oleh Ustman yang nyatanya tidak dikehendaki oleh Syi’ah. Sekarang mungkinkah Syi’i mengakui al-Qur’an saat ini.
    Umpama misalkan kedua pendapat ini dapat disatukan dengan mengatakan, baik Sunni atau Syi’i tidak ada yang namanya Tahrif maka tidak akan menjadi masalah yang meruncing lagi. Sebab, kenyataannya kedua kelompok ini semuanya meyakini tidak ada Tahrif al-Qur’an. Kalaupun toh misalkan Sunni dituduh sebagai kelompok yang sejatinya men-Tahrif al-Qur’an kenyataannya al-Qur’an saat ini adalah dari Sunni yang juga dipakai oleh Syi’i. Kalau memang demikian, seharusnya dimunculkan al-Qur’an tandingan yang nantinya kita yakini bersama bahwa “inilah al-Qur’an yang betul-betul steril dari yang namanya tahrif”.
    Namun kenyataannya sekarang, siapa yang sanggup melakukan hal ini, sedangkan yang lebih tahu tentang riwayat al-Qur’an adalah para sahabat Nabi, karena merekalah yang mengerti betul terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi.
    Baiklah kawanku dari Sunni dan Syi’i, coba keduanya bertemu untuk menyelesaikan masalah ini, tidak perlu gontok-gontokan dan perlu ada caci-cacian.
    Kita ketengahkan al-Qur’an baru yang dapat disepakati oleh kedua kelompok ini.
    Terimakasih. Saya cuma ikut nimbrung dan sedikit memberikan sumbangsih pemikiran terhadap kedua kelompok yang saling mengklaim kebenaran itu.

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Salam sobatku A. Jalal….
    luar biasa tanggapan saudara lumayan panjang… kalau boleh saya simpulkan poin-poin penting yang saudara sampaikan adalah sebagai berikut:Walaupun juga perlu ditegaskan al-Qur’an mana yang katanya tidak terjadi Tahrif

    1) Baik Sunni maupun Syi’ah sama-sama meyakini tidak terjadinya tahrif Al Qur’an. Walaupun terkesn ada pengkaburan ketika saudara menulis.
    2) Hadis/riwayat-riwayat Ahlusunnah yang menunjukkan terjadinya tahrif dimaknai sebagai bagian yang telah dimansukhkan tilawahnya…. termasuk dalam kasus ayat:Warahthukal Minhumul Mukhlasin
    3) Al Qur’an yang sekarang hasil kodifikasi Utsman…. sedangkan Syi’ah
    yang nyatanya tidak dikehendaki oleh Syi’ah
    4) Saudara menyinggung masalah turunnya Al Qur’an dengan tujuh ahrufin.
    Akhi A. Jalal, mengenai naskh tilawah, kami telah menulis dua artikel di sini ( “Nasakh Tilawah Adalah Tahrif Terselubung” dan “Nasakh Tilawah Antara Pendukung dan Penentangnya” ). tolong saudara baca dan cermati.

    Mengenai masalah keyakinan Syi’ah akan keterjagaan Al-Qur’an yang ada sekarang dapat anda ikuti ulasannya di banyak artikel di sini juga.

    Mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh ahrufin, Insyaallah akan kami bahas dengan izin Allah, apa dan bagaimana?

    Juga mengenai pengumpulan AL Qur’an oleh Utsman ibn Affan, Insyaallah akan kami bahas dengan izin Allah dalam artilek khusus.

    Sekian dulu tanggapannya.

  48. he..he…

    mohon maap buat saudara2 semua disini kalau ada tulisan saya yang kurang berkenan….
    okey ibnu ja’fari saudara meminta saya membuktikan bahwa al qur’an ayat2 ttt adalah harus pasti bukan yang termasuk dimansukh atau yang mengalami ‘tahrif’…

    baiklah saudara secara singkat dulu saya jelaskan, bahwa yg dimaksud mungkin surat (15:9), mungkin saudara ibnu ja’afari dan mereka semua yang sepaham meragukan ayat ini apakah benar2 dari al qur’an yang turun kepada Rasulullah, atau tidak mengalami naskh mansukh, atau tidak termasuk yang di’tahrif”

    إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

    kalau saya 1000000000 % yakin bahwa ayat tsb benar2 berasal dari wahyu Allah….karena sbb :
    1. saudara cek aja mush’af al qur’an ustmani yang beredar sekarang ini, dari berbagai cetakan, ada nggak ayat tsb..he..he…

    2. saudara cek aja manuskrip mush’af utsmani di perpustakaan yg ada di luar negeri.

    3. saudara cek aja hapalan para hafizh al qur;an dari seluruh dunia, ada nggak surat tsb dari hapalan mereka…he..he…

    4. saudara pahami aja dengan logika kita, apakah suatu ayat yang diriwayatkan dengan super mutawatir semenjak jaman shahabat sampai sekarang, akan mengalami perubahan atau ada yang hilang? sebagai perbandingan sila2 pancasila yang lima buah itu yang dihapalkan oleh jutaan anak sekolah di indonesia ini, apakah ada kata-kata makna huruf yang berubah walau satu hurufpun, kalau ada tolong tunjukkan kepada saya…he..he…

    5. hmmm apa lagi yah….saya kira cukup itu dulu nanti insyaAllah saya tambah lagi….

    saya lebih tertarik untuk membahas dari logika sederhana dulu agar bisa dipahami semua orang, karena kebenaran itu pasti mudah dan bisa dipahami semua orang,,,he…he…
    ya iyalah Islam kan untuk semua umur, semua kalangan status sosial, pasti ajarannya bisa dipahami dengan logika manusia yang paling rendah sekalipun….
    yang susah kan kalo ada yang sengaja menyulit-nyulitkan agar manusia lari dari kebenaran…

    oya satu lagi ibnu ja’fari, Allah itu maha hebat, maha sempurna, maka jangan kuatir agama yang diturunkan pasti sangatlah hebat, dalilnya kokoh menghujam ke bumi, pertahanannya kuat ibarat benteng yang berlapis….

    itu aja dulu…mohon maap bila ada salah….

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Salam mas Dody Kurniawan… inti jawaban saya kemarin adalah bahwa jika ulama Ahlusunnah memaknai “ayat-ayat” yang disebutkan dalam riwayat-riwayat yang ada itu adalah termasuk mansukh tilawahnya maka harus dibuktikan dulu kemutawatirannya… baru boleh bicara apakah dimansukh atau tidak…. tapi (maaf) sepertinya tanggapan balik sauadara kurang nyambung dengan jawaban dan artikel saya….
    Saya harap ini jelas!

    Wassalam.

  49. he…he…saya yakin anda udah paham maksud saya….

    saya tanya singkat aja, surat tsb

    إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

    menurut saudara termasuk yang dimansukh atau mengalami ‘tahfir’ tidak?….

    mohon maap bila ada salah…
    he…he….
    saya kira pertanyaan saya jelas!

    _____________
    -Ibnu Jakfari-

    Salam akhi Dody…. anda sepertinya salah alamat jika bertanya kepada saya (orang Syi’ah) apakah di dalam AL Qur’an sekarang ini ada ayat yang sebenarnya bukan dari Al Qur’an alias ada tambahan!!! Sebab hal itu telah disepakati…. tetapi masalahnya ialah apa kaitannya sehingga pertanyaan itu diajukan kepada saya? Apakah saudara melihat saya meyakini tahrif? Atau saya meragukan ayat di atas? Saya hanya menegaskan bahwa riwayat-riwayat tahrif dalam buku-buku Ahlusunnah sulit rasanya jika diartikan sebagai yang telah dimansukhkan tilawahnya. Bukankan begitu mas?! Jadi coba difahami dengan baik apa yang saya utarakan tentang naskh tilawah.
    Wassalam.

  50. Mas Awliyaurrahman:
    Saya punya kitab yang berjudul “Fi Tahqiqi Najati Abaway al-mustgifa wa annahum min ahlil jannah fil akhiroh” yang ditulis oleh tokoh ahlussunnah terkenal yaitu imam suyuthi. Jadi ahlussunnah yang mana yang ente maksud menjelek2kan orang tua Rasulullah SAW? Atau ente gak bisa membedakan antara ahlussunnah dengan wahabi ????
    Saran saya, sebelum marah2, ngaji dulu mas..

  51. sorry …….kami pengikut ahlussunah tidak diajarkan memaki2 para sahabat dan keluarganya. Gak tau kalo di syiah ya he he he he
    Apa sih untungnya memaki2 para sahabat. Memangnya Rasulullah pernah mengajarkan ummatnya untuk marah2 atau memaki2 bahkan melaknat para sahabat atau istrinya ???????

    _____________
    -Ibnu Jakfari-

    Saudaraku, benar, Islam tidak pernah mengajarkan mencaci-maki, as Sabb, siapapun tidak boleh dicacri-maki, bukan hanya sahabat…. mencaci maki seorang Muslim itu fusuq.

    adapun melaknat, al La’nu, apa saudara punya bukti bahwa Nabi saw. tidak pernah melaknat seseorang dari sahabat beliau?

    Jika benar, konsep Ahlusunnah, bahwa seluruh sahabat bagaikan bintang-bintang, an Nujum, lalu mengapa kalian tidak meniru dan beriqtida’ dengan “Sayyidina” Mu’awiyah kalian dalam melaknat dan mencaci Sayyidina Ali as.?!

    kalau kalian Ahlusunnah ingin tau siapa yang gemar mencaci dan berkata-kata jorok, saya persilahkan kalian baca tafsir al Qurthubi di bagian awal kitabnya; mukaddimah! nanti kalian bakal tau siapa yang gemar caci-maki.

  52. ana balik bertanya:
    Mana buktinya kalo rasulullah pernah melaknat orang muslim ????? Coba ente buktikan !!!!
    Yang jelas terbukti, golongan ente yang gemar mencaci maki para sahabat yang agung itu.
    Mana buktinya kalo muawiyyah melaknat sayyidina ali ???
    Riwayat siapa itu ?

    _____________
    -Ibnu Jakfari-

    Salam mas, kalau saudara mau bukti Nabi saww telah melaknat para sahabatnya yang “nakal” rasanya saya bakal perlu menulis satu buku khusus, karena terlalu banyak…. tapi untuk sekedar membuktikan aja saya akan sebutkan satu atau dua hadis saja…. Sisanya kamu cari sendiri atau tanyakan kepada pak Kyia atau Pak Ustadz Anda….

    A) Nabi saw. Melaknat Marwan dan Ayahnya
    Kebiasaan para sahabat Nabi saww. apabila seorang dari mereka di karunia seorang anak, ia membawa bayi mungil yang baru di lahirkan kepada Nabi saww. untuk di doakan dan diberi berkah, Nabipun terkadang memangku bayi itu sambil mendoakan dan terkadang mendulangnya dengan kunyahan korma.
    Ketika Hakam- ayah Marwan- datang membawa bayinya (Marwan) kepada Nabi saww., maka beliau berpaling dan enggan bemberikan doa dan keberkahan bagi si bayi itu, Nabi justru bersabda:


    الوَزَغُ ابنُ الوَزَغِ , المَلْعُونُ ابنُ الملعونِ.

    Bayi ini adalah cicak anak cicak, yang terkutuk anak orang terkutuk.

    Demikian diriwayatkan para ulama’, diantaranya Al-Hakim an-Nisyaburi dalam Mustadraknya.
    Diriwayatkan dari Imam Hasan as. beliau berkata kepada Marwan ibn al-Hakam:


    لَقَدْ لَعَنَكَ اللهُ على لِسانِ رَسُولِِ اللهِ (ص) وَ أَنْتَ فِيْ صُلْبِ أَبِيْكَ
    .
    Allah Benar-benar telah melaknat kamu melalui lisan Nabi-Nya sementara kamu masih berada di sulbi ayahmu.

    Al-Muttaqi al-Hindi meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata kepada Marwan: Sesungguhnya Rasulullah telah melaknat ayahmu sementara kamu masih dalam sulbinya, jadi kamu adalah sebagian dari laknat Allah.

    Ibnu Umar sebagaimana diriwayatkan al-Bazzar, berkata: Allah telah melaknat al-Hakam dan keturunannya atas lisan Nabi-Nya.

    Abdu Rahman putra Khalifah Abu Bakar juga berkata kepada Marwan: Sesungguhnya Rasulullah telah mengutuk ayahmu.

    B) Imam Muslim dalam Shahihnya, bahwa dalam sebuah perjalanan Nabi saw. bersama para sahabat beliau, dalam perjalanan itu beliau berpesan agar tidak seorangpun yang mendahului beliau menuju tempat air yang kebetulan sangat sedikit itu, beliau bersabda “Jangan seorang mendahului saya ke tempat iar itu.” Tetapi anehnya malah ada sekelompok yang dengan sengaja mendahului beliau mengambli air dari tempat. Kata Hudzaifah ra., “ Maka Nabi melaknat mereka.” (Shahih Muslim. 17,125-126.)

    Pasti Anda kaget atau pura-pura kaget menyaksikan akhlak Nabi Muhammad saw. Atau boleh jadi Anda akan menyalahkan Nabi saw. karena melaknati orang-orang yang Anda cintai dengan sepenuh iman seperti Marwan dan ayahnya dan ?????

    Atau Anda akan katakan bahwa laknatan itu akan disulap Allah menjadi ampunan dan membawa rahmat, sebab mereka tidak berhak dilaknat. Hanya Nabi saw aja yang kurang tepat mengalamatkan laknatannya, semestinya laknatan itu (mungkin dalam pikiran para penyanjung Salaf) akan tepat jika dialamatkan ke Ali ibn Abi Thalib as, Abu Thalib ra atau keluarga Nabi lainnya, bukan kepada keluarga Marwan, Banu Umayyah atau sahabat-sahabat ‘nakal’ lainnya.
    Bukankah begitu Sobat????!!!!

  53. Salam kenal…
    Saya jadi pengen ikut baca terus. Tapi boleh saran ngga? Kalau bisa pertanyaan2 dan komen2 ngga usah pake tanda tanya dan tanda seru lebih dari 1. Kesannya kurang enak…..seperti dipengaruhi oleh emosi. Padahal saya yakin semuanya berusaha menahan diri. Gitu lho.
    Maaf lho.

  54. Maaf saya baru nongol kembali, sebab saya tidak seperti ust Jakfari, mungkin beliau tidak bekerja. kalau saya harus bekerja sebab saya tidak punya suntikan dana dari khumus.
    Maaf kalau saya di anggap membongkar keyakinan yang sesungguhnya dalam syi’ah bahwa al-Qur’an yang ada sekarang telah terjadi tahrif.
    XXXXXXXXX
    (maaf terpaksa saya tidak tampilkan kerana menyimpang dari tema inti.
    strong>
    Ibnu Jakfari:
    Saudaraku el-Askari, Alhamdulillah, Allah mencintai orang yang rajin berekerja demi menafkahi diri dan kelueraga saudara.
    Anda tidak perlu meminta maaf karena membongkar keyakinan Syi’ah, Tetapi yang Anda perlu beristighfar ialah apabila saudara menuduh sesuatu yang palsu dan kemudian saurada nisbatkan kepada Syi’ah.
    Anda membewa beberapa nama dan pernyataan ulama Syi’ah yang Anda tuduh meyakini tahrif, seperti Syeikh Mufid dll. yang saya khawatir bahwa saudara membacanya dari tangan kedua, dari buku-buku yang sengaja ditulis untuk memfitnah Syi’ah dan para tokohnya…. karenanya agar para pembaca dapat melihat langsung teks pernyataan mereka tanpa ada kesalahan atau pemalsuan, maka saudara perlu menampilkan hasil copy/scenernya dan berikut sampul kitab tersebut.
    dalam blog ini telah saya buktikan bahwa banyak dari nama ulama Syi’ah yang dituduh meytakini tahrif (diantaranya oleh Tim Sidogiri), ternyata tuduhan itu adalah kepalsuan belaka, di antaranya adalah Syeikh Mufid, ternyata saudara mengulang menyebutkan nama beliau kembali. Saya jadi meragukan kesertiusan saudara dalam mendiskusikan masalah ini. Tentang adanya beberapa orang dari Syi’ah sebagaimana juga di antara ulama Ahlusunnah ada yang meyakini tahrif bukan sesuatu yang saya ingkari, sejak awal diskusi dalam blog ini tentang tahrif telah saya katakan. Tetapi adalah salah jika menuduh Syi’ah (sebagai mazhab) dituduh meyakini sesuatu dikarena ada seorang atau beberapa orang ulamanya meyakini sesuatu tersebut.
    Apakah Anda akan setuju apabila ada yang menuduh Ahlusunnah meyakini tahrif dikarenakan ada segelintir ulamannya yang meyakini tahrif?

    Selain itu, berulang kali saya katakan, kalian perlu mencermati dengan baik apa maksud mereka ketika mengatakan bahwa telah terjadi tahrif pada Al Qur’an? Apa pada level perubahan teks dengan mengurangi dan atau menambahnya atau dalam level penafsiran, atau perubahan satu dua huruf atau harakat atau dapa level penyusunan surah-surahnya pada tempatnya yang sekarang?
    Apakah Anda mampu memastikan bahwa Al Qur’an tidak mengalami tahrif dalam level-level tersebut di atas?
    Apa Anda menolak bahwa telah terjadi perbedaan dalam urutan peletakan surah-surah antara satu mush-haf sahabat dengan mush-haf sahabat lainnya?
    Apa Anda meragukan bahwa telah terjadi perbadaan dalam banyak bacaan di antara para sahabat, tabi’in dan berimbas pada perbedaan qiraa’t para Ahli qira’ah? seperti contoh-contoh di bawah ini:
    A) Ayat 7 surah al Fatihah sebagaimana dalam Al Qur’an edisi resmi berbunyi demikian:
    صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنعَمْتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوْبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ
    “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
    Sementara Umar bin al Khaththab membacanya:
    سِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنعَمْتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوْبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ
    Demikian diriwayatkan oleh para ulama diantaranya Wakî’, Abu Ubaid, Sa’id bin Manshûr, Abdu bin Humaid, Ibnu Mundzir, IbnuAbu Daud dalam kitab Mashâhif-nya dan Ibnu al Anbâri juga dalam kitab Mashâhif-nya dari banyak jalur dari Umar bin al Khaththab.
    Abu Ubaid, Abdu bin Humaid, Abu Daud dan Ibnu al Anbâri meriwayatkan bahwa Abdullah bin Zaubair membacanya demikian dalam shalat:
    صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنعَمْتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوْبِ عَلَيهِمْ وَ غَيرِ الضَّالِّيْنَ

    B) Ayat 70 surah Al Baqarah mengalami berbedaan bacaan. Dalam Al Qur’an edisi resmi berbunyi:
    قَالُوْا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ البَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّآ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُوْنَ
    “Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu agar Ia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan jika Allah menghendaki (dengan keterangan yang telah kau berikan) kami akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).”
    Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari al A’masy, ia berkata, “Dalam qirâ’ah kami adalah:إِنَّ البَقَرَمُتَشَابِهٌ عَلَيْنَا
    C) Ayat 137 al Baqarah dibeca Ibnu Abbas berbeda dengan yang tertera dalam Al Qur’an yang beredar. Ia membaca demikian:
    فَإِنْ آمَنُوْا بِالَّذِيْ آمَنْتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَّ إِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
    Sementara dalam Al Qur’an demikin:
    فَإِنْ آمَنُوْا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَّ إِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
    serta ratusan contoh lain semisal itu dapat saya hadirkan untuk Anda, apa pendapat Anda terhadapnya? Bukankah itu tahrif/perubahan yang nyata-nyata terjadi dan dialami Al Qur’an?
    Atau Anda punyab tafsiran lain? Silahkan kami tunggu untuk didiskusikan di sini.

    Masalah naskh tilawah Anda perlu cermati pernyataan ulama Syi’ah (Thusi dll), Anda perlu fahami apakah mereka meyakininya dalam tataran wuqu’an atau hanya sekedar imkanan. Anda harus jeli dalam memahami hal ini agar tidak terjatuh dalam kesalahan yang dialami oleh para penulis wahhabi ketika menghujat Syi’ah!

  55. he….he…..’

    senang sekali bisa bertemu anda kembali saudara ibnu jakfari…

    alhamdulillah kalau saudara meyakini bhwa surat
    إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

    tidak termasuk tambahan atau yg dimansukh atau yang mengalami ‘tahrif’…he..he…

    anda bertanya apa hubungannya…??

    gini boz hubungannuya ya jelas dgn masalah analisa logika yang dulu sempat saya uraikan dari 2 premis…

    dibawah ini saya copykan lagi tulisan saya, he,.,,he,,,,silahkan disimak lagi….

    nah itu yang saudara maksudkan memang benar, bukan tahrif tapi naskh…

    bicara logika, ada dua premis nih….

    pertama, dalil al qur’an, bahwa Allah akan menjaganya sampai hari kiamat…

    kedua, adanya riwayat ahlussunnah yang menyebutkan seolah-olah adanya ‘tahrif’…

    sepintas lalu dua premis itu saling bertentangan…
    kalau premis pertama itu pasti benar, maka premis kedua harusnya bukan bermakna bahwa tahfir al qur’an adalah benar2 sebagaimana tahrif yaitu yang berarti kehilangan beberapa ayat al qur’an, seperti tahrif dalam injil….

    kalau premis kedua dimaknai benar2 adanya tahrif seperti dalam injil, bertentangan dong dengan premis pertama…
    kalau bertentangan berarti sama aja mengingkari ayat al qur’an ttg jaminan kemurnian al qur’an….

    itulah hubungannya boz….ini logika bukan yang maen2 boz, karena pada sisi kebenaran absolut seperti 1 + 1 pasti sama dengan 2, bukan kebenaran yang sifatnya relatif…

    he,,,he,,,,

    saya lebih tertarik untuk membahas dari logika sederhana dulu agar bisa dipahami semua orang, karena kebenaran itu pasti mudah dan bisa dipahami semua orang,,,he…he…
    ya iyalah Islam kan untuk semua umur, semua kalangan status sosial, pasti ajarannya bisa dipahami dengan logika manusia yang paling rendah sekalipun….
    yang susah kan kalo ada yang sengaja menyulit-nyulitkan agar manusia lari dari kebenaran…

    oya satu lagi ibnu ja’fari, Allah itu maha hebat, maha sempurna, maka jangan kuatir agama yang diturunkan pasti sangatlah hebat, dalilnya kokoh menghujam ke bumi, pertahanannya kuat ibarat benteng yang berlapis….

    itu aja dulu…mohon maap bila ada salah…

    he,,he,,,,monggo….

    Ibnu Jakfari:

    Tanggapan atas komentar saudara saya serahkan kepada para pembaca. Maaf.

  56. @Dody
    He he he..juga

    @Ibnu Jakfari
    Pinter jg mas IJ, giliran tanggapan2 ngawur diserahkan ke pembaca..:).
    Khan dah biasa mas IJ kl ada yg numpang ngetop.

    @Dody
    Mas Dody kl kepengen ditanggapi cb yg runut, fokus dan tegas/jelas arah bicaranya mau kmn…he..he..juga

  57. Membaca tulisan-tulisan Mas Jakfari, kelihatan sekali ia sangat menguasai kitab-kitab Ahlussunnah. Terimakasih. Namun, yang saya lihat dari tulisan yang Mas paparkan hanya mengorek kesalahan atau membombardir Ahlulssunnah sehingga mengesankan Ahlussunnah telah gagal mempertahankan keyakinannya. Ketika demikian, seharusnya Mas Jakfari juga menampilkan hal-hal yang positif dari Sunni sehingga tidak terkesan bahwa Mas Jakfari hanya mengorek kesalahan orang lain dari celah pintu yang sebenarnya menurut Sunni sendiri bukanlah lubang untuk lari dari kenyataan.
    Makanya, saya timbul tanya dalam hati, apakah Mas Jakfari ini juga meyakini kitab-kitab yang ditulis oleh ulama sunni. Atau setidaknya meyakini apa yang ada di dalam Shaheh Bukhari dan Muslim?
    Sebab, sementara ini, saya lihat dari teman-teman Syiah memberikan hujjah keyakinannya melalui riwayat-riwayat yang dari Sunni hanya ketika cocok dengan ideologi yang mereka yakini. Ketika membicarakan hal lain yang tentunya sangat bertolak belakang dengan keyakinannya, sementara ini tidak diakomodir.
    Nah, tentunya, ketika Syiah meyakini tulisan-tulisan yang ada di kitab-kitab Sunni tidak berstandar ganda. Akomodir semuanya.
    Oh ya, bagi teman-teman yang Sunni, saya perhatikan sangat kentara sekali bahwa selama ini kalian belum menguasai betul apa-apa yang ditulis oleh ulama kalian. Sebab, ketika Mas Jakfari mengomentari karangan mereka, kalian bungkam seribu bahasa. Jika memang anda meyakini terhadap buku-buku anda adalah suatu hal yang benar seharusnya dibela mati-matian, tidak perlu perlu bersikap kerdil.
    Jadi, menurut saya baik Sunni ataupun Syi’i harus bersikap fair dan bijaksana. Kita kritisi karya orang lain, bukan berarti kita menutup mata hal yang benar di dalamnya.
    Selamat berdiskusi semuanya.

    Ibnu Jakfari:

    Mas A Jalal, kalau selama ini kami membawakan dalil-dalil dari kitab-kitab Sunni, karena memang demikian tuntutan etika dialoq…. harus membawakan dalil dari kitab-kitab yang diyakini kemu’tabarahannya oleh pihak lawan diskusi….
    Ketika kami bawakan dalil-dalil yang mugkin dinilai mengorek kesalahan Ahlusunnah itu sebenarnya sekedar untuk menyedarkan mereka bahwa di kitab-kitab dan di antara ulama mereka pun ada yang bermasalah.
    Wassalam

  58. Saya tetap memohon tulisan ini di tampilkan agar tetap ilmiah dan fair, jangan di sembunyikan biar yang lain juga bisa menilai. Maaf kalau ga’ nyambung, sebab saya tidak sepenuhnya mengikuti, internit saja harus ke warnet, yang penting tulisan di bawah ini di jawab dulu.
    XXXXXXXXXX


    Ibnu Jakfari:

    Seperti talah saya katakan kalau kpmentarnya nggak nyambung terpaksa tidak saya tampilkan.

  59. Mulai kemarin-kemarin ketika saya menampilkan nama-nama ulama’ syiah dengan komentarnya sendiri tentang tahriful qur’an anda tidak mengomentarinya.
    sebelumnya sudah saya katakan, saya bukan tidak bisa menampilkan pembelaan atas para sahabat Imam Malik, Imam Bukhari dan yang lainnya Radhiyallahu anhum ajma’in, dalam komentar beliau-beliau yang anda tuduhkan sebagai pernyataan tahrif, saya kira itu tidak penting, dalam kitab-kitab Ahlussunnah itu sudah sangat jelas sekali, semakin anda menampilkan itu maka anda semakin menjadi bahan tertawaan.
    makanya saya minta data yang tegas dari ahlussunnah yang mengatakan “waqa’a fi al-Qur’an at-Tahrif wa at-Tabdil” atau ” Anna al-Qur’an Muharraf” bukan dalam kontek Nashikh manshukh, jika anda tetap bersikukuh menanyakan konsep nasikh mansukh maka tanyakan dulu kepada ulama’ syiah sendiri seperti ath-Thusi, ath-Thabrisi dll , Ath-Thusi dalam at-Tibyan 1/392 telah berkata:
    وقد أنكر قوم جواز نسخ القرآن ، وفيما ذكرناه دليل على بطلان قولهم، وجاءت أخبار متظافرة بأنه كانت أشياء في القرآن نسخت تلاوته

    Ibnu Jakfari:

    Sunguh luar biasa, komentar tidak nyambung tapi teta[ aja maksa minta ditampilkan dan ditanggapi…….
    Coba kamu renungkan apa yang saya tulis dalam artikel di atas, apa komentar kamu itu nyambung?
    masalah komentar ulama syi’ah yang kamu katakan menunjukkan tahrif itu juga aneh, karena mengutip sepenggal-sepenggal dan dengan pemahan yang salah anda banggakan…. untuk sekedar membuktikan sekarang Anda rujuk komentar Syeikh Mufir (Radhiyaalhu ‘anhu) dalam salah satu artikel saya di sini pasti Anda sadar bahwa Anda sedang keliru atau ingin mengelirukan orang lain.
    Masalah nasikh tilawah apa pendapat ulama Ahlusunnah sepakat bulat akan inkan dan wuqu’nya (secara konsep dan terjadinya)?
    Apa pendapat kamu tentang sekelompok ulama Sunni yang menentang naskh tilawah?
    Masalah redaksi jelas dengan waqa’a tahrif fi al qur’an atau semisalnya… anda ini sepertinya hanya punya satu kata dalam kamus kamu…. kalau ada yang bilang bahwa utsman menggugurkan beberapa bagian Al Qur’an, apa redaksi seperti itu kurang jelas menunjukkan keyakinan terjadinya perubahan pada Al Qur’an?
    Kalau ada seorang ulama Sunni tetap kotot menganggap teks tertentu (yang sekarang tidak tercantum dalam mush-haf Utsmani) adalah bagian dari Al Qur’an dan ia membacanya dalam shalat, apakah masih kurang tegas dan jelas bahwa si alim sunni itu meyakini tahrif? dengan meyakini bahwa Al Qur’an yang sekarang ini tidak memuat total Al Qur’an?!
    Mas, saya pikir kamu perlu meluruskan cara berpikir kamu! Jangan lari dari kenyatan dengan memutar balikkan semua itu pada konsep naskh yang sudah saya bantah dalam dua artikel tapi tidak aja bantahan yang berarti!
    Diskusi nask di sana!
    Di sini kamu perlu menanggapi hadis-hadis tahrif sunni yang saya sebutkan!

  60. he…he….

    @ pencari kebenaran

    maksud saya jelas sekali kok, saya kira bapak pun sudah paham tulisan saya….

    @ ibnu jakfari

    terus terang saya belum puas dgn jawaban saudara
    sekilas pertanyaan saya mungkin ngawur menurut saudara, tetapi cobalah dijelaskan dgn analisa logika saudara untuk membetulkan “kengawuran saya”…he…he…

    @ el askari

    lanjut boz……
    saya dukung dari belakang, samping, kiri dan kanan…

    he…he….

    mohon maap bila ada salah….

  61. Salam..

    Akhi Ja’far…teruskan perjuangan antum..bihaqqi Muhammad wa aalihi..

    @ el askari…
    1. bahasa anda terlalu “njlimet” (bhsa jawa artinya kacau)
    2. ga usah muter2 klo keluarin argumen.
    3. bawa dalil jangan kaya wahabi yg suka banget potong2 hadis atau riwayat..
    4. Kecurangan anda sudah terlihat, kenapa ga ditanggapai??? ( tuh di ” mengungkap kecurangan sdra el askari”)

    Wassalam

  62. @Ibnu Jakfari

    Allah ma’akum maju terus ustad, jawaban-jawaban ustad sangat mantap, jelas, dan gamblang….

    para wahabi kelihatan limbung, dan memaksakan kehendak dan argumen-argumennya yang lemah dan morat-morat (tidak rnyambung) pembaca yang arif memahami itu….. hanya wahabi fanatik buta yang tidak memahami..

    jazakumullahu khoiran…. Allahu fi aunikum ya Ustad !!

  63. Sepertinya, saya juga penasaran terhadap komen dari el-Askari yang katanya Jakfari nggak nyambung. Seharusnya demikian, biarkan pembaca yang menilai tulisan siapa yang paling benar, sesuai dengan landasan Mas Jakfari selama ini.
    Jangan sampai blog ini dikatakan sebagai blog yang tidak fair dan serampangan, karena penilaian ada pada pembaca.
    Trims.

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Insyaallah, semua komentar akan saya tampilkan selama masih dalam tema yang dibicarakan, tetapi jika keluar dari tema, maka saya tidak berkeharusan menampilkannya…. sebab menyebabkan blog ini menjadi sasaran sampah bagi siapapun yang hendak mengacaukan diskusi. contoh jika, artikel saya tentang hadis-hadis tahrif dalam Shahih Bukhari, lalu ada yang bicara lain, tidak menanggapi artikel saya, maka saya hemat waktu saya… saya tidak akan menanggapinya….

  64. Terimakasih atas tanggapan Mas Jakfari terhadap tulisan saya.
    Masalahnya Mas, ketika sebuah dialog mengorek kesalahan orang lain dengan menyampingkan kebenaran yang ada justru lucu.
    Saya cukup berpegangan pada pendapat Imam Syafi’i ra. Pendapatku benar dan kemungkinan salah, dan pendapatnya salah dan kemungkinan benar.
    Sekarang, tidak mungkin toh mengklaim sratus persen bahwa Syiah itu benar atau Sunni yang benar? Karena persoalannya demikian pelik.
    Oleh karenanya, jika sebuah dialog menginginkan adanya titik temu dari sebuah kebenaran maka antara semua pihak ada semacam kesepakatan bahwa akan mengakui kebenaran lawan.
    Dalam masalah demikian, baik sunni atau Syi’i seharusnya juga tidak menutup mata kebenaran argumen lawan.

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Salam Mas A. Jalal al Muntadzar…. benar apa yang saudara katakan…. jangan mau menang sendiri atau tidak mau mengakui kebenaran yang ada pada pihak lawan diskusi….
    Di sini saya juga bermaksud meluruskan cara berpikir dan logika keliru yang ditrapkan teman-tema Tim Sidogiri. Hanya itu….

  65. Salafy Wahabi dari dulu memang udah menderita gangguan mental Pokoknya

    @Dody
    sebenarnya sampean itu mau buktiin apa?
    yang saya lihat kayaknya sampen risih banget dengan adanya riwayat tahrif dalam kitab ahlussunnah. padahal sudah jelas ada. Sampean mau bersikeras menolak yah itu urusan sampeanlah. Lucunya sampean itu seolah mau menyadarkan orang bahwa Al Quran itu bebas dari tahrif padahal sudah jelas gak ada yang meyakini itu disini. Kalau sampean mau berpegang teguh pada ayat Al Quran yang menunjukkan keterjagaan Al Quran sehingga semua riwayat tahrif Ahlussunah itu menjadi tidak berguna, ya sok atuh silakan . Justru yang begitulah yang diyakini oleh Syiah
    jadi kenapa sampean gak kritik tuh orang yang sampean dukung dari depan,samping, belakang dan gak tahu deh dari mana lagi, itu loh si el askari yang ngabisin tenaganya untuk membuktikan adanya riwayat tahrif di sisi Syiah. Naif betul 😆

  66. Salam

    Lucu yaa…ada Nashibi taqiyah..katanya ga boleeeh…?? gmn sih..??…taqiyah apa munafik tuh…?

    Syiah mah ga ada yg bego2 amat begitu…lha wong disuruh belajar akhlak oleh Rasul saww dan Ahlul Bait..!

    wassalam

  67. he,,,he,,,”

    salam ibnu jakfari dan semua saudara syiah….

    shubhanallah wahai saudara..kenapa tulisan saya dihapus, karena tidak berbobot ya….

    ya udah terserah saudara…
    tapi cobalah saudara renungkan, apapun pertanyaan yang diajukan kalau saudara memang mempunyai segudang argumentasi tentulah saudara bisa menjawabnya dengan memuaskan…

    nah dari pertanyaan yang sepertinya ‘sepele’ ‘ngawur’ aja saudara tidak mau menjawab, apalagi pertanyaan yang lebih berbobot….he…he…

    maap kalo saya kebanyakan he…he…
    bukan berarti saya menertawakan saudara, tapi ini menunjukkan kalo saya masih berkepala dingin….nggak emosi…

    suatu pertanyaan sederhana lagi dari saya, kalau saudara syiah semua ini tidak meyakini tahrif al qur’an mestinya anda tidak perlu membahas panjang lebar soal tahrif tsb untuk menunjukkan kepada makna tahrif…..

    suatu keanehan kalau saudara tidak setuju tahrif, mestinya anda akan memberikan penafsiran berimbang seperti sunni lakukan bahwa semua itu naskh bukan tahrif….

    kalau ada perkataan shahabat yang mengatakan “HILANG’ berarti itu hilang dalam makna proses bukan HASIL AKHIR…

    dalam proses al qur’an yang masih turun (waktu jaman nabi masih hidup) wajar dan sangat dibenarkan kalau Allah sendiri menghilangkan beberapa ayat al qur’an yang sudah diturunkan…itulah makna tahrif sebenarnya (naskh) yaitu dalam kaitannya PROSES bukan HASIL AKHIR…

    kemudian setelah menjadi HASIL AKHIR dalam wujud mushaf usmani, tentunya HASIL AKHIR tsb tidak akan mengalami perubahan sampai hari kiamat…inilah makna surat al hijr : 9….

    jadi apapun pembahasan tahrif al qur’an saudara ya tidak akan bermakna apa2 karena itu dalam PROSES bukan HASIL AKHIR…

    NAH SAYA KIRA CUKUP JELAS BUKAN…

    semoga tulisan saya tidak dihapus lagi….

    he….he…

    ada masalah lain yg terlupakan oleh saudara bagaimana komentar saudara dgn mushaf ali???

    he…he…

    semoga tulisan saya tidak dihapus lagi….

    ____________
    -Ibnu Jakfari-

    Andai kaum penabur fitnah tidak meracuni kaum awam dengan tuduhan palsu bahwa Syi’ah meyakini tahrif, pastilah saya tidak akan membahasnya dan tidak akan terkapsa memelekkan Anda dan terman-teman Anda bahwa tahrif juga ada di lingkungan Anda baik pada level riwayat maupun ulama yang berpendapat.

    Saya harap Anda mau memerhatikan kanyataan ini, dan baca artikel saya

    1. Tokoh-tokoh Ulama Ahlusunnah yang meyakini Tahrif al-Qur’an (1)
    2. Tokoh-tokoh Ulama Ahlusunnah yang meyakini Tahrif al-Qur’an (2)

    Selain itu, bagaimana Anda memaknai kata; Hilang dalam hadis Ibnu Umar:“Telah banyak Al Qur’an yang hilang”? dengan :dalam proses bukan hasil akhir?! Dan demikian juga dengan kata-kata serupa dan senada dalam hadis Aisyah dan sahabat lainnya?!

  68. Setelah membaca posting2 yg panjang2. Kesimpulan saya, ada kerancauan antara istilah “tahrif’ ebagaimana yg dituduhkan kepada syi’ah dan “naskh tilawah” sebagaimana yg di yakono sunni. Barangkalo ada baiknya kalo kedua pihak menjelaskan secara rinci dan gamblang pengertian secara epistemilogi “tahrif” dan ‘Naskh tilawah”. Apakah konsep naskh tilawah juga di yakini oleh syi’ah ??? Apakah perubahan kalimat alqur’an yg menjurus pada legitimasi kekuasaan dan keutamaan sahabat ‘Ali kw tergolong naskh atau tahrif ???
    Adakah syi’ah juga mengakui ttg adanya sebagian kalimat alqur’an yg mengalami perubahan atau pengurangan, khususnya terkait ayat yg memperkuat possisi ali kw ? Jika jawabnya ia, lantas apa istilahnya , tahrif atau naskh ?
    Mohon pencerahan dari ustadz Ibnu jakfari.

    ______________
    -Ibnu Jakfari-

    Lebih baik, Anda fokus pada artikel di atas dulu. Masalah naskh sudah dibahas di tempat lain. Silahkan diteliti.

  69. shobahul khoir ya ibnu jakfari…

    @ elkaff

    he…he….
    saya setuju dgn pendapat saudara…

    @ ibnu jakfari

    ada persoalan yg terlupakan atau sengaja dilupakan?…
    ada persoalan yg rumit atau sengaja dirumitkan?…

    adapun kata hilang adalah similliar dgn sesuatu yang sudah tidak ada lagi pada masa sekarang….
    sesuatu yang sudah tidak ada lagi itu mengandung makna relatif, bahwa memang sengaja dihilangkan oleh yang empunya atau tidak ada lagi karena sebab2 tertentu diluar kehendak si empunya….

    nah tinggal kita memilih penafsiran yang benar dari dua hal tsb….
    berani nggak saudara mengatakan bhw hilang adalah bermakna sudah tidak ada lagi karena sebab2 tertentu diluar kehendak si empunya sendiri….

    he…he…
    kalau berani silahkan konfrontasikan dgn keimanan saudara kepada al hijr ayat 9…

    sederhana aja kan…..

    lanjut….
    maap bila ada salah….

  70. SAYA KHAWATIR UMMAT ISLAM YANG AWWAM AKAN JADI KEBINGNGAN BILA MEMBACA POSTING DIATAS. SEMENTARA YANG ADA DALAM PIKIRAN ORANG2 AWWAM INI HANYA NU DAN MUHAMMADIYAH.

  71. Dody kurniawan itu bicara apa ya. kok “mulek” ora karuan kayak -ma’af- kayak kentut diruangan tertutup nggak ada jalan keluarnya.

    walhasil mbulet, mungkin ini filsafat wahabi kali ya!

  72. shobahul khair….

    he…he…

    @ jaka sembung…

    jaka sembung bawa golok…ga nyambung….
    he,,,he,,,

    @ amir faisol…

    yg wahabi tu siapa ya…
    kalo kloningan wahabi NU, salafi NU mungkin saya ini kali…
    he…he,,,,

    @ ibnu jakfari…
    terima kasih atas berbagai jawabannya…walau saya belum puas dgn argumentasi saudara…

    okey tapi sekali lagi terima kasih atas tulisannya..
    saya pelajari tulisan saudara, dan setelah ini saya insyaAllah kalo Allah memudahkan saya akan menuliskan jawabannya dgn lebih serius dan mendalam…

    kemarin sih…baru pemanasan…he…he..
    alias muqaddimahnya…

    semoga Allah memudahkan langkah saya…

    tapi ga janji lhooooo…..
    tapi InsyaAllah akan saya coba, dan saya harus jalan2 ke perpustakaan, tapi mohon maap kalo agak lama soalnya saya juga tiap hari cari nafkah maklum karyawan baru jadi harus rajin…he…he…

    pesan saya kepada saudara dan semua saudara syiah di sini …renungkanlah tulisan2 saya…dan semoga tulisan saya tidak dihapus..

    he…he…

  73. @ibnu jakfari
    Bolehkah saya memberi nasehat sedikit? Klu saya membaca cara berdiskusi sdr el Askari kaya bkn diskusi tapi tuduhan, paksaan dan fitnah. Jd anggapan saya mereka merupakan penganut Jahilia Modern yg menamakan Tirani Salafi. Mereka yg demikian walaupun sdh secara jelas dan gamblang dijelaska. mereka tetap menolak mereka tetap memaksakan keinginan mrk. Bayangkan bgm Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan kemudian turun ke Muawiah lalu Yazid b. Muawiyah. Jd Muawiayah menciptakan agama baru yg sedang dianut mereka

  74. Kenapa kita selalu diributkan antara Suni Syiah? tidakkah kita melihat bahwa umat butuh pemimpin yang bisa membimbing, mereka.

    Syiah selama itu tidak menyimpang dari Pokok akidah yang telah muktabar maka itu bisa berdampingan dengan siapapun Umat Islam.

    yang haram dari semuanya adalah ketika mereka menggunakan hawanafsunya. bukan Alquran dan hadist.

    tidak ada Syiah dan Tidak ada sunni kita semua adalah muslim.

    kita harus maju bersama melawan musuh-musuh islam. Amerika dan ANteknyalah Musuh utama kita bukan Sesama Muslim.

  75. @ Ustadz ibnu jakfari
    Wah sy kecewa dg jwaban anda. Maaf sy sdh baca semua posting di atas, terutama tulisan anda, dan alhamdulillah sy memahaminya. Saya tdk melihat sedikitpun anda menyinggung ttg konsep naskh tilawah dan takhrif mnrt madzhab Syi’ah, oleh karena itu sy mempertanyakannya untuk kesempurnaan pembahasan ini. Kalo anda tdk memahaminya atau mmg tdk ditemukan konsep itu, ya gak apa2, tapi tolong hargai pendapat orang lain. Dan yg terakhir, mohon posting dari elaskari di muat semuanya, jgn di potong2, biar semua bisa membaca lalu menilainya, bukan anda saja yg menilainya, jadi kelihatan fair kan ????
    Mohon maaf kalo ada kalimat sy yg kurang sopan.
    Wassalam.

    ___________
    Ibnu Jakfari:

    Sayyid Idrus Al kaf -semoga Allah memuliakan anda seperti Allah memuliakan nasab anda-
    Saya mengerti apa yang saudara maksudkan? Saudara menginginkan saya menyebutkan bahwa di antara ulama Syi’ah seperti Syeikh Tuhsi, misalnya ada yang membenarkan adanya naskh tilawah!
    Saya sudah katakan, Anda perlu baca langsung komentar para tokoh kami, perhatikan apakah mereka membenarkannya wuqu’an atau hanya dalam tataran imkan saja?

    Kedua, apakah mereka membenarkan ratusan contoh yang oleh Ahlusunnah dianggap sebagai naskh tilawah atau hanya membenarkan satu contoh saja yaitu kasus ayat rajam?

    Ketiga, Apa menurut saudara bahwa ulama Ahlusunnah seluruhnya sepakat membenarkan adanya naskh tilawah, baik dengan hukumnya atau hanya tilawah saja?

    Lalu Apakah saudara yakin bahwa semua yang disebutkan dalam riwayat itu tentang hilangnya sekian banyak ayat dan surah dapat dikategorikan sebagai naskh tilawah?

    Apa pendapat saudara tentang pernyataan para sahabat dan tabi’in bahwa disebabkan terbunuhnya para sahabat penghafal surah-surah AL Qur’an tersebut, maka surah-surah dan ayat-ayat tersebut hilang dan tidak lagi dapat ditemukan? Apa itu termasuk kategori naskh tilawah ya Sayyid….?
    Saya berharap Anda sebagai Sayyid mau menengok barang sedikit ajaran leluhur suci saudara; Imam Ja’far, Imam Baqir, Imam Zainal Abidin as.

  76. Ternyata al-Mufid juga berkeyakinan bahwa qur’an yang ada sudah terjadi pengurangan dan penambahan. ia berkata:
    إن الأخبار قد جاءت مستفيضة عن أئمة الهدى من آل محمد صلى الله عليه وآله
    وسلم بإختلاف القرآن وما أحدثه بعد الظالمين فيه من الحذف والنقصان

    __________
    Ibnu Jakfari:

    Mas kulaini bin A Jalal bin Nawawi…. kata orang Arab:

    إذا سَتكذب كُنْ ذكيا
    jika mau berbohong yang cerdas!

    Saudaraku Anda ketinggalan kereta! sekarang sudah siang. Matahari telah terbit…. tidak ada tempat lagi bagi para penyamun…. penipu… tukang kibul….
    Bukti-bukti yang saya kemukakan sudah cukup bagi yang berakal sehat dan bernurani bersih!
    yang harus saudara lakukan adalah menyelamatkan para tokoh kalian yang telah meyakini tahrif! Itu yang perlu kamu bela! Saya tunggu pembelaan kalian wahai saudara-saudaraku…. ustadz-ustadaz… wahai sarjana-sarjana cerdas… gus-gus berbakat…. kyai-kyai berilmu….
    Apa menurut kalian hukum yang pantas diberikan atas ulama kalian yang meyakini tahrif seperti yang saya telah buktikan dan data-data rahasianya saya bongkar?
    Kalian tunggu saja, saya akan terus bongkar sampai kalian sadar dan berhenti memfitnah!
    إن عدتم عُدنا

    ًWassalam.

  77. Disebutkan oleh jakfari bahwa al-Mufid tidak berkeyakinan tahrif dalam al-Qur’an yang beredar sekarang, dalam tanggapannya untuk Sidogiri ia mengatakan bahwa perkataan al-Mufid semestinya di tulis, Dalam Awâ’il al-Maqâlât hlm 91ia berkata:
    إن الأخبار قد جاءت مستفيضة عن أئمة الهدى من آل محمد صلى الله عليه وآله وسلم بإختلاف القرآن وما أحدثه بعد الظالمين فيه من الحذف والنقصان

    Ibnu Jakfari:

    Pak kul bin A Jalal…. Makanya jangan hanya baca Menjawab Sidogiri 1 saja, baca lanjutannya, biar kamu tidak mbulet bin mumet seperti TONG SETAN.

  78. Assalamualaikum Wr Wb
    saya melihat isi dari tanggapan di blog ini kebanyakan dari sisi amarah bukan keilmuan, saya seorang muslim (tidak sunni, tidak syiah) saya cuman mau mengikuti Nabi besar Muhammad SAW, jadi bagi saya selama suatu pemikiran, tindakan, dan keyakinan masih sempurna tidak menyimpang dari ajaran yang di bawa oleh nabi besar dialah Alussunnah wal jammaah, mohon maaf kalo pendapat saya salah, akan tetapi dari yang saya lihat berapa banyak yang mengeluarkan pendapat atau opini cuman berdaasarkan sejarah dan kitab tetapi tidak melihat apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, saya bangga menjadi seorang muslim, akan tetapi saya kecewa terhadap saudara2 yang berasumsi dari pemikiran masing-masing, mohon berpikirlah secara arif bertindak lah secara bijak.
    Wassallam

  79. salam
    saya telah membaca artikel tentang tahrif al-qur’an, penelitian yang di lakukan ulama’ sunni maupun syi’i berikut tanggapan mereka mengenai tahrif alqur’an dan sering saya cek pada sumber aslinya, studi tentang syi’ah telah saya minati sejak saya MI / SD, saya terlahir dari kalangan NU dan berlatar pendidikan NU, tapi secara diam-diam karena minat saya pada studi syi’ah, saya belajar dari alim syiah dan baca buku-buku syi’ah. dan saksikanlah: SYI’AH JA’FARI AKU PILIH SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. dan karena kurang ilmu, saya akn tetap belajar. saya hanya mampir di blog ini.
    salam.

  80. maaf mas,
    barang siapa yang menganggap al-quran itu sudah berubah, saya sampai kiamatpun tidak akan PERCAYA,
    alquran aliyah dan daniyah, selamanya tidak akan berubah.
    al-quran hanya turun kedalam dada rasulullah, bukan kepada anda (wahabi/salafi/syii/imam suci). hanya ada dalam rasulullah saja alquran itu diturunkan , dan kitab al-quran sekarang adalah pendohiran firman allah kepada rasulullah. yang akan terus dijaga oleh tentara tentara allah, termasuk rasulullah.
    saya pencinta Allah, rasululah, ahlul bait, dan saya berprinsip kitab alquran tidak akan pernah bisa diubah oleh siapun.

    Ibnu Jakfari Berkata:

    Alhamdulillah Anda sudah berada dalam keyakinan yang benar tentang Al Qur’an. Al Qur’an senantiasa dalam pemeliharaan Allah Swt. dari perubahan,pengurangan dan penambahan.
    Wassalam.

  81. malem ustadz ibnu jakfari…he..he..

    lama tak jumpa,,,masyaAllah setahun lamanya….

    ya saudara benar…al qur’an tidak akan mengalami perubahan/tafrif …benar sekali….

    dan sepertinya tidak perlu memperpanjang pembahasan, karena tidak ada ahlussunah yang meyakini bahwa AL qur;an mengalami tahrif….

    he…he….

  82. sebenarnya masalah ini hanya pengulangan sejarah saja…
    apa yang saudara ustadz tuliskan sudah didahului oleh pendahulu anda….

    ada yang menggelitik dalam alam pemikiran saya, setelah menelaah argumen saudara,,,,sepertinya semua bermuara kepada sosok para shahabat nabi muhammad saw…larinya ke arah situ juga kan…
    wahai ustadz apa bener demikian…

    sepertinya semua kajian ustadz ini bermuara kepada upaya menyerang pribadi2 mulia dari para shahabat nabi saw…

    sebelum saya mengomentari semua tulisan saudara, saya ingin bertanya kepada saudara ustadz ibnu jakfari…bagaimana sikap anda kepada sayyidina Abu bakar dan umar bin khatthab serta sayyidina usman bin affan ra…

    silahkan ustadz…’

    semoga diskusi kita bisa menarik….he…he…

    Ibnu Jakfari:

    Jawab aja biar tidak keluar tema.

  83. Alhamdulillah saya juga baru selesai membaca buku Sejarah Al-quran yang ditulis oleh Prof.Dr. M Hadi Ma’rifat yang saya beli beberapa tahun yang lalu (baru sempat)…
    ini menyadarkan saya mengenai al-quran begitu juga membantah mengenai perbedaan al-quran yang katanya ada. disinyalir bahwa syiah memiliki al-quran ternyata itu adalah kelakuan para pembohong. al-quran tetap satu dan terjaga oleh Allah azza wa jalla.

  84. @ putri malu

    al qur’an memang tidak akan mengalami perubahan, itu jelas….yang aneh kenapa coba ada seorang penulis mengungkit2 masalah ini dengan maksud seolah2 mengatakan bahwa al qur’an itu ada perubahan…

    langkahnya kemana hayo….

    apa lagi kalau bukan para penulis ini seolah2 mempunyai al qur’an yang beda…
    heheheheheh…..

    maap bagi mbak yang belum lama mempelajari sunni dan syiah mungkin akan bingung dengan hal ini, tapi nanti insyaALlah akan diberikan kejelasan, percayalah ALlah akan menunjukkan kebenaran semuanya..

    cobalah kalau anda berani bertanya kepada penulis syiah ini, bahwa ada di antara sekte syiah dan ulama syiah yang meyakini al qur;an ada perubahan…dan tanyakan kepada penulis ini bahwa sebagian sekte syiah meyakini al qur;an yang beda…

    silahkan suruh penulis ini bersumpah dengan nama Allah kalau berani…

    kebenaran akan menyertai kejujuran….

    andai saya bertemu dengan penulis syiah ini, akan saya tatap wajahnya, dan sorot matanya….akan kebaca deh…hehehe…

  85. wah tulisan saya dihapus lagi,,,hehehe…

    okey ndak apa2,,,nanti saya tampilkan sendiri aja,,,,hehehe…

  86. intinya begini saja kl memang ibnu jakfari tidak mengakui perkataan ulama2 syiah yg sangat diagungkan bahkan mempunyai kedudukan yg sangat tinggi tentang tahriful qur’an, maka ibnu jakfari ini mengikuti siapa?? ko aqidahnya amburadul begini syiah.

    dan kl memang ibnu jakfari mengatakan bahwa syiah tidak meyakini tahriful qur’an, bagaimana bisa meyakini al Qur’an sedangkan yg mengumpulkan Al Qur’an adalah sahabat2 mulia Rosul SAW seperti sayyidina Abubakar Ra, sayyidina uamar Ra, dan sayyidina utsman Ra yyg jelas2 mereka caci bahkan syiah murtadkan.
    bagaimana bisa kita meyakini Al qur’an yg dikumpulkan oleh orang2 murtad seperti kata syiah??

    memang syiah dari mulai lahirnya terkenal dgn aqidah berdusta dan memfitnah. sampai2 Al Habib Abdulloh Bin Alwi Al Haddad mengatakan syiah imamiyah seperti kotoran unta, jd ulamanya kotor, dan pengikutnya jg kotor.

  87. hahaha. pengecut jg ternyata ibn jakfari ini. baru aja ditanya dgn pertanyaan yg mudah udah kebingungan.ini menunjukkan bahwa aqidah kalain memang busuk.

    kl berani itu tampilin dong komentar ana. jgn jadi pengecut. tunjukkan siapa nte sebenarnya kl memang nte benar.

  88. Buat bani jinsi @Hamid al Hamid!!
    YEK, kalau mau komentarpakai otak ya….. jangan asbun………. ana al hamid juga malu…. nanti dikira semua bahlol sprt ente!
    komntar baru sehari udah nudh bang jakfari tidak beranu tampilkan!!!
    Ente al Hamid dari mana? walidak namanya siapa? AL Hamid beneran atau al hamid PACITAN?! alias HABIB ASPAL (Asli tapi palsu.. cuma anfak tok yang panjang tapi akal ente tidak panjang berpikirnya!!!!!!!
    ente perlu beri kami jawaban pasti tentang hadis-hadisnya Suni yang tegas-tegas ngatakan tahrif qur’an.????? semuanya dah dibongkar bang jakfariku muhtaram

  89. ya habibi……… setau ana anak itu pasti meniru watak bapaknya……… tapi aneh kalau ada habib tidak mewarsi watak leluhurnya eh malah meniru bani umayyah dan arab-arab nashibi……. al hamid tapi membela nasihibi dan anti leluhurnya sendiri
    kalau ada alawi tidak maka:
    الكلب خيرٌ منه*** فإن الكلب طبع إبيه فيه
    ya habib kembalilah ke jalan leluhur kamu… sebab sejak jaman jahiliah saja bani hasyim itu memimpin lalu kan aneh kalau setelah jaman islam malah ikut ajam! atau ikut arab baduwi SA, atau ikut Kyai kepet………. ya habib malu donk..

  90. Saya sepakat dg mas Jakfari bhw adanya riwayat2 tahrif Al-Quran baik yg (dianggap) ada dlm kitab2 hadis Sunni maupun Syiah tidak secara otomatis atau tidak bisa dianggap mewakili keyakinan mazhab ybs atau djadikan amunisi untuk memvonis. Karena sbgmana diketahui bhw derajat periwayatan hadis sangat berbeda dg Al-Quran, yaitu ada yg mutawatir dan banyak pula yg tidak mutawatir (dhaif/palsu) sbg akibat perlakuan umat sendiri trhdp hadis khususnya di kalangan Sunni dimana hadis mengalami keterlambatan dlm pembukuannya ( sekitar th 80-an H) bahkan sempat dibakar/dimusnahkan oleh khalifah Abu Bakar dan Umar, shg sdh keburu bercampur baur dg hadis2 palsu.

    Sementara Al-Quran disamping dari sejak awal sdh dicatat dibawah pengawasan dan petunjuk nabi saw, juga dihafal oleh generasi yg satu ke generasi yg lain dan mendapat perhatian yg khusus dari umat Islam shg kalau ada sedikit saja kekurangan atau kelebihan, maka segera akan diketahui dan dikoreksi.

    Inilah makna dari ayat :“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”

    Artinya Allah Swt menjaga dan memelihara Al-Quran melalui HAFALAN umat Islam dari generasi ke generasi selanjutnya. Tentu saja tidak semua org mampu menghafal Al-Quran. Ada syarat2 tertentu yg harus dipenuhi oleh para hafidz. Semakin bersih batin seseorang maka akan semakin kuat hafalannya.

    Jadi perdebatan masalah tahrif yg ditujukan untuk memojokkan salah satu mazhab sebenarnya hanya buang2 waktu dan tenaga saja, karena bagaimana mungkin Al-Quran yg kita terima saat ini secara mutawatir, yg dihafal oleh banyak orang yg sekaligus juga bisa saling mengoreksi dan kita2 yg diskusi di sini meyakininya, kok bisa2nya percaya sama riwayat2 tahrif yg sdh jelas riwayat2 palsu yg diselundupkan oleh musuh2 Islam dan konyolnya digunakan untuk memojokkan mazhab lain ? Kalau misalnya teman2 Sunni menuduh adanya keyakinan tahrif di kalangan ulama Syiah atau sebaliknya, berarti yg menuduh itu sama dg tidak meyakini ayat Al-Quran yg saya kutip diatas (:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”).

  91. no coment deh ,,slam aje untuk smuaye ,,trutama untuk bang jakfari .. smoga allah swt panjangkan umur antum …wasalam …

  92. klo hanya lewat tulisan ini kayaknya kurang seru gmn klo anda ketemu langsung saja dialog itu kan lebih bagus daripada hanya bicara dibalik layar

  93. […] Untuk bahasan lanjut atau bantahan terhadap Buku Sidogiri anda mungkin dapat melihat situs ini. Pengelola situs ini sudah menulis banyak kajian tentang buku tersebut dan yah nilai saja sendiri […]

  94. admin blog ini dangkal ilmunya… hehehe

  95. Saya baru pertama kali baca di sini, semoga ada lagi waktu utk ikuti diskusi macam ini. insyaallah, rasanya Bung Penulis cukup hati- hati, adil dan lurus dlm mengkaji topik2 tsb. Wallahua a’lam.

Tinggalkan komentar